PENGEMBANGAN PROGRAM EDUKASI FARMASI DENGAN MULTIMEDIA PADA PASIEN PARU OBSTRUKSI KRONIK DI MOJOKERTO

RIFAATUL, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt.,5. Prof. Dr. Djoko Wahyono, SU., Apt.

2018 | Disertasi | S3 Ilmu Farmasi

Pengembangan pada edukasi farmasi merupakan program edukasi yang menggunakan multimedia yang bertujuan untuk mencegah kekambuhan dan meningkatkan keberhasilan pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Tujuan penelitian ini secara umum adalah menganalisis pengaruh edukasi farmasi pasien PPOK terhadap outcome (pengetahuan, kemampuan oral dan motorik penggunaan inhaler , kepatuhan, dan kualitas hidup). Penelitian ini menggunakan sequential method yang terdiri dari 3 tahap. Tahap pertama menggunakan wawancara untuk mengeksplorasi persepsi, kebutuhan, dan harapan pasien PPOK selama menjalani pengobatan dengan sampel berjumlah 14 pasien PPOK. Tahap kedua adalah tahap penyusunan materi edukasi menggunakan Focus Group Discussion (FGD) terhadap 5 pasien PPOK dan 6 tenaga kesehatan. FGD dilakukan untuk menentukan materi, media dan metode penatalaksanaan program edukasi farmasi yang akan disusun oleh peneliti. Sedangkan tahap menggunakan jenis penelitian kuantitatif yakni menggunakan desain penelitian quasi eksperimental dengan pendekatan serial pre post test design. Teknik sampling pada penelitian tahap ini adalah purposive sampling, yang memenuhi kriteria inklusi eksklusi yang berjumlah 258 pasien PPOK. Sampel di observasi pada saat sebelum, 2 minggu, 4 minggu, 8 minggu, dan 12 minggu setelah pemberian intervensi. Penelitian ini dilakukan di 4 Rumah Sakit di Mojokerto. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan Bristol COPD Knowledge Questionnaire (BCKQ). Kepatuhan diukur dengan kuesioner Morisky Modified Scale (MMS). Kualitas hidup pasien PPOK diukur dengan menggunakan kuesioner Clinical COPD Questionnaire (CCQ). Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji t berpasangan atau wilcoxon sign rank test. Pengaruh antara kemampuan oral, motorik, pengetahuan, dan kepatuhan terhadap kualitas hidup pasien dianalisis menggunakan uji regresi ganda linier. Hasil penelitian tahap pertama mengenai persepsi pasien tentang edukasi yakni responden mendapatkan informasi umum mengenai penyakitnya hanya pada saat awal datang ke rumah sakit dan selanjutnya diberikan bila ditanya. Pelaksanaan edukasi di rumah sakit Mojokerto hanya menjelaskan aturan pemakaian obat dan pasien belum mengerti cara penggunaan obat yang baik dan benar. Hampir semua responden menyatakan bahwa edukasi sangat penting untuk dilakukan terhadap pasien PPOK. Bahkan beberapa responden berharap edukasi diberikan pada setiap kali kontrol ke rumah sakit. Harapan pasien, pemberian edukasi tidak hanya melibatkan pasien namun juga keluarga pasien untuk mendukung keberhasilan pengobatan. Edukasi tidak hanya dilakukan di tempat periksa, bisa memanfaatkan ruang tunggu sebagai tempat edukasi atau ruangan khusus yang dipersiapkan. Kebutuhan mengenai materi yang diberikan saat edukasi masih kurang, hendaknya memberikan informasi tentang pengetahuan dasar PPOK, obat-obatan, manfaat serta efek samping, cara pencegahan perburukan penyakit, larangan merokok dan penyesuaian aktivitas pasien. Metode dan media edukasi perlu disesuaikan dengan latar belakang pasien, sehingga lebih mudah dimengerti. Tahap ke 2 dalam penelitian ini diperoleh hasil program edukasi yang paling efektif menurut tenaga kesehatan dan pasien adalah media video yang disiarkan melalui televisi di ruang tunggu poli rawat jalan dan ruang tunggu pengambilan obat, yang memuat 7 macam materi yakni: pemahaman PPOK durasi 8 menit 36 detik, penatalaksanaan PPOK durasi 5 menit 30 detik, cara penggunaan diskus 1 menit 36 detik, MDI (Metered Dose Inhaler) 1 menit 21 detik, swinghaler durasi 1 menit 35 detik, handyhaler durasi 3 menit 13 detik, dan turbuhaler durasi 1 menit 11 detik. Pada tahap 3 diperoleh hasil bahwa terjadi peningkatan yang signifikan kemampuan oral dan motorik pasien pada masing-masing pemakaian inhaler antara pre test dan post 12 minggu setelah pemberian edukasi farmasi berupa video. Sedangkan pada pengetahuan pasien juga terjadi peningkatan yang signifikan. Pada kepatuhan dan kualitas hidup pasien juga mengindikasikan adanya peningkatan yang signifikan (p value=0,000). Hasil analisis menggunakan regresi ganda linier menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kemampuan oral dan motorik penggunaan inhaler, pengetahuan, dan kepatuhan terhadap kualitas hidup pasien PPOK setelah mendapatkan intervensi program edukasi farmasi selama 12 minggu (p value = 0,000 dan F hitung=136,37).

