FILM SEBAGAI MEDIA COUNTER-WACANA MASA REFORMASI: ANALISIS WACANA KRITIS FILM PULAU BURU: TANAH AIR BETA
RIVI ULFA AULIA, Longgina Novadona Bayo, S.IP., M.A.
2017 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)Wacana anti-komunis yang disuarakan oleh rezim Orde Baru nyatanya masih mengakar kuat di masyarakat Indonesia. Kini, wacana tersebut muncul dengan wajah baru, mulai dari pembubaran diskusi, pelarangan buku, hingga pelarangan pemutaran film-film yang membawa latar kejadian 1965. Namun, hal tersebut tidak menjadi halangan bagi kaum intelektual dalam usahanya mengangkat kembali wacana pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Orde Baru dan juga wacana rekonsiliasi bagi para mantan tahanan politik. Salah satu cara nya ialah melalui media film. Dalam penelitian ini, penulis memilih film Pulau Buru: Tanah Air Beta sebagai obyek penelitian. Film ini berkisah tentang kunjungan seorang mantan tahanan politik ke Pulau Buru setelah lama ia tinggalkan. Penelitian ini berusaha membedah wacana pelanggaran HAM dan wacana rekonsiliasi yang dibangun dalam film Pulau Buru: Tanah Air Beta sebagai wacana tandingan atau counter-wacana dari wacana dominan yang berkembang di masyarakat dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa film Pulau Buru: Tanah Air Beta membangun wacana pelanggaran HAM serta wacana rekonsiliasi sebagai wacana alternatif dari wacana dominan yang telah mengakar di masyarakat sebagai akibat dari hegemoni yang ditanamkan oleh Orde Baru. Namun sayangnya, masih kuatnya wacana dominan di masyarakat mengakibatkan wacana alternatif menjadi wacana yang terpinggirkan.
The anti-communist discourse voiced by the New Order regime is in fact still firmly rooted in Indonesian society. Now, the discourse comes with a new face, ranging from dissolution of discussion, book banning, to banning screening of films that bring the background of the 1965 incident. However, it does not become an obstacle for intellectuals to attempt the discourse of human rights violations committed by the Order New and reconciliation discourse for former political prisoners. One way is through film. In this research, writer choose Pulau Buru: Tanah Air Beta as research object. The film revolves around the visit of a former political prisoner to Buru Island after he left. This research attempts to dissect the counter-discourse built in the Pulau Buru: Tanah Air Beta by using Critical Discourse Analysis of Norman Fairclough. The result of the research shows that Pulau Buru: Tanah Air Beta built the discourse of human rights violations and reconciliation discourse as an alternative discourse of the dominant discourse that has been rooted in society as a result of the hegemony instilled by the New Order. But unfortunately, the strong dominant discourse in society leads to the discourse of alternative to be marginalized discourse.
Kata Kunci : wacana, analisis wacana kritis Fairclough, Tragedi 1965, HAM, rekonsiliasi, komunis