Laporkan Masalah

Model rehabilitasi lahan dalam rangka manajemen lahan pertanian : Studi kasus DAS Bone provinsi Gorontalo

Asda Rauf,

2012 | Disertasi |

Menurunnya luas lahan-lahan untuk pertanian disebabkan alih fungsi lahan produktif menyebabkan meningkatnya lahan-lahan kritis, sehingga berdampak pada penurunan produktivitas lahan, terganggunya kawasan hutan, akibatnya daya dukung lahan untuk pertanian makin menurun. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji pemanfaatan lahan yang didasarkan pada kemampuan dan kesesuaian lahan di DAS Bone; (2) memprediksi tingkat kerusakan lahan ditinjau dari aspek bio-geofisik dan aspek sosial ekonomi budaya; (3) mengkaji sebaran spasial zonasi lahan kritis di DAS Bone; dan (4) menyusun model rehabilitasi lahan berdasarkan sebaran spasial zona lahan kritis dalam rangka penentuan kebijakan manajemen lahan pertanian berkelanjutan. Penelitian dilakukan dengan metode survei pada 12 kecamatan di DAS Bone. Karakteristik bio-geofisik DAS disederhanakan melalui pendekatan kajian bentanglahan, parameter fisik lahan, yaitu bentuklahan, lereng, tanah dan penggunaan lahan. Satuan lahan yang digunakan adalah hasil tumpang susun peta tematik bentuklahan, lereng, tanah dan penggunaan lahan. Data bio-geofisik diperoleh dari hasil interpretasi Citra Landsat ETM 2005 dan Citra Alos Tahun 2006, Peta RBI Tahun 1991, peta tematik, survei lapangan dan diolah dengan sistem informasi geografis. Klasifikasi kemampuan lahan dilakukan pada setiap satuan lahan berdasarkan faktor-faktor pembatasnya, yaitu kemiringan lereng, kepekaan tanah terhadap erosi, tingkat bahaya erosi, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah, sebaran batuan dan kerikil dipermukaan tanah. Datatersebut dibuatkan global data sesuai parameter untuk analisa pada penilaian kemampuan lahan menggunakan Software LCLP (Land Clasification and Land Use Planning. Kesesuaian lahan dianalisa berdasarkan kesesuaian tanaman. Klasifikasi dan tingkat kekritisan lahan dilakukan cara scoring dan pembobotan dengan skala dan kriteria yang didasarkan pada SK Dirjen RRL No. 041/Kpts/V/1998 dan dilanjutkan dengan tumpang susun peta-peta tematik yaitu tutupan vegetasi, kemiringan lereng, tingkat erosi dan singkapan batuan, serta manajemen (pengelolaan); dan produktivitas lahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan lahan menjadi dasar analisis untuk menyusun model rehabilitasi lahan sebagai pedoman manajemen lahan pertanian. Penggunaan lahan secara aktual masih banyak yang belum sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahan, sehingga menghasilkan lahan-lahan kritis. Penyebab lahan kritis didominasi kegiatan pertanian pada lereng >15%, tidak dibarengi konservasi tanah. Aktivitas pertanian masih tradisional, kondisi petani yang status ekonomi rendah, tingkat pendidikan rendah dan belum terbiasa dengan penerapan konservasi tanah. Sebaran spasial lahan kritis terdapat di kawasan budidaya dan kawasan lindung baik di dalam kawasan hutan maupun di luar kawasan hutan. Model rehabilitasi lahan kritis di DAS Bone disusun berdasarkan hasil analisa satuan lahan, tingkat kekritisan lahan, peruntukan kawasan (kawasan lindung dan kawasan budidaya) yang disajikan dalam bentuk aplikasi teknik konservasi tanah vegetatif, mekanis, agronomi dan manajemen lahan. Pelaksanaan manajemen lahan di DAS Bone meliputi empat komponen kegiatan yang saling menunjang, yaitu penyuluhan pertanian untuk meningkatkan life skill petani yang didukung peningkatan kemampuan dan kompotensi penyuluh, menerapkan teknik konservasi tanah secara agronomi, vegetatif, mekanik dan manajemen lahan, baik secara manual maupun aplikasi dua atau tiga teknik konservasi yang ditunjang dengan pembentukan kelembagaan konservasi dan kebijakan daerah.

Kata Kunci :


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.