PENGARUH KELAHIRAN VAGINAL DENGAN EKSTRAKSI VAKUM TERHADAP KEJADIAN GEJALA INKONTINENSI URIN
SAVITRI RAHAYU, dr. Shinta Prawitasari, SpOG(K), M.Kes.; dr. Nuring Pangastuti, SpOG(K)
2018 | Tesis-Spesialis | SP Ilmu Kebidanan dan Penyakit KandunganLatar belakang: Disfungsi dasar panggul dapat menimbulkan berbagai gejala yang menganggu kualitas hidup. Inkontinensi urin pada perempuan adalah salah satu gangguan dasar panggul paling umum terjadi terkait dengan kelahiran. Pada kelahiran vaginal spontan maupun bantuan, proses melahirkan dapat menyebabkan peregangan otot, merobek jaringan ikat, kompresi dan peregangan nervus pudendus yang mengakibatkan denervasi parsial dari struktur dasar panggul, sehingga dapat menyebabkan inkontinensi urin. Tujuan: Mengetahui apakah kelahiran vaginal dengan ekstraksi vakum meningkatkan risiko terjadinya gejala inkontinensi urin. Metode: Penelitian ini menggunakan metode cohort prospective dengan subyek penelitian terdiri dari kelompok kelahiran vaginal dengan ekstraksi vakum dan kelompok kelahiran vaginal spontan. Kejadian gejala inkontinensi urin diteliti dengan menggunakan International Consultation on Incontinence QuestionnaireUrinary Incontinence-Short Form (ICIQ-UI-SF). Analisa data menggunakan SPSS meliputi statistik deskriptif, uji Chi square, uji regresi logistik. Hasil: Penelitian ini melibatkan 142 subyek yang terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok kelahiran vaginal dengan ekstraksi vakum menunjukkan kejadian gejala inkontinensi urin 19,7% dibandingkan kelompok kelahiran vaginal spontan 11,3% dengan OR 1,568 (p=0,518, CI 95% 0,401-6,128). Subyek yang mengalami lama kala dua memanjang memiliki risiko kejadian gejala inkontinensi urin 2,443 kali dibandingkan lama kala dua normal, OR 2,443 (p=0,16, CI 95% 0,702-8,499). Subyek yang tidak dipasang kateter tinggal pasca kelahiran memiliki risiko 3,354 kali terjadi gejala inkontinensi urin, OR 3,354 (p=0,052, CI 95% 0,987-11,391). Menurut skor ICIQ-UI-SF diketahui pada kelahiran ekstraksi vakum terjadi gejala inkontinensi urin dengan kriteria sedang sebesar 64,29%, sedangkan kelahiran vaginal spontan 62,50% memiliki kriteria ringan. Kesimpulan: Kelahiran vaginal dengan ekstraksi vakum tidak meningkatkan risiko kejadian gejala inkontinensi urin secara bermakna dibandingkan dengan kelahiran vaginal spontan, OR 1,568 (p=0,518, CI 95% 0,401-6,128).
Background: Pelvic floor dysfunction can cause various symptoms that affects quality of life. Urinary incontinence in women is one of the most common pelvic floor disorders associated with labor. In spontaneous or assisted vaginal delivery, the process of childbirth can cause muscle stretching, tearing connective tissue, compression and stretching of the pudendal nerve resulting in partial denervation of the pelvic floor structure, which can lead to urinary incontinence. Objective: Knowing whether vacuum assisted vaginal delivery increases the risk of urinary incontinence symptoms. Method: This study was a prospective cohort. The subjects of this study consisted of vacuum assisted vaginal delivery group and spontaneous vaginal delivery group. Incidence of urinary incontinence symptoms were investigated using International Consultation on Incontinence Questionnaire-Urinary IncontinenceShort Form (ICIQ-UI-SF). Data analysis using SPSS includes descriptive statistics, Chi square test and logistic regression test. Result: This study involved 142 subjects who were divided into two groups. The vacuum assisted vaginal delivery group presented the incidence of urinary incontinence symptoms of 19.7% compared to spontaneous vaginal delivery group of 11.3% with OR 1.568 (p=0.518, 95% CI 0.401-6.128). Subjects with prolonged second stage had a risk of urinary incontinence symptoms 2.443 times compared to normal second stage, OR 2.443 (p=0.16, 95% CI 0.702-8.499). Subjects who were not inserted indwelling catheter after delivery had 3,354 times risk of urinary incontinence symptoms, OR 3,354 (p=0.052, 95% CI 0,98711,391). According to ICIQ-UI-SF scores vacuum assisted vaginal delivery presented urinary incontinence symptoms with 'moderate' criteria of 64.29%, while spontaneous vaginal delivery 62.50% have 'light' criteria. Conclusion: Vacuum assisted vaginal delivery did not significantly increase risk of the incidence of urinary incontinence symptoms compared with spontaneous vaginal delivery, OR 1.568 (p=0.518, CI 95% 0.401-6.128).
Kata Kunci : inkontinensi urin, ekstraksi vakum, kelahiran vaginal, ICIQ-UI-SF, urinary incontinence, vacuum extraction, vaginal delivery, ICIQ-UISF