Laporkan Masalah

Beras Daerah dan Kesejahteraan Petani (Studi Tentang Program Bela dan Beli di Desa Kedundang, Kecamatan Temon, Kulon Progo)

BAHTERA SEGARA T, Dr. Mulyadi Sumarto, MPP

2017 | Skripsi | S1 ILMU PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN (SOSIATRI)

Bela Beli Kulon Progo mulai fokus pada ranah pertanian sejak pertengahan tahun 2013. Bela beli Kulon Progo sejatinya adalah gerakan untuk membuat masyarakat Kulon Progo lebih mencintai, menggunakan serta bangga akan produk yang dihasilkan sendiri. Menggantikan Beras Sejahtera (Rastra) menjadi Beras Daerah (Rasda) adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan dengan adanya gerakan program Bela Beli Kulon Progo. Pemerintah juga bekerja sama dengan petani lokal untuk memenuhi target-target pemenuhan beras bagi kebutuhan masyarakat Kulon Progo. Hal tersebut menjadi menarik untuk diteliti, mengingat apakah kesejahteraan petani yang ikut serta dalam merealisasikan program tersebut menjadi ikut meningkat taraf hidupnya atau tidak. Tema tersebut diangkat karena selama ini Kulon Progo menjadi sorotan karena program-programnya yang dianggap berhasil, bahkan inovasi ini pun diapresiasi Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, yakni masuk Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Sinovik) Top 99 Inovasi Pelayanan Publik. Kesejahteraan petani beras di Kulon Progo, khususnya di Desa Kedundang, Kecamatan Temon menjadi kajian yang akan diteliti secara mendalam dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan peneliti untuk mendukung penelitian ini adalah dengan data primer yang berasal dari wawancara langsung kepada para petani beras di Desa Kedundang, Kecamatan Temon, Kulon Progo, dan data sekunder yang berasal dari dokumen-dokumen pemerintah terkait pendapatan para petani dan tingkat kesejahteraanya setelah adanya program Bela Beli Kulon Progo. Hasil dari penelitian ini adalah bagaimana Kebijakan Rasda berjalan dan seperti apa pengelolaanya, tiga pihak yang berkaitan satu sama lain yaitu pemerintah, stakeholder serta petani adalah aktor yang bekerjasama dengan sistem yang tertata agar program ini berjalan sebagaimana mestinya. Hubungan kekeluargaan dan sifat gotong royong masih menjadi kekuatan dan semangat dalam kebijakan ini. Dengan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kulon Progo dalam upaya untuk melawan kapitalisme yang dianggap hanya menguntungkan segelintir orang saja. Dengan memahami betul potensi-potensi yang dimiliki seperti kemampuan mengelola surplus beras yang selama ini menjadi masalah karena berdampak pada anjloknya harga beras.dampak dari kebijakan ini adalah adanya peningkatan kesejahteraan dari berbagai aspek, dilihat dari aspek peningkatan kualitas pendidikan para anak petani yang tergabung dalam Gapoktan, peningkatan pendapat, dan peningkatan kesehatan. Dalam peningkatan ekonomi misalnya, petani menjadi mempunyai investasi dibidang lain selain hasil pertanian, sebagai contohnya adalah kemampuan mereka untuk mengirimkan anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dan meningkatkan kapasitas mereka.

Bela Beli Kulon Progo has been focused on agriculture sector since 2013. Bela Beli Kulon Progo is actually a movement to make Kulon Progo society more loving, using, and also proud of their own products. Replacing Beras Sejahtera (Rastra) into Beras Daerah (Rasda) is the one of policies that has been issued by Bela Beli Kulon Progo program movement. The government also collaborates with local farmer to reach the rice compliance target for the needs of Kulon Progo society. It becomes interesting to be analyzed. Considering whether the welfare of farmer who participates in realizing the program becomes more prosperous or not. This theme has been lifted because to date Kulon Progo becomes a highlight in their programs that have been considered successful and also this innovation has been appreciated by the Ministry of Administrative Reform and Bureaucratic Reform, which enters in the Public Service Innovation Competition (Sinovik) Top 99 Public Service Innovation. The rice farmer welfare in Kulon Progo, especially in Kedundang Village, Temon District becomes an object that is analyzed in this research. The data that have been collected by the researcher to support this research is primary data that came from direct interviews to farmers of rice in Kedundang Village, Temon District, Kulon Progo, and secondary data derived from government documents that are related to the income of farmers and their welfare level after the Bela Beli Kulon Progo program existed. The result of this research is the way Rasda policy runs and the system of management itself. The three parties that are relating to each other namely the government, stakeholders and farmers are the actors who cooperate with the arranged system for the program to run properly. The relationship of kinship and the nature of teamwork are still become a power and spirit of this policy. Along with the policies that have been issued by Kulon Progo government in against capitalism that are considered to unfair, the profit only for some people. In Understanding well the potentials such as the ability to manage rice surplus which has been a problem because it affects the drop in rice prices. The impact of this policy are the increase of welfare from various aspects, it is seen from aspects of improving the quality of education of the children of the farmers who are members of Gapoktan, increasing revenue, and improving health. In economic improvement, farmers have investments in other fields besides agricultural products, for example their ability to send their children to continue their education to a higher level and increase their capacity.

Kata Kunci : Rasda, Rastra, Petani, Kesejahteraan.