Perhitungan Base Lending Rate Pada Bank BPD DIY Sebagai Sumber Pendapatan
Wasito, Jati (Adv: Dr. Marwan Asri, MBA), Dr. Marwan Asri, MBA
1998 | Skripsi | S1 Extention - Management
Deregulasi perbankan dengan Kebijaksanaan Juni 1983 menandakan bahwa proses pengembangan perbankan Indonesia memasuki tahap pengambangan lanjut yang dilandasi sikap kemandirian dari perbankan dan sikap inovatif yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Dan sejak saat itu penetapan Pagu Aktiva Produktif ditiadakan, sehingga hal itu memberikan kebebasan Bank dalam memberikan kredit kepada nasabahnya tanpa dibatasi oleh pagu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, disamping itu Bank juga bebas menetapkan sendiri suku bunga Deposito maupun Suku Bunga Kredit. Kebijaksanaan tersebut juga telah memberikan kepercayaan yang lebih besar terhadap kekuatan harga dan pasar sehingga memacu persaingan di kalangan perbankan dalam meningkatkan penghimpunan dana masyarakat maupun penyaluran kredit.
Dalam persaingan yang semakin ketat dengan kecenderungan suku bunga penghimpunan dana yang semakin tinggi dan berflutuatif maka tingkat suku bunga pinjaman juga cenderung naik dan ikut berfluktuatif, keadaan yang demikian ini menuntut Bank untuk lebih aktif dan kreatif serta dapat menentukan suku bunga pinjaman yang Kompetitif agar dapat mempertahankan pertumbuhan usaha yang stabil dalam kondisi yang bergejolak. Dengan demikian diperlukan perhitungan suku bunga kredit atau yang biasa disebut "Base Lending Rate" yang tepat dan benar sehingga pendapatan dari bunga pinjaman dapat Optimal serta memberikan keutungan yang memadai dengan resiko yang dihadapi.
Karena sumber-sumber laba potensial bank diperoleh dari pe!aksanaan intermediasi tersebut, maka dalam rangka meningkatkan usahanya, seharusnya bank memanfaatkan sumber dana yang ada secara optimal sehingga dari alokasi penggunaan dana tersebut akan diperoleh laba yang optimal pula. Sebagian alokasi penggunaan dana adalah untuk pemberian kredit, namun demikian karena dengan pemberian kredit bank akan berhadapan dengan berbagai pihak yang heterogen dan berbagai sub sektor ekonomi, maka dalam pemberian kredit akan lebih banyak resiko yang dihadapi bank jika dibandingkan dengan penempatan dana pada lembaga keuangan maupun penyertaan pada perusahaan lain.
Dari berbagai masalah yang dihadapi bank dalam memberikan kredit, diantaranya adalah menghitung Suku Bunga atau Base Lending Rate agar dari pemberian kredit tersebut dapat diperoleh laba bersih seperti apa yang diharapkan. Dalam terjemahan bebas Base Lending Rate diartikan sebagai tingkat bunga pinjaman, yang maksudnya adalah Tingkat Bunga yang harus dikenakan oleh Bank kepada Debiturnya, berdasarkan harga pokok dana yang melekat pada pinjaman yang diberikan dengan mempertimbangkan keutungan bersih yang diharapkan maupun tingkat resiko yang mungkin akan dihadapinya
Dalam memberikan kredit hal yang paling penting diantaranya adalah menghitung suku bunga kredit atau Base Lending Rate (BLR), agar dari pemberian kredit tersebut dapat diperoleh laba bersih seperti apa yang diharapkan. Oleh karena itu dari beberapa tehnik penetapan suku bunga kredit diatas, dipandang bahwa pendekatan perhitungan penetapan Base Lending Rate akan digunalcan sebagai dasar perhitungan adalah rumusan :
BLR = Cost Of Fund + Processing Cost + Industrial Risk Premium + Customers Risk Premium + Profit Target + Cost Of Capital.
- Dalam perhitungan Base Lending Rate, cost of fund sangat berpengaruh dalain hasil akhir perhitungan. Hal ini dikarenakan cost of fund mempunyai komponen inti yang terdiri dari Giro, Tabungan, dan Deposito, sedangkan dalam penghimpunan dana tersebut sangat sulit untuk menentukan ataupun memprediksi berapa besar dana yang dapat dihimpun atau dapat dikatakan bahwa Cost Of Fund sangat berfluktuatif dan Uncontroable.
- Biaya Overhead, disini adalah biaya tenaga kerja, penyusutan aktiva tetap dan inventaris, serta biaya administrasi dan umum, disini ini paling menonjol adalah biaya untuk tenaga kerja, hal ini dapat dimaklumi karena kantor cabang dan kantor cabang pembantu Bank BPD DIY yang cukup banyak, hal itu diperutukkan guna optimalisasi pelayanan.
- Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif, untuk yang satu ini adalah merupakan kewajiban dart setiap bank untuk membentuk peyisihan tersebut, hal ini diperlukan guna mengantipasi adanya kredit macet.
- Spread, seperti apa yang telah dijelaskan dalam bab II bahwa spread adalah merupakan kata lain dart Profit Target, sehingga dihitung dengan membandingkan antara target laba yang diharapkan manajemen dengan dana yang dapat dipinjamkan (Loanable Fund).
- Risk, disini dihitung mengingat bahwa tiap sektor ekonomi yang akan dibiayai mempunyai tingkat resiko yang berbeda, dan apabila kredit yang diberikan berjalan lancar seperti apa yang diperjanjikan, maka tingkat tingkat resikonya akan nol, dan prosentase tingkat risiko yang telah dihitung akan dapat menambah pendapatan bank. Dan secara umum, disarankan agar Bank BPD DIY meninjau kembali secara periodic perhitungan Base Lending Ratenya, disesuaikan dengan kondisi pasar dan penghimpunan dana yang ada, hal ini tidak lain adalah untuk mengoptimalkan pendapatan.
Kata Kunci : base lending rate, bank, sumber pendapatan