Laporkan Masalah

Dinamika perkembangan pemanfaatan ruang diwilayah pesisir selatan Pulau Bali

Wayan Damar Windu Kurniawan,

2016 | Tesis |

Perkembangan ruang pada wilayah pesisir selatan Pulau Bali cenderung memiliki pola yang konsentris dan memanjang di sepanjang wilayah kepesisiran. Wilayah pesisir daratan yang dulunya memiliki corak pedesaan lambat laun memiliki corak kekotaan, yang telah banyak berubah dari lahan pertanian atau tanah kosong menjadi ruang yang dimanfaatkan untuk menunjang aktivitas masyarakat. Perkembangan ruang di wilayah penelitian dari tahun 1995 hingga tahun 2015 tercermin dari pola perubahan pemanfaatan ruang, proses perubahan pemanfaatan lahan, dan faktor yang mempengaruhi perubahan pemanfaatan lahan. Sehingga perencanaan ruang yang baik dapat dirumuskan jika kondisi ruang wilayah kepesisiran ini dapat diprediksi arah perkembangannya, pola perubahan pemanfaatan lahannya, proses perubahan pemanfaatan lahannya, serta faktor yang paling berpengaruh terhadap perubahan pemanfaatan lahan hingga tahun 2030 sesuai dengan rencana pola ruang Provinsi Bali. Penelitian ini menggunakan 3 citra dari 3 tahun perekaman yang berbeda yaitu Citra Landsat TM tahun 1995, Landsat 7 ETM+ tahun 2005 serta Landsat 8 tahun 2015. Ketiga citra ini dilakukan proses interpretasi penggunaan lahan sehingga menghasilkan 6 kelas penggunaan lahan pada masing-masing tahun perekaman. Data penggunaan lahan dari 3 tahun perekaman ini kemudian digunakan untuk simulasi dan prediksi perkembangan ruang. Simulasi dan prediksi perkembangan ruang tahun 2030 dilakukan dengan menggunakan model automata seluler rantai markov yang memanfaatkan 5 faktor penentu seperti harga lahan, lokasi wisata, kemudahan akses, lokasi fasilitas pelayanan dan kepadatan penduduk serta 2 faktor pembatas yaitu aturan adat dan tubuh air/sungai. Hasil penelitian menunjukkan pada periode 1995 – 2015 perkembangan ruang di wilayah penelitian mengarah ke kuadran timur laut dan barat dengan pola dominan perubahan dari lahan pertanian menjadi kekotaan campuran serta permukiman ke lahan komersial. Pada periode ini proses perkembangan ruang secara umum dipengaruhi oleh lokasi wisata. Periode 2015 – 2030 perkembangan ruang mengarah ke 3 kuadran sekaligus yaitu barat laut, barat daya, dan timur laut dengan pola perubahan dari lahan pertanian menjadi lahan kekotaan campuran atau lahan bangunan lainnya. Kemudahan akses, jarak terhadap fasilitas pelayanan dan lokasi wisata merupakan faktor yang paling berperan pada proses perkembangan pemanfaatan ruang pada 3 kuadran ini. Secara umum dari 5 faktor penentu perkembangan ruang, kemudahan akses merupakan faktor yang paling mempengaruhi atau yang memiliki peranan paling penting dalam perkembangan pemanfaatan ruang. Sementara itu tingkat kepentingan peranan 4 faktor lainnya berturut-turut dari tinggi ke rendah adalah lokasi wisata, jarak terhadap fasilitas umum, harga lahan dan kepadatan penduduk.

Kata Kunci :


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.