Laporkan Masalah

Pengelolaan kawasan hilir daerah aliran sungai (DAS) berbasis analisis risiko banjir akibat kegagalan bendungan (DAM Failure) dikawasan hilir DAS Jeneberang Sulawesi Selatan

Suriadi,

2016 | Tesis |

Kejadian kegagalan bendungan (dam failure) terbukti telah menyebabkan kerugian sangat besar baik itu skala global maupun skala lokal. Banjir yang terjadi pada suatu waduk dapat menyebabkan retakan ataupun pelimpahan (overtopping) pada bendungan yang bisa mengakibatkan kerentanan terhadap kehidupan manusia, infrastruktur, dan kegiatan ekonomi terhadap masyarakat yang berada di daerah hilir daerah aliran sungai. Bendungan Bili-Bili dibangun di Sungai Jeneberang dan mulai beroperasi pada tahun 1999 dengan masa operasi selama 50 tahun. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) mengetahui ancaman banjir jika terjadi kegagalan bendungan di hilir DAS Jeneberang; (2) menganalisis tingkat risiko banjir akibat kegagalan bendungan di hilir DAS Jeneberang; (3) merekomendasikan alternatif pengelolaan wilayah hilir DAS Jeneberang berbasis risiko banjir akibat kegagalan bendungan. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survei dan studi literatur. Teknik analisis data dengan pendekatan kuantitatif. HEC-RAS dengan ekstensi HEC-GeoRAS digunakan untuk menentukan tingkat ancaman banjir akibat kegagalan bendungan dengan masukan data berupa penampang melintang, nilai kekasaran manning, struktur bendungan, dan nilai PMF DAS Jeneberang. Risiko banjir akibat kegagalan bendungan diperoleh melalui tingkat ancaman, tingkat kerugian, dan tingkat kapasitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tinggi maksimal banjir yaitu 26,4 meter pada penampang melintang stasiun 31501,56 yang berjarak 0,5 km dari tubuh bendungan. Seluas 13.625,47 Ha berada pada kelas tinggi untuk ancaman banjir sedangkan hanya 452,82 Ha yang tidak terancam banjir. Perhitungan risiko menunjukkan bahwa 83,32% dari wilayah hilir DAS Jeneberang berada pada kelas risiko tinggi, 2,57% tidak berisiko, sedangkan 14,31% berada pada kelas agak tinggi, sedang, agak rendah, dan rendah. Kelas risiko banjir ini yang kemudian menjadi acuan untuk rekomendasi arahan pengelolaan wilayah hilir DAS Jeneberang. Pengelolaan wilayah hilir DAS Jeneberang yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengelolaan yang berbasis lingkungan dan pengelolaan pengurangan risiko banjir.

Kata Kunci :


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.