Analisis Hubungan Konsumsi Bahan Bakar Fosil, Emisi Co, Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Periode Tahun 1965-2012
BIMANATYA, TRAHEKA ERDYAS (Adv.: Tri Widodo, Prof. M.Ec., Dev., Ph.D), Tri Widodo, Prof. M.Ec., Dev., Ph.D
Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam, batu bara) masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Demikian pula di Indonesia, pangsa konsumsi bahan bakar fosil terhadap energi primer secara rata-rata tahunan (1965-2012) sangat besar yaitu mencapai 96,5 persen. Hal tersebut menunjukkan perekonomian Indonesia hampir sepenuhnya ditopang oleh konsumsi bahan bakar fosil. Namun demikian seiring dengan kemajuan perekonomian, tingkat emisi CO2 juga kian bertambah. Pada tahun 1965, tingkat emisi CO2 di Indonesia hanya sebesar 20,35 juta ton CO2 tetapi pada tahun 2012 sudah mencapai 495,21 juta ton CO2. Banyak peneliti meyakini bahwa terdapat trade-off antara kemajuan ekonomi dengan kualitas lingkungan hidup.
Dengan menggunakan pendekatan VECM Granger Causality serta Proyeksi LEAP, penelitian ini berusaha untuk menjelaskan hubungan antara konsumsi bahan bakar fosil, tingkat emisi CO2, dan pertumbuhan ekonomi. Hasil analisis kausalitas memperlihatkan bahwa dalam jangka pendek hanya konsumsi batu bara yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Namun dalam jangka panjang semua jenis bahan bakar fosil berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi dan emisi CO2. Selain itu penelitian ini juga merekomendasikan pemerintah untuk merevisi target efisiensi energi pada draf RIKEN 2005 karena hasil proyeksi LEAP menunjukkan tingkat penghematan yang lebih rendah (17,32 persen) dibanding target Visi 25/25 (18 persen).
Entering the 21st century, fossil fuels (petroleum, natural gas, coal) remain to be the most dominant energy source in the world energy demand. Similarly in Indonesia, the fossil fuel share of primary energy consumption is very large, reaching 96.5 percent on yearly average (1965-2012). It shows that the economy of Indonesia mainly depends on fossil fuels consumption. However, the economic progress in Indonesia is also followed by the increasing level of CO2 emissions. In the late 1965, the level of CO2 emission is only 20.35 million tonnes carbondioxide but by 2012 had reached 495.21 million tons carbondioxide. Many researchers believe that there is a trade-off between economic progress and environmental quality.
Using VECM Granger Causality and LEAP Projection Method, this paper attempts to explain the relationship between fossil fuel consumption, CO2 emissions, and economic growth. The results of causality analysis shows that in the short-run only coal consumption that affects the level of economic growth. While in the long-run all types of fossil fuels affect the level of economic growth and CO2 emissions. In addition, this paper also imposes a recommendation for the Indonesia government to revise the energy efficiency targets at RIKEN (National Energy Conservation Master Plan) 2005 since the result of LEAP Projection based on RIKEN target shows a lower energy saving rate (17.32 percent) compared to the Vision 25/25 target (18 percent).
Kata Kunci : Konsumsi Bahan Bakar Fosil, Emisi CO2,Pertumbuhan Ekonomi, Fossil Fuel Consumption, CO2 Emission, Economic Growth, VECM Granger Causality, LEAP
