Analisis Pengaruh Kelelahan Kerja Pada Turnover Intention dengan Dimediasi Oleh Motivasi Kerja (Studi Pada Karyawan Rooms Devision J.W. Marriott Jakarta)
MARIS, ANDINTYA (Adv.: Tarsisius Hani Handoko, Dr., M.B.A.), Tarsisius Hani Handoko, Dr., M.B.A.
Tingkat turnover yang tinggi akan menimbulkan dampak negatif bagi organisasi, hal ini seperti menciptakan ketidakstabilan dan ketidakpastian (uncertainity) terhadap kondisi tenaga kerja dan peningkatan biaya sumber daya manusia yakni yang berupa biaya pelatihan yang sudah diinvestasikan pada karyawan sampai biaya rekrutmen dan pelatihan kembali. Turnover yang tinggi juga mengakibatkan organisasi tidak efektif karena perusahaan kehilangan karyawan yang berpengalaman dan perlu melatih kembali karyawan baru. Untuk itu perusahaan perlu menelaah lebih jauh tentang sebab-sebab seorang karyawan mempunyai intensi untuk keluar (turnover intention), sehingga turnover dapat ditekan seminimal mungkin. Salah satu faktor yang menyebabkan turnover intention adalah kelelahan kerja yang dialami oleh karyawan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kelelahan kerja terhadap turnover intention yang dimediasi oleh variabel motivasi kerja. Kuesioner disebar kepada 70 karyawan Rooms Division J.W. Marriott yang merupakan departemen dengan turnover tertinggi di J.W. Marriott selama tahun
2010 (36,05%). Penelitian ini menggunakan analasis regresi SPSS dengan metode Baron & Kenney. Hasil analisis menghasilkan kesimpulan yang mendukung kedua hipotesa yaitu: Pertama, kelelahan kerja berpengaruh positif terhadap turnover intention yang terbukti dengan hasil b1 = 0,488; t1= 4,605; dan Sig; 0,000. Kedua, motivasi kerja memediasi pengaruh kelelahan kerja terhadap turnover intention yang terbukti dengan hasil b4= 0,292; b5= -0,422; t4= 2,678; t5=-3,876; Sig4= 0,009; Sig5= 0,000. Dalam penelitian ini terjadi hubungan mediasi secara parsial karena koefisien regresi pada saat meregresikan variabel turnover intention pada variabel kelelahan kerja dan variabel motivasi kerja lebih kecil daripada pada saat meregresikan variabel turnover intention pada variabel kelelahan kerja (b4
High rate of turnover leads to adverse effect to an organization. Such problem is likely generating instability and uncertainty towards employment condition and human resources cost rise in forms of training invested to them, recruitment and newly built training programs. High turnover, in addition, also results in organizational ineffectiveness because it loses experienced employees as well as spends much time in training new, inexperienced employees. In order to minimalize turnover percentage, management have to know what are the reasons that cause turnover intention. Work exhaustion is one of the factors that can leads employees has an intention to leave.
This reserach aimed to examine the correlation between work exhaustion and turnover intention with work motivation as an intermediary variable. The questionnaires is distributed to Rooms Division Employee in J.W. Marriott Jakarta, as the department that has highest turnover in 2010 (36.05%). There are
70 respondents for the samples and data analysis during the research is held by SPSS and using Baron & Kenney method. According to the analysis, there are two conclusion that support all the hipothesis. First, work exhasution has a positive effect to the turnover intention. It can be proven by the result that showed b1 = 0.488 ; t1= 4.605; dan Sig; 0.000. Second, work motivation is a mediator between work exhaustion and turnover intention. It can be proven by the result that showed b4= 0.292; b5= -0.422; t4= 2.678; t5= -3.876; Sig4= 0.009; Sig5=
0.000.
Furthermore, this study has a parsial mediation because the coefficient when we regressed the turnover intention to work motivation and work exhaustion is smaller than the coefficient when we regressed turnover intention to work exhasution (b4
Kata Kunci : work exhaustion, turnover intention, work motivation, work exhaustion, turnover intention, work motivation
