Laporkan Masalah

KETERKAITAN INDUSTRI PADA DIVIDEND YIELD DAN P/E RATIO DALAM PENILAIAN HARGA SAHAM : Studi Empiris pada Perusahaan Go Publik di Bursa Efek Jakarta Periode 1994 -1997

RIZA ARYANTO (Adv : DR.NUR INDRIANTORO, M.SC), DR.NUR INDRIANTORO, M.SC

2000 | Skripsi | S1 Extention - Accounting

Para analis menggunakan model penilaian tertentu dalam penentukan dan pengevaluasian harga saham. Pembuktian melalui survey menyatakan bahwa model penilaian yang dominan adalah price-earning (PE) ratio, pendekatan lain seperti halnya tetapi dividend yield juga penting. Beberapa peneliti yang telah melakukan survey tersebut diantaranya Govindarajan (1980), Lee dan Tweedie (1981), Arnold dan Moizer (1984), Previts et al (1994), Yap(1997), dan Barker (1999). Penelitian survey tersebut didasarkan kontak langsung dengan analis, dan karenanya dianggap berpotensi untuk memberikan informasi mengenai perilaku penilaian analis, termasuk preferensi mereka diantara model penilaian yang berbeda.

Di Indonesia, Sartono dan Munir (1997) telah melakukan penelitian tentang Pengaruh Kategori Industri Terhadap Price Earning (P/E) Ratio dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, telah menyimpulkan bahwa rata-rata

PER untuk tiap-tiap industri berbeda. Dan penelitian Barker (1999) terhadap perusahaan yang listing di London Stock Exchange, menyimpulkan bahwa ada signifikansi perbedaan dalam penggunaan PE ratio dan dividend yield

pada industri yang berbeda. Barker telah membuktikan bahwa perice-earnings ratio sebagai model penilaian yang dominan digunakan analis ketimbang dividend yield untuk perusahaan yang bergerak di sektor services, industrials, dan consumer goods, dan untuk perusahaan-perusahaan ini hubungan dan pengaruh retained earnings lebih kuat daripada dividend per share terhadap harga saham. Sedangkan dividend yield sebagai model penilaian yang dominan digunakan analis ketimbang retained earnings untuk perusahaan yang bergerak di sektor financials dan utilities, dan dalam hal ini hubungan dan pengaruh dividend per share akan relatif lebih kuat daripada retained earnings terhadap harga saham.

Berdasarkan kesimpulan yang dibuat oleh Barker tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap perusahaan yang listing di Bursa Efek Jakarta yang dikelompokkan pada sektor goods, financials, dan services, industrials, consumer utilities. Dengan melakukan pengujian regresi dan

korelasi berganda penulis menemukan bahwa untuk perusahaan yang model penilaian dominannya dividend yield, dividend per share lebih kuat hubungan dan pengaruhnya secara relatif daripada retained earnings terhadap harga saham. Sedangkan untuk perusahaan yang bergerak di sektor industrials, dan consumer goods, services,, earning ratio, yang penilaian dominannya adalah price- tidak ditemukan bahwa retained earnings mempunyai hubungan dan pengaruh relatif lebih kuat daripada dividend per share

Kata Kunci : Dividend Yield, P/E Ratio, Saham, BEJ


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.