Dampak kebijaksanaan pajak Ekspor Terhadap Perilaku Investasi, kasus: kayu Gergajian Tropis
Irawanti, Setiasih. (Adv.: Dr. Dibyo Prabowo, M. Sc.), Dr. Dibyo Prabowo, M. Sc.
Tujuan dari penelitian ini adalah menaksir dampak kenaikan tarif pajak ekspor kayu gergajian terhadap perilaku investasi indutri penggergajian kayu HPH, dengan cara menaksir besarnya elastisitas substitusi antara input ,kapital dan tenaga kerja, biaya sewa kapital, permintaan stok kapital keseimbangan, dan permintaan investasi industri penggergajian kayu.
Penelitian ini didukung oleh data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara bertahap. Pertama, menaksir elastisitas substitusi (a) dan koefisien distribusi (13) antara input kapital dan tenaga kerja pada industri penggergajian kayu HPH dengan menggunakan model fungsi produksi CES. Data yang dianalisis adalah data primer kerat-silang tentang upah tenaga kerja, nilai kapital, dan nilai produksi, yang dikumpulkan dari 13 perusahaan penggergajian kayu HPH.1 Kedua, menaksir besarnya biaya sewa kapital (C) yang digunakan dalam industri penggergajian kayu HPH. Data yang dianalisis adalah data sekunder runtun-waktu tentang suku bunga, depresiasi, tarif pajak, dan indeks harga investasi. Dengan dilengkapi data runtun-waktu produksi dan harga kayu gergajian, hasil dua analisis pertama digunakan untuk analisis tahap ketiga, yaitu ,menaksir besarnya permintaan stok kapital keseimbangan (K'). Hasil analisis tahap ketiga tersebut ditambah dengan data runtun-waktu investasi industri penggergajian kayu selanjutnya digunakan sebagai dasar analisis tahap akhir, yaitu menaksir fungsi permintaan investasi bersih (In( t)) pada industri penggergajian kayu dengan menggunakan model lag terdistribusi.
Dari hasil analisis fungsi produksi CES dapat diketahui bahwa elastisitas substitusi a=0,5247, artinya kemampuan substitusi antara input kapital dan tenaga kerja dalam industri penggergajian kayu relatif rendah. Koefisien teknologi A=4,9654 menunjukan bahwa proporsi kenaikan tingkat produksi kayu gergajian sekitar 5 kali
proporsi kenaikan input kapital dan tenaga kerja.
Parameter distribusi 0=0,7114 menunjukkan bahwa sumbangan
relatif input kapital sekitar 71% dan input tenaga kerja sekitar 29% terhadap produk kayu gergajian. Industri penggergajian kayu HPH adalah padat kapital sehingga peningkatan produksi lebih efektif bila dilakukan dengan menambah kapital yang berupa mesin-mesin penggergajian. Pendapatan industri penggergajian relatif lebih banyak terdistribusi kepada pemilik kapital dibandingkan kepada tenaga kerja.
Kenaikan tarif pajak ekspor kayu gergajian pada akhir tahun 1989 mengakibatkan biaya sewa kapital naik menjadi hampir empat kali, hal ini akan mengurangi dorongan investasi. Akibat lainnya adalah menurunnya permintaan stok kapital keseimbangan sekitar Rp 5,077 juta (1983) pada tahun 1990 dan Rp 5,395 juta (1983) pada tahun 1991 atau rata-rata sekitar 50% pada tahun 1990 dan 1991, yang berarti pertumbuhan industri penggergajian kayu mengalami stagnasi.
Dari hasil analisis model lag terdistribusi dapat di-ketahui bahwa kenaikan tarif pajak ekspor kayu gergajian pada akhir tahun 1989 menyebabkan industri penggergajian kayu HPH harus dapat menyesuaikan investasinya dalam waktu 1,3 tahun. Kenaikan pajak ekspor kayu gergajian sebesar 73,3% pada akhir tahun 1989 mengakibatkan penu-runan permintaan investasi bersih pada industri pengger-gajian kayu HPH sekitar Rp 222,970 milyar (1983) pada tahun 1990 dan sekitar Rp 132,798 milyar (1983) pada tahun 1991, atau rata-rata sekitar 50% pada tahun 1990 dan 1991. Hal ini berarti telah terjadi pengangguran investasi industri penggergajian kayu HPH. Peningkatan ekspor barang jadi kayu yang diupayakan melalui penetapan tarif pajak ekspor kayu gergajian yang sangat tinggi sejauh ini belum berhasil.
