Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia
Endang Setyowati (Adv:Dr.Dibyo Prabowo.M.Sc.), Dr.Dibyo Prabowo.M.Sc
1994 | Tesis | S2 Economics
Guna meningkatkan penerimaan negara dari ekspor komoditi non migas, perkebunan diharapkan mempunyai peranan yang dominan. Tanaman kelapa sawit di Indonesia merupakan salah satu tanaman perkebunan yang dapat diandalkan. Untuk itu dalam rangka mempromosikan ekspor komoditi non migas, informasi pasar minyak kelapa sawit di luar negeri menjadi sangat penting bagi Indonesia. Penelitian ini membahas faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.Dalam penelitian ini digunakan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber. Data yang digunakan untuk analisis diambil dari tahun 1972 sampai dengan tahun 1991. Variabel yang digunakan meliputi volume ekspor minyak kelapa sawit; harga minyak nabati utama di pasar internasional (minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak rape, minyak bunga matahari, minyak kelapa); pendapatan per kapita negara negara pengimpor; nilai tukar dollar Amerika Serikat terhadap mata uang negara pengimpor; share kuantitas ekspor minyak kelapa sawit ke masing-masing negara pengimpor dan adanya kebijaksanaan kenaikan cukai impor CPO oleh negara-negara MEE maupun adanya kampanye anti minyak nabati tropika, termasuk minyak kelapa sawit, oleh para petani kedelai Amerika yang tergabung dalam ASA (American Soybean Association). Untuk tujuan analisis, digunakan negara-negara yang secara terus-menerus selama 15-20 tahun mengimpor minyak kelapa sawit dari Indonesia. Mereka adalah negara-negara MEE (Belanda, Inggris, Jerman, Italia dan Perancis), Jepang, Kenya dan Amerika Serikat. Sedangkan model yang digunakan adalah model regresi linier berganda (dengan metoda Ordinary Least Square/OLS) dan model persamaan simultan (dengan me toda Two Stage Least Squares/2SLS). Model yang dipakai sebagai dasar analisis adalah hasil yang terbaik dari kedua model.Dari hasil analisis kita memperoleh variasi berbagai variabel yang diduga mempengaruhi permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia di berbagai negara.Secara umum pendapatan per kapita negara-negara pengimpor merupakan variabel sangat berpengaruh terhadap jumlah minyak kelapa sawit yang diminta. Untuk negara-negara yang berpendapatan per kapita sedang dan rendah, pengaruhnya adalah positif, sedangkan untuk negara yang berpendapatan tinggi pengaruhnya negatif.Untuk Kenya yang berpendapatan per kapita paling rendah dalam penelitian ini, pengaruhnya paling besar di antara negara-negara yang lain. Hasil studi ini sangat sesuai dengan temuan Agusto dan Pollak (1979) yang menyatakan bahwa pola konsumsi minyak nabati dan lemak menunjukkan peningkatan secara cepat dengan peningkatan pendapatan pada golongan perpendapatan rendah dan kebutuhan konsumsi tersebut turun pada golongan berpendapatan lebih tinggi.Harga minyak kelapa sawit dan harga minyak kelapa sama sekali tidak mempengaruhi permintaan ekspor minyak kelapa sawit. Harga minyak kedelai hanya berpengaruh di Amerika Serikat, dengan pengaruh negatif inelastis. Harga minyak bunga matahari secara umum (sebagian besar negara-negara MEE, Jepang dan Kenya) berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia, kecuali ekspor untuk Inggris tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Dengan demikian, minyak bunga matahari bukan merupakan minyak substitusi minyak kelapa sawit, melainkan merupakan minyak pelengkap. Harga minyak rape secara umum berpengaruh positif elastis terhadap permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Minyak rape merupakan substitusi yang kuat untuk minyak kelapa sawit. Kenaikan nilai tukar dollar Amerika terhadap mata uang negara pengimpor minyak kelapa sawit Indonesia secara umum tidak berpengaruh terhadap permintaan ekspor minyak kelapa sawit, kecuali di Inggris, Jepang dan Kenya. Di Inggris pengaruhnya positif, di Jepang dan Kenya berpengaruh negatif.
Adanya kebijaksanaan kenaikan cukai impor untuk CPO sebesar 4 persen oleh negara-negara MEE memberi pengaruh negatif terhadap permintaan ekspor minyak kelapa sawit. Sedangkan adanya kampanye anti minyak nabati tropika termasuk minyak kelapa sawit oleh petani kedelai Amerika yang tergabung dalam ASA tidak berpengaruh negatif terhadap permintaan ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Amerika, namun pengaruhnya justru positif.
To increase government income from non oil export commodity, plantation is expected for having dominant role. In Indonesia, palm plant is one of plantation plant which is traded on export commodity. In promoting non oil export commodity, market information of palm oil abroad is very important for Indonesia. This research discusses factors that affect demand for Indonesian palm oil export. This research used secondary data that were collected from various resources. The data were from 1872 to 1991. The variables in the research are the volume of palm oil export; the price of the main vegetable oil in the international market (palm oil, soybean oil, rape oil, sunflower oil, and coconut oil); per capita income of importer countries; exchange rate of the US dollar; share of palm oil export quantity to every importer country; and the policy of tax import increase CPO by the European Common Market and campaign resistant to tropics vegetable oil - included palm oil - by American soybean farmer that are associated in ASA (American Soybean Oil). For the purpose of analysis, the Indonesian palm oil importer countries used, were the countries that imported continually for 15 to 20 years. The countries were the European Common Market (Dutch, England, German, Italy and France), Japan, Kenya and the USA. Whereas, model used to analyze, are multiple linear regression model (with Ordinary Least Square method, OLS method ) and simultaneous equation model (with Two Stage Least Square methode, 2SLS method). The basic of analysis
is the best result of the models. From the result of analysis we can obtain various of estimated variables affecting the demand for the Indonesian palm oil in the various countries. Commonly, per capita income of importer countries was a variable that highly affected to the
volume of demanded palm oil. For the countries that had sufficient and low income per capita, the impact was positive, while for the countries that had high income per capita the impact was negative. For example, Kenya had lowest income per capita ill this research. The impact of income per capita was the highest between the other countries. The result of this study was appropriate with the Agusto and Pollak research (1979) who concluded that consumption of vegetable and fat oil increased quickly by increase of income for low income group and the consumption decreased for higher income group. The price of palm oil and coconut absolutely did not affect the demand for palm oil export. Only in the USA the price of Soybean affects the demand for palm oil. The impact was elastic negative. The impact of sunflower oil price to the Indonesian palm oil export demand commonly - almost of the European Common Market, Japan and Kenya . was significantly negative, except for England, the impact wasn't significant. Thus, sunflower oil wasn't substitution of the palm oil but it is supplement of the palm oil. The price of the rape oil commonly had elastic positive impact to the demand for the Indonesian palm oil. The rape oil is a strong substitute oil for palm oil. The increase of us dollar exchange rate to valuta of the Indonesian palm oil importer country didn't affect the demand for the palm oil export, except in England, Japan and Kenya. In England, the impact was positive. In Japan and in Kenya, the Impacts were negative. The policy about the increase of tax import CPO 4 per cent by the European Common Market affected the demand for palm oil export. The impact was negative. Whereas the campaign about the tropics vegetable oil, included the palm oil, by American soybean farmers, associated in ASA, did not affect negatively (but positively) to the demand for the Indonesian palm oil export to US.
Kata Kunci : ekspor minyak kelapa sawit,minyak kelapa sawit