Analisis Growth Slowdown Sebagai Upaya Antisipasi Negara Berpendapatan Menengah Dalam Menghindari Middle Income Trap
Lailul Marom (Adv.: Prof. Dr. Mudrajad Kuncorom M.Soc.Sc.), Prof. Dr. Mudrajad Kuncorom M.Soc.Sc.
Istialah Middle Income Trap belum didiskusikan secara luas hingga Bank Dunia mengemukakan isu ini dalam laporan An East Asian Renaissance: Ideas for Economic Growth tahun 2007. Laporan ini ditulis oleh Gill dan Kharas yang menyatakan bahwa middle income countries (MICs) memiliki pertumbuhan yang kurang cepat dibandingkan negara kaya atau negara miskin. Salah-satu tujuan penelitian ini ialah menganalisis kecepatan melampaui (catch-up speed) negara-negara di dunia relatif terhadap Amerika Serikat dengan menggunakan analisis Gap. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 75 negara dengan gap negatif dan 25 lainnya mengalami gap positif. Kemudian, dengan menggunkan analisis 9 grid ditemukan 38 negara dari 58 negara yang sukses menjadi negara berpendapatan tinggi, dan 20 negara lainnya stagnan pada MIT. Lebih lanjut, penelitian ini menganalisis negara-negara yang berada pada MIT dengan menggunakan analisis batas ambang waktu (threshold) untuk mengedentifikasi berapa lama waktu tersisa yang dimiliki oleh MICs, dan berapa besar pertumbuhan yang dibutuhkan agar negara tersebut terhindar dari MIT. Terakhir, penelitian ini mencoba menentukan beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan eatimasi data panel. Data tersebut diperoleh dari World Developemnt Index, Penn World Tabel, dan Unesco Database. Data ini mencangkup negara zona pendapatan menengah di ASEAN yaitu Indonesia, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Hasilnya menyarankan bahwa pendidikan, populasi perkotaan, dan industri memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pendpatan nasional kotorper kapita atau Gross National Income (GNI). Kemudian, penelitian ini dapat disimpulkan bahwa untuk menghindari dari jebakan zona negara pendapatan menengah atau middle income trap (MIT), negara-negara tersebut harus mempertahankan pertumbuhan jangka panjang.
The term of middle-income trap was not widely discussed until the World Bank first raised the issue in the report of An East Asian Renaissance: Ideas for Economic Growth in 2007. This report is written by Gill and Kharas stating that middle-income countries (MICs) have grown less rapidly than either rich or poor countries. One of the purposes of this study is to analyze the catch-up speed of a country in relative to the United States by using gap analysis. Results showed that there are a total of 75 countries with negative gap rates and 25 countries with positive gap rates. Then, by using 9 grid Analysis, found that there 38 countries from 58 countries was success become high income countries, and 20 countrues stuck in middle-income trap. This study further analyzed the countries that are in the middle-income trap using Threshold Analysis to identify how many remainder years which the middle income countries have and how many growth was needed in order to the countries avoid from middle income trap. Lastly, this study determined the factors that affect the economic growth by using the panel data estimation. The data was from World Developemnt Index, Penn World Tabel, and Unesco Database. It consist data of five middle income countries in ASEAN, they are Indonesia, Thailand, Malaysia, the Philipines, and Vietnam. Result suggested that education, uraban population, and industry have significant effect on the Gross National Income (GNI) per capita rate. Hence, it can be concluded that in order to avoid falling into middle-income trap, the country must sustain long-run economic growth.
Kata Kunci : Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan, Populasi perkotaan, Industri, Middle Income Country, Middle Income Trap, Economic Growth, Education, Urban Population,Industry, Threshold, Gap, 9 Grid, panel data.