Kemandirian Bank Indonesia Dalam Pengendalian Jumlah Uang Beredar
Nakajima, Kosuke. (Adv.: Prof. Dr. Nopirin, MA), Prof. Dr. Nopirin, MA
2015 | Tesis | S2 Economics
Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perubahan efekeftivitas kebijakan moneter mengendalikan jumlah uang beredar, khususnya kebijakan suku bunga untuk dua periode, yaitu (1) sebelum krisis ekonomi (dari Januari tahun 1990 sampai Juni tahun 1997) dan (2) setelah krisis ekonomi (dari Juli tahun 1997 sampai Juni tahun 1999). Selama krisis ekonomi Bank Indonecia melakukan dua kebijakan yang bertentangan yaitu (1) menyalurkan banyak bantuan likuiditas kepadn perbankan dan (2) menaikkan suku bunga untuk menyedot jumlah uang beredar. Evaluasi kedua kebijakan ini perlu dilaksanakan karena kenaikan suku bunga membawa dampak negatif terhadap baik sektor iiil maupun sektor perbankan.
Dengan menggunakan Error Correction Model, koefisien dari suku bunga terhadap jumlah uang beredar (Ml) antara kedua periode dibandingkan. Hasil studi empiris menunjukkan bahwa besarnya koefisien suku bunga pada periode krisis menurun dibandingkan dengan sebelum krisis. Hal ini berarti bahwa besamya jumlah uang beredar yang dapat ditarik oleh kenaikkan suku bunga sebesar satu person telah mengalami penurunan pada periode setelah krisis. Dengan kata lain, Bank Indonesia selama krisis perlu menaikkan suku bunga dengan lebih tinggi untuk menyedot jumlah uang beredar yang sama dibandingkan periode sebelum krisis. Dampak negatif terhadap sektor nil dan perbankan juga lebih besar pada periode krisis. Turunnya efektivitas kebijakan moneter ini disebabkan oleh bantuan likuiditas yang disalurkan dalam jumlah besar. Hal ini dapat ditafsirkan bahwa penyaluran bantuan likuiditas oleh Bank Indonesia dalam jumlah besar telah memperlemah tugas Bank Indonesia sendiri.
Bank Indonesia beroperasi selama krisis ekonomi berdasarkan Undang-Undang No.13 tahun 1968 yang dapat dinilai lcurang menjamin kemandirian sebagai bank sentral. Hal yang perlu dipermasalahkan adalah proses penyaluran bantuan likuiditas yang memberi kesan bahwa Bank Indonesia tidak mengfokuskan pemeliharaan stabilitas nilai rupiah karena proses penyaluran bantuan likuiditas dilaksanakan tanpa pengendalian jumlah. Kurangnya kemandirian bank sentral ini menyebabkan kurangnya peranan Bank Indonesia terhadap tugas utama, yaitu pemeriharan stabilitas nilai rupiah.
Target of this research is to see difference of efectivity of monetery policy to control currency circulation, espcially interst rate policy between two period, (1) before economic crisis (from January 1990 untul June 1997) and (2) during economic crisis (from July 1997 until June 1999). During economic crisis, Bank Indonesia has took two policies which did not match each other. One is supporting bankng sector by giving a lot of liquidity support and the other is raising interest rate to absorb currency circulation. These two monetary policies should be evaluated because rising interest rate has brought negative effect towards real sector and banking sector.
By using Error Correction Model, coeffisient of interset rate against 'currency circulation (M1) between two periOd have been compared. The result of empirical study showed that coeffisientt of intersest rate for crisis period is smaller than coeffisient of interset rate for period before crisis. It means that currency circulation which can be absorbed by raising interset rate as much as one percent has become smaller compared to period before crisis. In other words, during crisis Bank Indonesia must have raised more interset rate to absorb the sama amount of currency circulation. Less effectivity of monetari policy was caused by liquidity support being given for a lat of amount during crisis. Giving liquidity support by Bank Indonesia has caused more difficulty for operation of Bank Indonesia's monetary policy itself.
Bank Indonesia operated their job under No.13 Regulation in 1968 (Undang-Undang No.13 tabu 1968) which has been considered not giving enough independency as central bank to Bank Indonesia. One thing which should.be focused is a way and process of giving liquidity support. The way gave an impression that Bank Indonesia did not focus on maintaining stability of rupiah value because that way of giving liquidity support has been done without rigid control of the amount. Less independency as the centaral bank was one of reasons why Bank Indonesia did not focuS maintaining stability of. rupiah value, which is a main role of the central bank.
Kata Kunci : Kebijakan moneter, Jumlah Uang Beredar, Krisis Ekonomi