Laporkan Masalah

Estimasi debit puncak berdasarkan beberapa metode penentuan koofisien limpasan disub DAS Kedung Gong kabupaten Kulonprogo Yogyakarta

Adzicky Samaawa,

2015 | Skripsi |

Debit puncak merupakan salah satu indikator kesehatan DAS. Tidak semua DAS memiliki stasiun pengukur hidrologi sehingga data debit puncak belum tersedia. Model hidrologi yang sering digunakan untuk mengestimasi besarnya debit puncak adalah metode rasional. Salah satu parameter yang sangat berpengaruh terhadap metode rasional adalah koefisien limpasan (C). Terdapat banyak sekali metode yang dapat digunakan untuk menentukan nilai koefisien limpasan seperti metode U. S. Forest Service, Hassing, dan Cook. Oleh sebab itu, beberapa metode tersebut perlu diujicobakan pada sub DAS Kedung Gong yang memiliki data hidrologi yang lengkap untuk mengetahui besarnya nilai koefisien limpasan dan debit puncak sekaligus menganalisis perbedaan hasil yang diperoleh. Masing-masing metode penentuan koefisien limpasan memerlukan parameter fisik DAS. Metode U. S. Forest Service menggunakan tingkat kepadatan penggunaan lahan untuk menentukan nilai C. Metode Hassing menggabungkan parameter topografi, tanah, dan vegetasi penutup. Sedangkan metode Cook menggunakan karakteristik fisik DAS yang terdiri dari topografi, infiltrasi tanah, vegetasi penutup, dan simpanan permukaan. Keakuratan tiap metode penentuan koefisien limpasan diuji menggunakan data-data yang tersedia di Sub DAS Kedung Gong melalui perbandingan antara Qp hasil estimasi metode Rasional dengan Qp aktual yang berasal dari stasiun pengamatan aliran sungai (SPAS). Koefisien limpasan (C) yang ditentukan dengan metode U. S. Forest service, metode Hassing, dan metode Cook masing-masing bernilai 0,48; 0,52; dan 0,75. Estimasi debit puncak rumus rasional dengan koefisien limpasan metode U. S. Forest Service, Hassing, dan Cook memiliki nilai estimasi debit puncak terendah pada kejadian hujan 15 Mei 2014 dengan 1,18 m³/detik, 1,28 m³/detik, dan 1,38 m³/detik. Sementara, estimasi debit puncak tertinggi terjadi pada kejadian hujan 22 Februari 2014 dengan 12,94 m³/detik, 14,02 m³/detik, dan 20,09 m³/detik. Selisih rata-rata debit puncak estimasi dengan debit puncak aktual masing-masing sebesar 2,19 m³/detik, 1,87 m³/detik, dan 0,10 m³/detik. Sedangkan tingkat ketelitian rata-rata debit puncak estimasi masing-masing metode sebesar 93,60%, 101,40%, dan 145,28%.

Kata Kunci :


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.