STUDI TENTANG TABUNGAN RUMAH TANGGA DI INDONESIA: HIPOTESIS SIKLUS HIDUP, STRUKTUR DEMOGRAFI, DAMPAK KEPEMILIKAN ASURANSI DAN PENSIUN
SUNARYATI, SE., M.SI, Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc.; Dr. Denni Puspa Purbasari, M.Sc.
2018 | Disertasi | S3 Ilmu EkonomiTabungan rumah tangga merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk meratakan konsumsi (consumption smoothing) ketika ada guncangan pendapatan. Ini dikarenakan adanya tabungan memungkinkan seseorang untuk memindahkan sebagian pendapatannya pada saat berpendapatan tinggi ke masa dimana individu tersebut berpendapatan rendah. Tanpa tabungan, rumah tangga akan mengalami kesulitan untuk melakukan consumption smoothing. Hipotesis siklus hidup (life-cycle hyphotesis) yang diperkenalkan oleh Modigliani dan Brumberg (1954, 1980) mempostulatkan bahwa seseorang akan menabung pada salah satu tahapan kehidupannya dan menghabiskan tabungan pada tahapan kehidupan yang lain. Oleh karenanya perilaku tabungan antar individu akan berbeda di setiap tahapan kehidupannya. Tabungan bisa berevolusi sepanjang waktu dan bervariasi antar birth-year cohort seiring dengan fluktuasi kondisi perekonomian maupun faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik rumah tangga secara temporer. Selanjutnya, para ekonom mengembangkan hipotesis siklus hidup (life-cycle hypothesis, LCH) dengan memasukkan peranan variabel demografi ke dalam model tabungan rumah tangga. Keterkaitan antara struktur demografi dengan tingkat tabungan rumah tangga dapat dijelaskan melalui dua mekanisme. Pertama, melalui penurunan jumlah anak yang menjadi tanggungan dalam suatu rumah tangga. Rumah tangga yang memiliki tanggungan anak (dependent children) lebih sedikit akan mempunyai tingkat tabungan rumah tangga yang lebih banyak. Kedua, melalui composition effect. Sebagian besar tabungan dihasilkan dari pendapatan yang tidak dikonsumsi, dan penduduk usia produktiflah yang sebagian besar menghasilkan pendapatan dari bekerja. Adanya perubahan struktur penduduk usia produktif yang lebih banyak akan meningkatkan tabungan rumah tangga. Di sisi lain, sistem jaminan sosial (baik asuransi maupun jaminan pensiun) yang ada di Indonesia belum bersifat universal, karena belum mencakup seluruh lapisan masyarakat dan tidak sepenuhnya gratis. Selain itu pada pelaksanaannya juga masih menghadapi berbagai kendala. Hal ini berarti individu harus mulai memikirkan pola tabungan rumah tangga yang sesuai guna menghindari penurunan kesejahteraan ketika terjadi goncangan pendapatan (income shock). Oleh karenanya studi tentang tabungan rumah tangga di Indonesia penting adanya mengingat sistem jaminan sosial yang diselenggarakan oleh negara belum berkembang secara baik karena kapasitas atau kemampuan negara yang relatif terbatas. Dalam kondisi sistem jaminan sosial yang belum sempurna tersebut dan juga pasar keuangan maupun asuransi yang belum efisien, serta akses terhadap jasa keuangan formal yang relatif terbatas, tabungan rumah tangga merupakan faktor yang sangat menentukan tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Penelitian ini menganalisis pola tabungan rumah tangga Indonesia dengan berfokus pada: Pertama, pengujian model tabungan rumah tangga seumur hidup (life cycle saving). Dalam hal ini akan dianalisis pola tabungan di sepanjang hidupnya. Apakah hipotesis siklus hidup berlaku dalam konteks rumah tangga Indonesia. Kedua, analisis pengaruh struktur demografi terhadap tabungan rumah tangga. Struktur demografi yang dimaksud adalah jumlah anak yang menjadi tanggungan, jumlah anak usia dewasa serta jumlah saudara kandung. Ketiga, analisis efek crowding out antara kepemilikan asuransi dengan tabungan rumah tangga dan yang keempat adalah keterkaitan antara kepemilikan pensiun dengan tabungan rumah tangga. Data yang digunakan dalam studi tentang tabungan rumah tangga Indonesia ini