Development of pharmacy education is an educational program that uses multimedia aimed at preventing recurrence and improving the success of Chronic Obstructive Lung Disease treatment (COPD). The objectives of this study were to analyze the effect of pharmacy education of COPD patients on outcomes (knowledge, oral and motor abilities of inhaler use, adherence, and quality of life). This research used sequential method consisting of 3 stages. The first stage used interviews to explore perceptions, needs, and expectations of COPD patients during treatment with a sample of 14 patients with COPD. The second stage was the preparation stage of educational materials using Focus Group Discussion (FGD) on 5 patients with COPD and 6 health workers. FGDs were conducted to determine the materials, media and methods of management of pharmaceutical education programs to be prepared by researchers. While the third stage used the type of quantitative research that used quasi experimental research design with serial approach pre post test design. Sampling technique in this research was purposive sampling, which fulfilled inclusion exclusion criteria as many as 258 patients of COPD. Samples were observed at the time before, 2 weeks, 4 weeks, 8 weeks, and 12 weeks after intervention. This research was conducted in 4 hospitals in Mojokerto. Measurement of knowledge was done with Bristol COPD Knowledge Questionnaire (BCKQ). Adherence is measured by the Morisky Modified Scale (MMS) questionnaire. The quality of life of COPD patients was measured using a Clinical COPD Questionnaire (CCQ) questionnaire. The results were analyzed using paired T test or wilcoxon sign rank test. The effect of oral, motor, knowledge, and adherence against patient quality of life was analyzed using multiple linear regression tests. The results of the first stage of research on the patient's perception of education that respondents obtained general information about the disease only at the beginning of coming to the hospital and then given when asked. Implementation of education in Mojokerto hospital only explains the rules of drug use and patients do not yet understand how to use drugs properly and correctly. Almost all respondents stated that education is very important to do with COPD patients. In fact, some respondents hoped that education would be given to every control to hospital. Patient expectations, education not only involves the patient but also the patient's family to support the success of treatment. Education is not only done in the examination, can use the waiting room as a place of education or a specially prepared room. The need for material given when the education was lacking, should provide information on basic knowledge of COPD, drugs, benefits and side effects, prevention of illness, smoking and patient activity adjustment. Educational methods and media need to be tailored to the patient's background, making it easier to understand. Second stage of this research was obtained result of the most effective education program according to health worker and patient was video which broadcasted via television in waiting room of outpatient clinic and medicine pickup room, which contained 7 kinds of material that were: general description about COPD (8 minutes 36 seconds), COPD managements (5 minutes 30 seconds), how to use the discus (1 minutes 36 seconds), MDI (Metered Dose Inhaler) (1 minutes 21 seconds), swinghaler (1 minutes 35 seconds), handyhaler (3 minutes 13 seconds), and turbuhaler (1 minutes 11seconds) . In third stage it was found that there was a significant increase of oral and motor ability of patients on each of the inhaler use between pre test and post 12 weeks after pharmacy education in the form of video. While in the patient's knowledge also there was a significant increase. The patient's adherence and quality of life also indicated a significant increase (p value = 0,000). The results of the analysis using multiple linear regression showed that there was influence of oral and motor ability of inhaler use, knowledge, and adherence to quality of life of COPD patient after getting intervention of pharmacy education program for 12 weeks (p value = 0,000 and F count = 136.37).

Kata Kunci : edukasi, farmasi, PPOK, multimedia