Dampak Konvergensi IFRS terhadap Pengukuhan Kredit Industri Perbankan (PSAK 50 dan 55) Studi Kasus: PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.
RAHADIAN ELNAS PRATAMA (pembimbing: Arief Surya Irawan, SE.,M.Com), Arief Surya Irawan, SE.,M.Com
Seperangkat standar akuntansi tertentu dipakai oleh suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pengguna laporan keuangan dalam suatu negara. Penciptaan Standar tersebut didasari oleh kemungkinan bahwa dalam kenyataannya terdapat keragaman sosial, ekonomi, dan hukum antar negara. Pada saat ini investor mencari peluang investasi ke seluruh pelosok dunia, perusahaan-perusahaan mencari sumber modal/pendanaan pada harga terendah, maraknya penggabungan usaha lintas negara, para analis keuangan menjangkau industri di seluruh dunia, akan tetapi perbedaan konsep akuntansi dapat menimbulkan kesulitan dalam membandingkan laporan keuangan antar perusahaan di satu negara ke negara yang lain. Hal itulah yang mendorong dicetuskannya IFRS untuk memudahkan pembandingan laporan keuangan perusahaan satu dengan lainnya. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) pada PSAK akan diterapkan secara keseluruhan pada tahun 2012 yang akan memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan Standar Akuntansi yang dikenal secara internasional.
Kredit merupakan salah satu elemen terpenting dalam industri perbankan. Pengukuran kredit menjadi salah satu aspek yang terkena pengaruh besar atas konvergensi IFRS yang tertuang dalam PSAK 50 dan 55. PT. Bank Rakyat Indonesia merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia yang produktif dalam menyalurkan kredit, sehingga menjadi entitas yang terkena dampak dari PSAK 50 dan 55 khususnya untuk pengukuran kredit dan impairment kredit. Pendapatan bunga, saldo akhir kredit pada tahun berjalan, dan pendapatan provisi menjadi ukuran pengaruh dari PSAK 50 dan 55. Ketiganya dipengaruhi oleh suku bunga efektif dan nilai amortised cost yang diterapkan dalam PSAK 50 dan 55. Sedangkan impairment kredit turut terkena dampak untuk kredit-kredit macet. Penggunaan fair value dalam penilaian impairment kredit juga menggunakan suku bunga efektif sebagai alat untuk mengukur besarnya impairment yang dilakukan.
Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran pengaruh PSAK 50 dan 55 sebagai standar baru dalam pengukuran kredit dan besarnya dampak pada pendapatan bunga, saldo akhir kredit pada tahun berjalan, dan pendapatan provisi. Sedangkan untuk impairment penelitian ini bertujuan membandingkan pengukuran yang dilakukan sebelum penerapan dan sesudah penerapan PSAK 50 dan 55.
Penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa penerapan PSAK 50 dan 55 memiliki dampak yang besar untuk pengukuran kredit dan impairment kredit bagi PT.Bank Rakyat Indonesia. Dampak tersebut langsung terlihat pada laporan laba-rugi. Untuk pengukuran kredit dapat dilihat dari pengakuan pendapatan bunga dan pendapatan provisi, sedangkan impairment dapat dilihat dari perbedaan penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) dan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN).
A set of specific accounting standards is used by countries to meet the needs of users of financial statements in a country. The creation of these standards is based on the possibility that in fact there is diversity of social, economic, and law among nations. At this time investors looking for investment opportunities throughout the world, companies looking for sources of capital / financing at the lowest prices, the rise of transnational mergers, financial analysts around the world reach out to industry, but the differences in accounting concepts can lead to difficulty in comparing reports inter-company finance in one country to another. That's what pushed IFRS to facilitate comparison of financial statements of companies from one another. Convergence of International Financial Reporting Standards (IFRS) on the GAAP shall be applied as a whole in 2012 which will facilitate the understanding of the financial statements using accounting standards known internationally.
Credit is one of the most important elements in the banking industry. Measurement of credit to be one aspect that affected a large influence on the convergence of IFRS, which are set out in PSAK 50 and 55. PT. Bank Rakyat Indonesia is one of the largest banks in Indonesia are productive in lending, so that the affected entity of PSAK 50 and 55 in particular for measuring credit and credit impairment. Interest income, credit balances at the year end, and fees to the size of the effect of PSAK 50 and 55. All three are affected by the effective interest rate and amortized cost value that is applied under PSAK 50 and 55. The credit impairment also affected the non-performing credits. The use of fair value in credit impairment rating is also using the effective interest rate as an instrument to measure the amount of impairment is performed.
This study aims to illustrate the influence of PSAK 50 and 55 as a new standard in the measurement of credit and the impact on interest income, credit balances at the year end, and fees. As for the impairment, this study aimed to compare measurements made before implementation and after implementation of PSAK 50 and 55.
This research has concluded that the application of PSAK 50 and 55 have a great impact for the measurement of credit and credit impairment for PT Bank Rakyat Indonesia. The impact is immediately visible in the income statement. For the measurement of credit can be seen from the recognition of interest income and fees, while the impairment can be seen from the difference in the allowance for productive assets losses and reserve impairment losses.
Kata Kunci : Convergence, PSAK 50 and 55, the measurement of credit, credit impairment, the effective interest rate, Konvergensi, pengukuran kredit, impairment kredit, suku bunga efektif