Pengaruh Kebijakan Ekspor Kayu Terhadap Perekonomian dan Kualitas Lingkungan : Pendekatan Model Keseimbangan Umunt Terapan (KUT)
Subiyantini Wemmy (Pembimbing): Dr. Budiono Sri Handoko, MA,, Dr. Budiono Sri Handoko, MA,
Tesis ini bedudul "Pengaruh Kebijakan Ekspor Kayu Terhadap Perekonomian dan Kualitas Lingkungan : Pendekatan Model Keseimbangan Umum Terapan (KUT)". Model ini diadaptasi dari model sejenis untuk perekonomian Australia yakni ORANI, yang pertama kali dikembangkan pada akhir tahun 1970-an. Di Indonesia sendiri baru dikembangkan pada akhir tahun 1997. Model KUT menggambarkan perubahan dan kondisi suatu keseimbangan menuju keseimbangan baru jika terdapat adanya external shock. Dengan model ini permasalahan yang mengkaitkan antara model ekonomi makro dan mikro dapat diselesaikan sekaligus. Dalam penelitian ini, model KUT digunakan untuk menganalisis pengaruh kebijakan pemerintah dalam industri bidang kehutanan di Indonesia, khususnya yang menyangkut kebijakan ekspor kayu. Seperti diketahui, di Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan kebijakan ekspor kayu, yaitu pembatasan dan larangan ekspor kayu bulat, kebijakan pajak ekspor kayu gergajian yang bertujuan untuk meningkatkan ekspor barang jadi kayu dan pelestarian hutan serta intensifikasi penerimaan negara. Pada tahun 1992, larangan ekspor kayu diganti dengan pengenaan pajak ekspor kayu bulat yang tinggi. Pada awal tahun 1998, dicapai kesepakatan antara Dana Moneter Internasional (IMF) dan Indonesia, untuk memangkas tarif pajak ekspor kayu bulat, kayu gergajian dan rotan. Tarif pajak ekspor yang sebelum ini bisa mencapai 500%, sejak Maret 1998 hanya tinggal menjadi 10 %. Semua bentuk kebijakan tersebut bertujuan untuk dapat mengurangi kerusakan sumber daya hutan sekaligus meningkatkan perekonomian. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Kebijakan Ekspor kayu, baik berupa penghapusan larangan ekspor kayu bulat maupun penurunan pajak ekspor kayu olahan secara terpisah, pada umumnya berpengaruh positip terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa indikator makro ekonomi yang mengalami perbaikan kinerja, baik dan sisi pertumbuhan, stabilitas maupun redistribusi pendapatan. Pengaruh positip dari sektor makro ini didukung oleh kenaikan kinerja sektor regional yang secara umum menunjukkan kenaikan output agregat dan penyerapan tenaga kerja hampir di seluruh propinsi. Kenaikan yang relatif besar terjadi pada daerah-daerah dengan wilayah hutan produksi yang luas dengan kapasitas industri penggergajian yang relatif besar. Selain itu kebijakan ekspor kayu di atas juga mampu mendorong peningkatan aktivitas produksi di sektor kehutanan. Namun kebijakan ekspor kayu ini berpengaruh negatif terhadap kualitas lingkungan yang tampak dari kenaikan tingkat pencemaran di atas ambang batas toleransi yang berasal dad sektor kehutanan, meskipun relatif kecil dan cenderung tidak signifikan.
The title of this thesis is "The Influence of Timber Export policy to the Economy and Environment : a Study of Aplied General Equilibrium (AGE)". This model is adapted from typical model for Australian Economy, ORANI, which is developed at the first time in the end of 1970 decade. In Indonesia, this model began to be developed in the late 1997. The AGE model portrays the change of condition of an equilibrium to a new equilibrium when there is an external shock. Using this model, problems related to macro and micro economy can be finished together.
In this research, AGE model is used to analize the effect of government policy in forest industry in Indonesia, especially the one related to timber export policy. It is known that Indonesia has undergone some changes of timber export policy : that is, prohibion of log export, the tax policy on lumber to increase ready made wooden goods export, forest preservation and intensification of state's income. In 1992, timber export prohibition was changed into the policy of high tax for logs export. International Monetary Fund (IMF) and Indonesian Government has settled an agreement in early 1998, that Indonesian Government would reduce the tax for logs, timber and rattan. Export tariff tax was 500%, however since March 1998, the tariff has been 10% only. All of the policies are done reduce forest resources damages and to increase Indonesian economy. The result of this research shows that the timber export policy, either the omissing the log export prohibition or lowering the export tax for ready made wooden goods, generally has a good effect for Indonesian economic. This is shown by some macro economy indicators which undergo a better working system, either from the growth, stability or redistribution of income. The positive influence from this macro sector is supported by the rise of regional sector working system which generally shows the rise of aggregate output and the employment almost in all province. The rise which is relatively high undergone in some large productive forest with relatively big sawmill industries. Beside, the timber export policy above also support the rise of production activity in forest sector. However this policy has negative effect on environment quality, which can be seen from the rise of pollution of forestry sector over the toleration threshold, although it is relatively small and not significant.
Kata Kunci : Model Keseimbangan Umum Terapan (KUT), pertumbuhan ekonomi, pajak ekspor, produk kehutanan, Indorani.