Pengangguran investasi merupakan kerugian negara, karenanya pemerintah diharapkan meninjau kembali tarif pajak ekspor kayu gergajian yang ditetapkan akhir tahun 1989, dan menggantinya dengan tarif pajak optimal.
Pasar internasional untuk barang jadi kayu, terutama mebeler, adalah sangat kompetitif. Oleh karena itu keberhasilan ekspor barang jadi kayu perlu didukung oleh kesiapan para pengusaha barang jadi kayu Indonesia untuk membangun jaringan pemasaran yang kuat, menghasilkan produk dengan kualitas tinggi, dan menguasai pengetahuan mengenai karakteristik pasar. Dengan demikian diharapkan ada kerjasama antara pemerintah dan pengusaha dalam pengembangan sumberdaya manusia terutama di bidang pengolahan dan pemasaran barang jadi kayu.
The objective of this study is to estimate the impact
of increasing sawn timber export tax rate on investment
behavior of sawn timber industry. Sawn timber industry analysed is limited to the sawmill belongs to the forest concession. Elasticity of substitution between capital and labor, rental price of capital, demand for equilibrium capital stock, and demand function for investment of sawn timber industry are estimated as basis for the impact estimation.
This study used both primary and secondary data. Analysis of data is conducted step by step. First, is to estimate elasticity of substitution (a) and distribution coefficient (0) between capital and labor in sawn timber industry using CES production function. Data analized are cross-section primary data on wage, capital value, and production value, collected from 13 forest concession sawmills. Second, is to estimate the rental price of capital (C) used in sawn timber industry. Data analized are time-series data on interest rate, depreciation, tax rate, and price index of investment. Completed by time-series data of sawn timber production and price, the first-two analysis results are used in the third analypis, to The result of CES production function shows that the elasticity of substitution a=0,5247, it means that power of
substitution between capital and labor in sawn timber
industry is low. Technological coefficient A=4,9654 shows
that the increase of sawn timber production level is about 5 times of the increasing capital and labor inputs. Distribution parameter 0=0,7114 shows that relative contribution of capital input is about 71% and labor input is about 29% on sawn timber production. Sawn timber industry is a capital intensive, which means that the increase of production is more effective through the increasing of capital input. The revenue of sawn timber
industry is distributed more to the owner of capital than to labor.
The increase of sawn timber export tax rate at the end of 1989 has caused a rental price of capital increased by approximately 4 times, and it discouraged on investment. The further result shows that demand for equilibrium capital stock of sawn timber industry is decreased by Rp 5.077 million (1983) and Rp 5.395 million (1983) in 1990
and 1991 or about 50% respectively, and it shows that there was a stagnation on the growth of investment.
The result of distributed lag model shows that the sawn timber export tax policy caused this industry had to adjust their investment in 1.3 years. The increase of sawn timber export tax rate about 73.3% at the end of 1989 has caused the decreasing demand for net investment of sawn timber industry about Rp 222.970 billion (1983) and Rp 132.798 billion (1983) in 1990 and 1991, or about 50% respectively. It implies that the slow down on investment of sawn timber industry has occured. So far, the imposition of very high sawn timber export tax rate as an effort to support the
development of wood finished product export has not succeed yet.
Idle or slow down on investment is a country loss, and
hence the sawn timber export tax needs reviewing and replaced with an optimal export tax.
International market of wood finished product, furniture in particular, is very competitive one. Consequently, for the success of finished product export, a strong marketing network, a high quality product, and a better knowledge about market characteristic are needed. In this regard, the government may support wood finish product
export by focusing on human resource development i.e. providing skill labor in processing and marketing wood finished product.
Kata Kunci : Perilaku investasi, Kebijaksaan Pajak, Ekspor, Kayu Gergajian
