Dampak Penyediaan Rumah Layak Huni Bagi Komunitas Adat Terpencil Suku Akit di Kepulauan Meranti - Provinsi Riau

FRONNER MARUDUT D S, Dr. Hempri Suyatna, S.Sos, M.Si; Danang Arif Darmawan, S.Sos, M.Si

2018 | Tesis | S2 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Suku Akit yang berada di sepanjang pesisir pulau-pulau terluar dari Provinsi Riau, dilabeli pemerintah sebagai Komunitas Adat Terpencil yang perlu dilakukan pemberdayaan. Mereka hidup berpindah-pindah sesuai ketersediaan sumber daya alam yang mereka butuhkan, bahkan ada yang hidup di atas rakit-rakit, marjinal di perbatasan negara, dan rentan mengalami masalah-masalah kesejahteraan sosial. Melihat kondisi tersebut, pemerintah melalui Dinas Sosial Provinsi melakukan pengembangan dengan Program Penyediaan Rumah Layak Huni dengan model eksitu, yaitu memindahkan Suku Akit penerima program dari lokasi tempat tinggalnya semula ke lokasi pemukiman yang baru di Desa Sonde Kecamatan Rangsang Pesisir. Menarik adalah melihat dampak dari mobilitas yang dilakukan Suku Akit sebagai konsekuensi mereka berpartisipasi dalam program pengembangan tersebut. Kualitatif studi kasus adalah jenis penelitian yang dilakukan. Unit analisis data adalah masyarakat Suku Akit penerima Rumah Layak Huni eksitu, dengan teknik penentuan informan adalah snowball yang dimulai dari Kepala Suku Akit sebagai informan utama. Didapatkan juga informan pendukung yaitu Dinas Sosial Provinsi Riau, Kantor Desa Sonde, Puskesdes Sonde, Sekolah Dasar Negeri 1 Sonde dan PPL Pertanian Desa Sonde. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan menyelusuri dokumentasi yang berkaitan dengan eksistensi Suku Akit. Diketahui bahwa Program Rumah Layak Huni dengan model eksitu berjalan dengan baik dan berkesinambungan. Ada kerjasama antar stake holder dalam menjalankan program pengembangan yang berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing stake holder. Suku Akit penerima Rumah Layak Huni eksitu mengalami dampak yang beragam dari akses mereka terhadap pelayanan sosial dasar. Suku Akit mengalami kondisi perubahan status sosial ke posisi lapisan sosial yang lebih baik dan mereka dapat beradaptasi di pemukiman yang baru.

Tribes Akit located along the coast of the outermost islands of Riau Province, labeled government as Traditional Remote Community that need to do empowerment. They live on the basis of the availability of natural resources they need, some even live on rafts, marginal borders, and are vulnerable to social welfare problems. In view of these conditions, the government through the Provincial Social Service undertook the development with the Habitable House Program with exitu model, which is transferring the beneficiary of the program from its original location to the new residential location in Sonde Village, Rangsang Pesisir Subdistrict. Interesting is to see the impact of mobility made by the Akit Tribe as a consequence of their participation in the development program. Qualitative case studies are the type of research conducted. The data analysis unit is the community of Akit beneficiary receiver of Habitable House, with informant determination technique is snowball which starts from Akit Tribe Head as the main informant. There were also supporting informants such as Social Service of Riau Province, Sonde Village Office, Sonde Village Health Center, First Sonde Elementary School and Sonde Village Officer of Agriculture Extension Field. Data collection techniques were conducted by non-participant observation, in-depth interviews and the documentation related to the existence of the Akit Tribe. It is known that the Habitable House Program with exitu model runs well and continuously. There is cooperation between stake holders in running development programs that run in accordance with the duties and functions of each stake holder. The beneficiaries benefited from their access to basic social services. Tribes Akit experience the condition of social status changes to better social stratification and they can adapt in the new habitation.

Kata Kunci : Dampak, Rumah, Komunitas Adat Terpencil, Akses Pelayanan Dasar, Mobilitas Sosial dan Adaptasi.