Perantau Minang di Yogyakarta : Studi Pendekatan Hibriditas Pedagang Kaki Lima Malioboro
RAHMADANI FADILLA, Prof. Dr. Tadjuddin Noer Effendi, M.A.
2018 | Skripsi | S1 SOSIOLOGIPerantau merupakan kelompok masyarakat yang melakukan perpindahan tempat tinggal atau migrasi dari daerah asalnya menuju daerah yang berbeda. Dalam proses merantau terjadi beberapa perubahan aspek seperti bahasa, kebiasaan atau budayanya. Suku Minangkabau adalah salah satu suku di Indonesia yang dikenal memiliki budaya merantau. Mereka melakukan kegiatan merantau dengan berbagai tujuan salah satunya faktor ekonomi dan tersebar hampir di seluruh kota-kota besar di Indonesia tidak terkecuali di Yogyakarta. Perantau Minang menjalankan usahanya di berbagai bidang salah satunya adalah menjadi pedagang kaki lima. Pedagang kaki lima suku Minang cukup banyak menghiasi ruang publik Kota Yogyakarta terutama di Malioboro. Malioboro selain sebagai tempat berkumpulnya pedagang kaki lima untuk berdagang juga menjadi tempat terjadinya proses hibriditas. Hibriditas ini terjadi apabila dua kebudayaan atau lebih melakukan kontak sehingga menyebabkan terjadinya interaksi, kerjasama dan bentuk sosialisasi lainnya yang dapat menyebabkan budaya yang berkontak tersebut melebur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi, dilakukan dengan observasi sepanjang Jalan Malioboro dan mewawancarai 10 orang informan yang keseluruhannya merupakan pedagang kaki lima. Hasil penelitan ini memperlihatkan bahwa interaksi yang dilakukan oleh pedagang kaki lima Minang dan pedagang kaki lima Jawa terjalin dengan baik bahkan mereka saling mengadopsi budaya masing-masing. Dimulai dari hal tersebut proses hibriditas muncul jelas pada aspek bahasa yang pada akhirnya membentuk ambiguitas budaya.
Migrants are community whose moving around to the place that different from their belong to be. In migration's process there are some aspect such as language, habits or cultures that changes. Minangkabau is one of ethnic group in Indonesia that have wander habits to go to overseas or known as merantau for an economic reasons. They are wandered to all cities in Indonesia, even in Yogyakarta, they are entering formal sector as well as informal sector. One of the informal sector running by Minang's migrant are being hawkers. There is so many Minang's migrant who become hawkers in Yogyakarta's public spaces especially in Malioboro street. Malioboro street is place for trading but hybridity are going well enough. Hybridity occur when two cultures or more contact each other so that interaction occur as well. Interaction, helping each other and many type of socialization can caused culture that contact each other being melted. This research use qualitative method with ethnography's studies, doing observation and interview 10 hawkers in Malioboro. The result of this research show that interaction of Minang's hawkers and Java's hawkers going really good and they are adopting culture that different of them. Starting from that contact, cooperation, and adopting culture can caused identity ambiguous.
Kata Kunci : Perantau Minang, Pedagang Kaki Lima Malioboro, Hibriditas, Budaya