The Incidence of Retrobulbar Neuritis in Sardjito Hospital Yogyakarta in 2015

FORTUNIA MONA EVIANI, dr. Indra Tri Mahayana, Ph.D; dr. M. Bayu Sasongko, Sp.M, M.Epi, Ph.D

2018 | Skripsi | S1 PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Neuritis optik adalah suatu kondisi dimana terjadi peradangan pada nervus optic. Insidensi Neuritis optik bervariasi mulai dari 3 hingga 5 kasus per 100.000 orang per tahun. Neuritis optik dapat dikelompokkan menjadi papilitis dan neuritis retrobulbar. Literatur menunjukkan bahwa neuritis retrobulbar lebih sering dijumpai daripada papilitis dan ada perbedaan pada neuritis optik di daerah Asia dibandingkan dengan negara barat. Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai neuritis opik di Indonesia khususnya di RS Sardjito Yogyakarta Sehingga, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui data insidensi dan presentasi klinis dari neuritis retrobulbar di Indonesia khususnya di RS Sardjito Yogyakarta Tujuan: Untuk memberikan data demografis dasar untuk penelitian di masa depan yang menggunakan subjek pasien neuritis optik. Tujuan khusus adalah untuk mengetahui data insidensi dan presentasi klinis dari neuritis retrobulbar, yaitu visus dan defek lapang pandang, di RS Sardjito Yogyakarta tahun 2015. Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif. Cara pengambilan sampel dengan teknik non probability sampling (consecutive sampling). Data diambil dari rekam medis pasien neuritis retrobulbar di RS Sardjito tahun 2015. Total terdapat 38 pasien yang didiagnosis dengan neuritis retrobulbar. Dilakukan analisis terhadap data mengenai demografis dan presentasi klinis. Hasil: Neuritis retrobulbar lebih banyak terjadi pada wanita (52,6%)) dengan umur rata-rata 29,2 tahun. Terdapat lebih banyak kasus dewasa (73,7%) daripada kasus anak-anak (26,3%). Kasus bilateral lebih banyak ditemukan (57,9%). Rata-rata visus awal adalah 1/60 dan terdapat perbaikan yang signifikan menjadi rata-rata visus akhir 6/75. Defek lapang pandang bervariasi dan yang paling sering adalah depresi dengan skotoma (23,3%). Visus akhir tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti terapi, riwayat diabetes dan hipertensi, dan jenis defek lapang pandang. Kesimpulan: Neuritis retrobulbar lebih banyak terjadi pada wanita dewasa muda dan bilateral. Rata-rata visus awal adalah 1/60 dan terdapat perbaikan yang signifikan menjadi rata-rata visus akhir 6/60. Defek lapang pandang bervariasi. Visus akhir tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti terapi, riwayat diabetes dan hipertensi, dan jenis defek lapang pandang.

Background: Optic neuritis is an inflammation of the optic nerve. The incidence of optic neuritis varies from 3 to 5 cases per 100.000 persons per year. Opthalmoscopically, optic neuritis can be divided into papillitis and retrobulbar neuritis. Literatures show that retrobulbar neuritis type of optic neuritis is more commonly found. However, there are different findings in optic neuritis documented in Asian region compared to Western literature. Meanwhile, there is no study yet on optic neuritis from Indonesia. Therefore, this study needs to be conducted to know the incidence and clinical presentation of retrobulbar neuritis in Sardjito Hospital, Yogyakarta, Indonesia Objective: To give basic demographic data for future researches that use of optic neuritis patients as the subject. The specific purpose is to know the incidence as well as the clinical presentation of retrobulbar neuritis, such as visual acuity impairment and visual field defect, in Sardjito Hospital Yogyakarta in 2015. Method: This study is an observational descriptive study. Sampling technique is by non probability sampling (consecutive sampling). Data were collected from medical records of patients with retrobulbar neuritis in Sardjito Hospital Yogyakarta in 2015. A total of 38 patients were diagnosed with retrobulbar neuritis. Their demographic and clinical presentation data were analysed. Result: Retrobulbar neuritis was more common in female (52,6%) with the average age 29,2 years old. There were more adult cases (73,7%) than pediatrics cases (26,3%). Bilateral cases were more common (57,9%). The average initial visual acuity was 1/60 and there was significant improvement to 6/75 average end visual acuity. Visual field defect varies and the most common was depression and scotoma (23,3%). End visual acuity was not affected by factors such as initial therapy given, history of diabetes and hypertension, and visual field defect. Conclusion: Retrobulbar neuritis was more common in young adult female and bilateral. The average initial visual acuity was 1/60 and there was significant recovery to 6/60 average end visual acuity. Visual field defect varies. End visual acuity was not affected by factors such as initial therapy given, history of diabetes and hypertension, and visual field defect.

Kata Kunci : Neuritis optik, Neuritis retrobulbar, Insidensi