adalah hasil Survei Aspek Kehidupan Rumah Tangga Indonesia (SAKERTI) atau yang lebih dikenal dengan Indonesian Family Life Survey (IFLS). Untuk keperluan estimasi penelitian ini menggunakan tiga wave data IFLS yakni IFLS-2 (1997), IFLS-3 (2000) dan IFLS-4 (2007). Tabungan rumah tangga itu sendiri diukur dengan dua pendekatan yakni, pendekatan stock dan stok kekayaan. Pendekatan stock mengukur tabungan sebagai perubahan akumulasi kekayaan dari satu periode ke periode yang lain. Proksi tabungan dengan pendekatan stock disebut juga saving_stock. Sedangkan pendekatan stok kekayaan (wealth) mengukur total kekayaan/aset rumah tangga per tahun. Penelitian juga menggunakan beberapa variabel karakteristik rumah tangga untuk menjelaskan perilaku tabungan rumah tangga di Indonesia. Adapun variabel karakteristik rumah tangga yang digunakan adalah pendidikan kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, ukuran rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja, serta domisili rumah tangga. Pengujian hipotesis siklus hidup dan pengaruh struktur demografi terhadap tabungan dilakukan dengan menggunakan pendekatan data panel. Sedangkan untuk mengestimasi pengaruh asuransi dan kepemilikan pensiun terhadap tabungan digunakan pendekatan standar least square (OLS). Berdasarkan hasil pengujian, penelitian ini menemukan bukti empiris adanya pola tabungan rumah tangga di Indonesia berbentuk hump-shaped ketika tabungan diukur dengan perubahan kekayaan dari tahun ke tahun dan total kekayaan/aset rumah tangga per tahun. Hal ini mengindikasikan berlakunya model life-cycle saving dalam konteks rumah tangga Indonesia, dimana rumah tangga akan mengakumulasikan aset pada saat mereka bekerja dan mendekumulasi aset saat mereka pensiun. Temuan ini sesuai dengan life-cycle hypothesis yang dikemukakan oleh Modigliani, serta sekaligus mengkonfirmasi hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa tabungan rumah tangga seumur hidup dipengaruhi oleh age effect, year (bussiness cycle) effect serta cohort (year of birth) effect. Sementara itu pengujian pengaruh struktur demografi terhadap tabungan rumah tangga memperoleh hasil sebagai berikut. 1) Hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah anak usia dewasa berpengaruh negatif terhadap tabungan rumah tangga mendapatkan dukungan empiris ketika tabungan diukur dengan total kekayaan/aset rumah tangga per tahun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa adanya anak yang sudah dewasa merupakan subtitusi jaminan hari tua bagi orang tuanya. Orang tua dapat menggantungkan hidupnya pada anak yang sudah bekerja. 2) Jumlah anak yang menjadi tanggungan berpengaruh negatif terhadap tabungan rumah tangga ketika tabungan rumah tangga diukur dengan total kekayaan/aset rumah tangga per tahun. Hasil ini menunjukkan bahwa adanya anak yang menjadi tanggungan akan menurunkan tabungan rumah tangga. 3) Jumlah saudara kandung berpengaruh positif signifikan terhadap tabungan. Hal ini mengindikasikan rumah tangga Indonesia bersifat independen, tidak menyandarkan hidup kepada saudaranya. Penelitian ini juga menemukan bukti empiris adanya pengaruh negatif dari asuransi kesehatan terhadap tabungan rumah tangga, ketika tabungan rumah tangga diukur dengan perubahan kekayaan dari tahun ke tahun dan total kekayaan/aset rumah tangga per tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya asuransi dapat mengurangi ketidakpastian akan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan, sehingga akan menurunkan tabungan. Namun demikian, penelitian ini tidak berhasil menemukan bukti empiris adanya pengaruh negatif dari jaminan pensiun terhadap tabungan rumah tangga. Temuan yang diperoleh justru menunjukkan bahwa rumah tangga yang memiliki pensiun cenderung mempunyai tabungan (dalam bentuk aset/kekayaan) yang lebih banyak dibandingkan rumah tangga yang tidak mempunyai pensiun.
