ANALISIS PERKEMBANGAN EKSPOR DAN DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL INDONESIA (1986-1997)
Tri Kunawangsih Purnamaningrum (adv. Prof. Dr. Dibyo Prabowo, M.Sc.), Prof. Dr. Dibyo Prabowo, M.Sc.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui perkembangan ekspor tekstil dan pakaian jadi pada kurun waktu 1986-1997; (2) mengetahui daya saing dan keunggulan komparatif industri tekstil dan pakaian jadi Indonesia di pasar Internasional; (3) mengetahui struktur biaya industri tekstil Indonesia dan
kemampuannya dalam menembus pasar internasional.
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat diambil beberapa kesimpulan.Pertama, pada periode 1986-1992 ekspor pengolahan tekstil dan pakaian jadi Indonesia mengalami peningkatan dengan angka pertumbuhan yang bervariasi,
sedangkan pada tahun 1993 dan 1994 mengalami penurunan. Ekspor tekstil Indonesia mengalami peningkatan dengan angka pertumbuhan yang bervariasi, sedangkan pada tahun 1993 dan 1994 mengalami penurunan. Ekspor tekstil Indonesia mengalami peningkatan kembali pada tahun 1995 dan 1996 dengan angka pertumbuhan yang lebih lambat dibandinakan pada periode 1986-1992. Tetapi pada tahun 1997 ekspor produk-produk tersebut kembali turun. Kedua, kecuali di Amerika dan Hongkong daya saing produk benang Indonesia lemah, sedangkan untuk kain tenun rata-rata daya saingnya lemah terutama di Jepang dan Australia. Daya saing pakaian lelaki dan anak lelaki rajutan juga lemah di negara-negara tujuan ekspor yang diamati, sedangkan untuk produk perlengkapan pakaian dan tekstil, daya saingnya cenderung kuat. Ketiga, produk-produk pakaian jadi Indonesia hampir seluruhnya memiliki keunggulan komparatif, sementara itu untuk produk-produk tekstil agak bervariasi. Keempat, berdasarkan data ITMF biaya bahan baku benangs yakni kapas mencapai 50% dari seluruh total biava produksi. Sedangkan yang terakhir mengenai kemampuan industri tekstil dan pakaian jadi Indonesia dalam menembus pasar di negara-neuara tujuan yang diamati berkisar anatar 0,01 23%. Pangsa pasar industri tekstil dan pakaian jadi Indonesia cukup tinggi di Singapura disebabkan oleh keberadaan negara tersebut sebagai perantara pasar dunia.
This research was intended rto assess (1) the export development of textile and garment export during the period of 1986 — 1997; (2) the competitive ability in international market; (3) the cost strucyture of Indonesian textile industry and its ability to pnetrate international market.
Data tabulation resulted in several conclusions. Resulted in several conclusions. First, in the period of 1986 — 1992 textile and garment export of Indonesia increased at various growth rate, while in 1993 and 1994 decreased. The
textile export increased again in 1995 — 1996 at slower rate of growth if compared to the period of 1986 — 1992. However, export of such products decreased again in 1997. Second, except in America and Hongkong, the competitive ability of Indonesian thread product was low, while woven clothes were averagely low in Japan and Australia. Comparative ability of knitted men's wear and knitted boy's wear were also low in destination countries, while textile and outfit products were relatively high. Third, nearly all of the Indonesian garment product had comparative advantage, while that of textile varied. Fourth, according to the data of ITMF, raw material cost of cotton, was 50% of total production cost. Finally, the ability of textile and garment industry to penetrate international market was only between 0.01% to 23%. The market segment of Indonesian textile and garment industry was quite high in Singapore because of its function as world market intermediary.
Kata Kunci : industri tekstil, daya saing, ekspor,