Laporkan Masalah

PEPATAH KLASIK MINANGKABAU KAJIAN SEMANTIK SEMIOTIK

DIAH NOVERITA, SS.,M.HUM., Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U.,M.A ;Prof. Dr. Soepomo Poedjosoedarmo

2018 | Disertasi | S3 Linguistik

Disertasi ini mengkaji tentang pepatah klasik Minangkabau dari aspek bentuk, dan makna. Bentuk atau struktur yang dikaji adalah kata benda, kata kerja dan kata sifat. Tujuan penelitian ini menemukan pepatah klasik menemukan bentuk dan makna pepatah klasik Minangkabau secara semantis dan semiotik yang meliputi kajian komponen makna, makna asosiatif, makna referensial, makna afektif, dan makna metafora pepatah klasik Minangkabau. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi pustaka dengan penyimakan terhadap buku-buku Minangkabau dari berbagai sumber. Kajian yang dilakukan ini mengaplikasikan teori analisis komponen makna Goris Keraf dan teori analisis komponen makna yang dipelopori oleh Nida E.A (1975). Hasil analisis data dalam penelitian yang berjumlah 31 (tiga puluh satu) buah data pepatah klasik Minangkabau, terdapat 42 (empat puluh dua) buah kata benda, 48 (empat puluh delapan) buah kata kerja, dan 14 (empat belas) buah kata sifat dan membuktikan bahwa komponen makna kata adat, syarak, kitabullah, penghulu, surau, pitih, Tuhan, manusia, mangato, mamakai, dilazimkan, dan maasah memiliki komponen makna yang produktif didalam pemakaian sehari-hari orang Minangkabau. Hasil penelitian ini menemukan nilai-nilai yang sangat beragam di dalam pepatah klasik Minangkabau, yaitu sejumlah dua ratus delapan puluh sembilan (289) antara lain: nilai kepemimpinan, nilai tanggung jawab, nilai etika, keadilan, nilai kesopanan, dan nilai kearifan. Selain itu, hasil penelitian ini menemukan empat puluh dua jenis metafora konseptual. Simbol-simbol adaik �adat� dan agama di Minangkabau tidak akan berubah sampai akhir zaman, karena terkait dengan nilai rasa malu, moral, etika, taratik �tata krama�, dan sanksi. Moral berasal dari tingkah laku masyarakat, yang dipakai sendiri oleh masyarakat tersebut, karena esensinya moral adalah rasa malu dan patuh. Taratik tata krama sama dengan tata tertib/tata aturan. Orang baik selalu mementingkan tata krama dalam segala aspek kehidupan, karena terkait dengan kehidupan yang selaras, tentram, dan damai. Nilai-nilai karakter seperti ini bersifat kekal, tidak luntur oleh pengaruh zaman, dan terpakai dimana saja berada. Hal ini menandakan adanya hubungan yang memang erat antara adat dan syarak di dalam kehidupan sehari-hari orang Minangkabau. Hal ini menandakan memanglah orang Minangkabau kuat dengan adat dan agamanya. Kekuatan beradat dan beragama seiring sejalan. Kekuatan beragama (Islam) menandakan orang Minangkabau adalah penganut agama (Islam) yang taat dan religius.

Minangkabau classic proverbs about adaik (custom) and Islamic religion are useds, productively in daily life among Minangkabau community. This purposeof this study is to find out Minangkabau classic proverbs in accordance with both customary and religions concepts and catgorizing them into noun, verbs, and adjectives, as well as to analyze them in semantic and semiotic manner, so that the customary and religious concepts in accordance with the Minangkabau classic proverbs can be formulated. This study was conducted using a literature method by exploring books related to adaik and religion in Minangkabau from various sources. It applied the theory of meaning component analysis pioneered by Goris Keraf and the theory of meaning component analysis pioneered by Nida E.A (1975). The analisis from thirty one (31) data of Minangkabau classic proverbs show that there are 42 (forty-two) nouns, 48 (forty-eight) verbs, and fourteen (14) adjectives and proves that the components meaning of the word, custom, syarak, Quran, headman, mosque, pitih, God, human being, mangato, mamakai, dilazimkan, and maasah have meaning productive component in the daily use of the Minangkabau. Results of this study found the values that are very diverse in the classic adage Minangkabau, the sum of two hundred and eighty-nine (289), among others: the value of leadership, the value of responsibility, ethics, justice, decency value, and the value of wisdom. In addition, the results of this study found forty-two types of conceptual metaphors. Symbols adaik 'custom' and religion in Minangkabau will not change until the end of time, as they relate to the value of shame, moral, ethical, taratik 'manners', and sanctions. Moral behavior is derived from the community, which is used by the community, because the essence of moral shame and humiliation. Taratik 'manners' is equal to the order / etics rules. Good people always attach importance of manners in all aspects of life, because it is associated with a life of harmony, peace, and peace. Character values like this is eternal, not faded by the influence of the times, and used wherever located. This indicates that it is a close relationship between indigenous and syarak in the daily life of the Minangkabau. This indicates strong indeed Minangkabau customs and religion. Habitual strength and religion go hand in hand. The power of religion (Islam) indicates the Minangkabau people are adherents of the religion (Islam) devout and religious.

Kata Kunci : adat, syarak, kitabullah, pepatah, klasik dan Minangkabau.

  1. S3-2018-240747-bibliography.pdf  
  2. S3-2018-240747-tableofcontent.pdf  
  3. S3-2018-240747-title.pdf