Laporkan Masalah

PERUMUSAN PROPOSISI NILAI KONSULTAN ARSITEKTUR PT.D

RAHIMA CITRA MULYANI, Prof. Basu Swastha Dharmmesta, MBA, Ph. D

2017 | Tesis | S2 MANAJEMEN (MM) JAKARTA

Saat bekerja di dalam sektor publik, firma konsultan arsitektur cenderung fokus pada kualitas jasa arsitek yang mereka tawarkan dan kebanyakan mengabaikan sisi kewirausahaan mereka (Cohen dkk, 2005). Selain itu, arsitek seringkali mengabaikan pentingnya menentukan target pelanggan sebagaimana menentukan proposisi nilai yang unik (Archipreneur, 2017). Kebanyakan pelanggan menganggap jasa arsitektur sebagai sebuah biaya, bukan sebuah nilai (Archipreneur, 2016). Hasil pra-penelitian menunjukkan bahwa para konsultan arsitektur pemula di Jakarta memiliki kendala dalam mendapatkan pelanggan yang tepat. Selain itu tidak semua konsultan pemula mengikuti standar yang diberikan oleh Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). Bagi mereka, kebanyakan pelanggan menganggap jasa konsultan arsitektur sebagai sebuah biaya, bukan sebuah nilai. Tidak berbeda dengan partisipan pra-penelitian, PT. D merupakan salah satu konsultan arsitektur pemula di Jakarta yang memiliki kendala dalam mendapatkan pelanggan dan tidak mengikuti standar yang telah diberikan oleh IAI dalam menjalankan usahanya. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan proposisi nilai yang tepat pada PT. D agar bisnis konsultan arsitekturnya dapat berkembang dengan baik dan bertahan di pasar. Menggunakan alat berupa Peta Empati dan Kanvas Proposisi Nilai, peneliti melakukan wawancara individual secara mendalam kepada pelanggan untuk mendeskripsikan nilai berdasarkan tilikan pelanggan dan profil pelanggan yang kemudian berguna untuk merumuskan proposisi nilai yang tepat pada PT. D. Hasil penelitian memformulasikan proposisi nilai baru bagi PT. D yaitu meberikan layanan berupa inovasi dan kreatifitas khusus untuk material berbiaya rendah, memberikan paket penawaran jasa arsitektural, memberikan satu pendamping pelanggan, memberikan kontak layanan pelanggan dan mengadakan diskusi berlanjut secara periodik pada seluruh anggota keluarga.

Only when working in the public sector, architectural firms tend to focus on the architectural quality of the service they provide and largely neglect the entrepreneurial side of their business (Cohen et al, 2005). Architects often overlook the importance of defining a target audience as well as a unique value proposition (Archipreneur, 2017). Many of customers think of architectural services as a cost and not a value (Archipreneur, 2016). Pre-research results indicate that architectural consultant beginners in Jakarta have been struggling to have appropriate customer and not every consultant was following Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Standards. They argued that many customers think of architecture services as a cost and not a value. As other consultants, PT. D is having obstacles in finding the right customer and they were not following IAI Standards either. This research aimed to formulate the right value propositions of PT. D in order to develop their business and survive in the market. Using Empathy Map and Value Proposition Canvas as tools, in-depth interviews were conducted with customers to describe value based on customer insights and customer profile. Both their insight and their profile were used to formulate the appropriate value propositions of PT. D. New value propositions that had been formulated based on the value map are low-cost material innovation and creativity, design and service packages, customer escort and customer service also continuous discussion with user.

Kata Kunci : merancang proposisi nilai, proposisi nilai, kanvas proposisi nilai, peta empati, peta nilai, profil pelanggan, produk dan servis, pereda kendala, pencipta keuntungan, kewirausahaan, wirausaha, konsultan arsitektur, value proposition design, value proposit