Household savings are one of the instruments that can be used for consumption smoothing during income shock. This is because the savings allow one to move part of his income during the high-income periods to low-income periods. Without savings, households will have difficulty in smoothing consumption. Life-cycle hypothesis introduced by Modigliani and Brumberg (1954, 1980) postulates that someone will save at one stage of his life and spend the savings on other stages of life. Therefore, saving behavior among individuals will be different in each phase of their life. Savings can evolve over time and vary between birth-year cohort in line with fluctuations in economic conditions and the factors that affect the characteristics of the household on a temporary basis. Furthermore, economists have developed a life-cycle hypothesis (LCH) by including the role of demographic variables into the model of household savings. The linkage between demographic structures and household saving rate can be explained by two mechanisms. First, it is through a reduction in the number of dependent children in the household. Households with fewer dependent children will have more household saving rates. Second, it is through the composition effect. Most of savings are generated from the income that is not consumed, and the productive-age population is the population group that generates income from work. The change of the structure of the productive age population will be likely to increase household savings. On the other hand, social security system (both insurance and pension insurance) in Indonesia is not yet universal, because it has not covered the whole society and not been fully cost-free. In addition, in the implementation it still faces many obstacles. This means that individuals must start thinking about the pattern of appropriate household savings in order to avoid a decrease in welfare when income shock occurs. Therefore, the study of household saving in Indonesia is important, considering the social security system organized by the country has not developed well due to the capacity or the ability of the country that is relatively limited. In conditions of social security systems which are not yet perfect and also the financial and insurance markets which are not yet efficient, as well as relatively limited accesses to formal financial services, household saving is a factor that will determine the level of welfare in Indonesia. This study analyzes the pattern of Indonesia’s household savings with a focus on: First, the testing of household life cycle saving model. In this case, household savings behavior will be analyzed throughout the life, whether the life cycle hypothesis applies in the context of Indonesian households. Second, it is the analysis of the effect of changes in the demographic structure to the household savings. Changes in the demographic structure in question are changes in the number of dependent children, changes in the number of adult children, and changes in the number of siblings. Third, it is the analysis of the effect of crowding out between the insurance ownership and household savings and the fourth is the link between retirement ownership and household savings. Data used in the study of Indonesian household savings are the result of the Indonesian Family Life Survey (IFLS). For the purposes of estimation, this study uses three waves of IFLS data, ie, IFLS-2 (1997), IFLS-3 (2000) and IFLS- 4 (2007). Household savings are measured by two approaches, namely stock approach and stock wealth. In this study, the saving proxy with stock approach measures savings as wealth accumulation change from one period to another. Savings proxy with stock approach is called saving-stock. The last one is wealth stock approach that measures the total household wealth/assets per year. This study also uses several variables to explain the characteristics of household savings behavior in Indonesia. The variables of household characteristics are education of household head, gender of household head, household size, number of household members who work, household domicile, and residency distance to financial institutions. Testing of life cycle hypothesis and the influence of demographic structure on saving is done by using panel data approach. To estimate the effect of insurance and pension ownership on savings, the least square standard (OLS) approach is used. Based on test results, this study finds empirical evidence on the presence of the pattern of household savings in Indonesia which is hump-shaped when savings are measured by the wealth change from year to year and the total household wealth/assets per year. This indicates the enactment of life-cycle household saving model in the context of Indonesia, where households will accumulate assets during their working and decummulate assets when they retire. This finding is consistent with the life-cycle hypothesis put forward by Modigliani, and simultaneously confirms the results of previous research which states that life cycle household savings are influenced by age effect, year (business cycle) effect and cohort (year of birth) effect. Meanwhile, life-cycle hypothesis is not supported empirically when household savings are measured by the ratio of savings to income. For the testing of the effect of the demographic structure of the household savings, it obtains the following results. 1) The hypothesis that the number of adult children negatively affects household saving to gain empirical support when savings are measured by total household wealth/assets per year. This condition indicates that the presence of grown children is the substitution of old age security for parents. Parents can rely on children who are already working. 2) The number of dependent children negatively affects household savings when household savings are measured by total household wealth/assets per year. This result indicates that the presence of dependent children will reduce the motivation of households to save. 3) The number of siblings is empirically proven to have positive effect on savings when household savings are measured by total household wealth/assets per year. The result indicates that Indonesian households are independent. This is because the lives of those who have siblings do not relied on their siblings. This results in increased motivation of households to save. This study also finds empirical evidence for a negative influence of health insurance on household savings, while household savings are measured by the change of wealth from year to year and the total household wealth/assets per year. This indicates that the insurer can reduce the uncertainty of health costs to be incurred, so that this condition will decrease the motivation of households to save. However, this study fails to find empirical evidence for a negative influence of retirement insurance to household savings. Instead, the findings indicate that households that have pension benefits tend to have savings (in the form of asset/wealth) more than those that do not have pension benefits.
Kata Kunci : Household saving, Life-Cycle hypothesis, structural demographic, health insurance and Pension