Laporkan Masalah

PERATAAN LABA DAN FAKTOR-FAKTOR PENDORONGNYA PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA

ILMAINIR (Adv : Drs. Sugiarto, MAcc., MBA), Drs. Sugiarto, MAcc., MBA

1993 | Tesis | S2 Accounting

Para peneliti praktik perataan laba beranggapan bahwa manajemen berusaha untuk mengurangi fluktuasi laba antara suatu periode dengan periode sebelumnya. Praktik itu meliputi usaha untuk mengurangi jumlah laba yang dilaporkan jika laba aktual lebih tinggi daripada laba normal, dan usaha untuk meningkatkan laba jika laba aktual lebih rendah daripada laba normal. Disinyalir praktik perataan laba ini didorong oleh berbagai faktor, balk berupa faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi, maupun berupa faktor laba. Walaupun praktik perataan laba disinyalir didorong oleh berbagai faktor, namun pembuktian tentang faktor-faktor pendorong praktik itu masih sangat jarang dilakukan.



Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji apakah faktor-faktor konsekuensi ekonomi tertentu terbukti mendorong praktik perataan laba atau tidak. Faktor-faktor konsekuensi ekonomi yang diuji adalah; ukuran perusahaan, keberadaan perencanaan bonus, dan harga saham. Selain menguji faktor-faktor konsekuensi ekonomi, penelitian ini juga menguji faktor-faktor laba. Faktor-faktor laba yang diuji meliputi; perbedaan antara laba. aKtual dengan laba normal, dan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap laba.



Sampel penelitian ini terdiri dari 18 perubahan kebijakan akuntansi dari 33 perubahan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan publik antara tahun 1987 hingga tahun 1992. Data dikumpulkan dari laporan keuangan tahunan dan dari pengiriman daftar pertanyaan kepada setiap responden. Namun daftar pertanyaan yang kembali hanya sebanyak 15 kejadian. Pengolahan data dilakukan dengan memperhatikan kecukupan data itu.



Uji statistik dilakukan secara univariate dan multivariate. Tujuan memakai cara itu adalah untuk menguji hubungan antara perataan laba dengan seperangkat explanatory variable. Dari basil uji hipotesis diperoleh kesimpulan bahwa perataan laba tidak terbukti didorong oleh ukuran perusahaan dan keberadaan perencanaan bonus. Perataan laba hanya terbukti didorong oleh harga saham, perbedaan antara laba aktual dengan laba normal, dan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap laba.



Ukuran perusahaan ternyata tidak mendorong perataan laba, kenyataan ini merupakan bukti bahwa perlakuan pemerintah terhadap perusahaan di negara maju berbeda dengan perlakuan pemerintah di negara berkembang. Di negara maju pemerintah cenderung membebankan biaya politikal terhadap perusahaan, sehingga semakin besar perusahaan semakin besar biaya politikal yang akan ditanggung perusahaan itu. Sedangkan di negara berkembang pemerintah lebih cenderung mendorong perkembangan perusahaan untuk memacu pertumbuhan ekonomi, oleh karena itu ukuran perusahaan tidak menjadi patokan oleh pemerintah untuk membebankan biaya politikal.



Selain ukuran perusahaan, keberadaan perencanaan bonus juga tidak terbukti mendorong perilaku perataan laba. Keberadaan perencanaan bonus memang tidak selalu mendorong perilaku perataan laba, terutama jika angka-angka laba yang dipakai untuk menentukan bonus berasal dari angka laba yang telah disesuaikan dengan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap laba. Namun tidak dapat diungkapkan apakah temuan itu disebabkan oleh masalah tersebut atau tidak, karena penelitian ini tidak dirancang untuk membuktikannya.



Harga saham terbukti mendorong perataan laba. Kenyataan ini merupakan bukti bahwa penurunan harga saham secara drastis telah mendorong para manajer perusahaan publik untuk meratakan laba. Bukti ini sekaligus memperkuat anggapan masyarakat bahwa perusahaan publik sering merekayasa laporan keuangan.



Selain harga saham, perbedaan laba aktual dengan laba normal terbukti mendorong perilaku perataan laba. Temuan ini konsisten dengan anggapan bahwa perataan laba hanya akan terjadi jika terdapat perbedaan antara laba aktual dengan laba normal.



Faktor lain yang terbukti mendorong perilaku perataan .laba adalah pengaruh perubahan kebijakan akuntansi terhadap laba. Kenyataan ini merupakan bukti bahwa perubahan kebijakan akuntansi dipakai oleh manajemen untuk meratakan laba karena alat itu dapat dipakai untuk mencapai tujuan tersebut tmeratakan laba).

The researchers of the income smoothing practices considered that management strive to reduce income fluctuation from one period to previous period. The practices included efforts to reduce the reported amount of income when the actual income was higher than the normal income, and efforts to increase the income when the actual income was lower than the normal income. It was predicted that the income smoothing practices were motivated by various factors, either factors of economic consequences of the accounting choice or factors of income. Although income smoothing practices were predicted to be motivated by various factors, verification on factors motivating the practices was very rarely carried out.



The purpose of this research was to test whether the factors of given economic consequences really motivated the income smoothing practices or not. Factors of the economic consequences being test were; firm size, the existence of bonus plan, and stock price. In addition to this test of economic consequence factors, the research was conducted to test income factors. The income factors being tested were; differences between actual and normal incomes, and effects of accounting changes on income.



The research samples consisted of 18 accounting changes from 33 accounting changes performed by 31 public firms from 1987 to 1992. Data were collected from annual report and from questionnares sent to the respondents. But only 15 quetionnaire answers which were returned. Data processing was carried out by taking the data sufficiency into account.



Univariate and multivariate statistical tests were carried out. Those tests are used to test the relation between smoothing and a set of explanatory variables.



From the results of hypotheses tests it was concluded that the income smoothing was not motivated by firm size and the existence of bonus plan. It was verified that income smoothing was motivated only by stock price, differences between actual and normal income, and effects of



accounting changes on income.



It was proved that firm size did not motivate income smoothing, and this fact was an evidence that the government treatments to firms in developed countries were different from those in developing countries. In developed countries, governments tended to charge political cost on the firm so that the bigger the firms to be, the higher the political costs the firms would bear on. Meanwhile, in developing countries, governments tended to encourage the firms development in order to accelerate the economic growth, so that firms sizes would not be guidelines by which the governments charge political cost on the firms.



In addition to the firm size, the existence of bonus plan was not proved to motivate the income smoothing behavior as well. The existence of bonus plan did not necessarily motivate the income smoothing behavior, especially when the income formulation having adjusted to the effects of accounting changes on income. However, it was not revealed whether this finding was due to the issue, for this research was not designed to verify it. The stock price was proved to motivate the income smooting. The fact was an evidence that the drastic decrease in stock price had motivated managers of the public firms to do income smoothing. The evidence supported the perception of society that public firms often manipulated their financial statements.



In addition to stock price, the defferences between actual and normal income were proved to motivate the income smoothing behavior. The finding was consistent with hypotheses that income smoothing would occur if there were differences between actual and normal incomes.



Another factor being proved to motivate income smoothing behavior was effects of accounting changes on income. This fact was an evidence that accounting changes were used by management to do income smoothing as the device could be used to achieve the objective (smoothing incomes).

Kata Kunci : Laba, Perusahaan Publik, Indonesia, Faktor Pendorong


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.