Laporkan Masalah

BERSENGKETA DALAM SPIRIT ASEAN: Penerapan ASEAN Way dalam Pengelolaan Sengketa Kepemilikan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan, Sengketa Kepemilikan Pulau Batu Putih, dan Sengketa Kepemilikan Wilayah Sabah

SAPTOPO BAMBANG ILKODAR, Prof. Dr. Mohtar Mas'oed; Dr. Poppy S Winanti

2018 | Disertasi | S3 Ilmu Politik

Disertasi ini mengkaji penerapan ASEAN way dalam pengelolaan sengketa teritorial yang melibatkan empat dari lima negara pendiri ASEAN yang meliputi sengketa kepemilikan Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan antara Malaysia dengan Indonesia, sengketa kepemilikan Pulau Batu Putih antara Malaysia dengan Singapura, dan sengketa kepemilikan wilayah Sabah antara Malaysia dengan Filipina. Dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme dan metode studi kasus, disertasi ini berupaya memahami penerapan norma-norma yang terkandung dalam ASEAN way dalam pengelolaan masing-masing sengketa teritorial. Norma-nomra tersebut meliputi menghindari konflik terbuka, tidak mencampuri urusan negara lain, mengedepankan musyawarah-mufakat, menggunakan mekanisme informal, dan melakukan diplomasi senyap. Penelitian ini menemukan tiga kesimpulan. Pertama, bagi ASEAN dan bagi negara-negara anggotanya, sengketa dimaknai bukan sebagai situasi penuh ketegangan dan kecurigaan antara pihak-pihak yang saling bermusuhan, melainkan sebagai selisih pendapat antarsahabat. Para pemimpin ASEAN berprinsip bahwa sengketa wilayah jangan sampai mengganggu hubungan antarnegara bertetangga dan sengketa antarnegara anggota jangan sampai mengganggu persatuan serta harmoni ASEAN. Kedua, sejak pembentukan hingga perkembangannya sekarang ASEAN tidak lain merupakan sebuah komunitas terbayang. Oleh karena itu para pemimpin negara-negara anggota ASEAN terus-menerus menjaga mimpi bersama tersebut dengan cara menerapkan sejumlah prinsip, semboyan, dan prosedur interaksi yang dikenal dengan sebutan ���¢�¯�¿�½�¯�¿�½ASEAN way���¢�¯�¿�½�¯�¿�½. Ketiga, spirit ASEAN memberi kontribusi penting dalam menjaga keutuhan, harmoni, dan pengelolaan sengketa ASEAN. Spirit ASEAN menjadi pengingat akan mimpi bersama bangsa-bangsa Asia Tenggara sekaligus media pewarisan nilai-nilai ASEAN kepada generasi penerus.

This dissertation studies the implementation of ASEAN way in territorial dispute management involving four of five ASEAN founding states. It comprises of three disputes: Malaysia-Indonesia on the claim of Sipadan and Ligitan islands, Malaysia-Singapore on the claim of Pedra Branca island, and Malaysia-the Philippine on the claim of Sabah territory. Using constructivism approach and the method of case study, this work tries to understand the application of norms contained in ASEAN way in managing each of the threes disputes. The norms are avoiding conflict, non intervention, dialog and consensus, informality, and quiet diplomacy. This study concluded three things. First, for ASEAN and for its member states, disputes is seemed no more than a disagreement between friends rather than a situation of hostility between enemies. The ASEAN founding states leaders���¢�¯�¿�½�¯�¿�½ principle is that territorial dispute should not disturb good neighborhood and interstate dispute should not danger the unity and harmony of ASEAN. Second, since its inception until nowadays ASEAN really is an imagined community. That is why the leader of ASEAN member states keep trying to maintain their common dreams of a peaceful and prosperous southeast Asian nations by applying principles, spirit, and code of conduct known as ASEAN way. Lastly, ASEAN spirit contributes significantly in maintaining ASEAN���¢�¯�¿�½�¯�¿�½s unity, harmony, and dispute management. The spirit also plays as reminder of the common dreams and media of inheriting ASEAN values to posterity.

Kata Kunci : ASEAN way, konstruktivisme, sengketa teritorial

  1. S3-2018-305659-abstract.pdf  
  2. S3-2018-305659-bibliography.pdf  
  3. S3-2018-305659-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2018-305659-title.pdf