Pengukuran Inflasi Inti Di Indonesia Suatu Aplikasi Metoda Structural Vector Auto regression
Bayu Wijayanto (Adv: Prof. Dr. Insukindro, MA), Prof. Dr. Insukindro, MA
2002 | Tesis | S2 Economics
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran inflasi inti di Indonesia, dengan mengaplikasikan metoda Structural Vector Autoregession (SVAR), khususnya menggunakan pendekatan Blanchard dan Quah (1989).Menurut Folkkertsma dan Hubrisch (2000) dalam perkembangannya ada tiga model pengukuran inflasi inti yang menggunakan metoda dan pendekatan di atas, yaitu model Quah dan Vahey (1995), Alvarez dan Matea (1999), dan Gartner dan Wehinger (1998). Selanjutnya model-model tersebut akan diaplikasikan dalam penelitian ini, dengan menambahkan satu model lagi yaitu model modifikasi atas model Gartner dan Wehinger. Melalui aplikasi model-model tersebut akan dipilih besaran inflasi inti terbaik melalui tiga kriteria yaitu tingkat volatilitas, daya prediksi dan daya kontrolnya. Selain itu sesuai dengan tradisi metoda SVAR, juga akan dilakukan analisis variance decomposition untuk mengetahui kontribusi komponen-komponen inflasi dalam menjelaskan perilaku fluktuasi laju inflasi di Indonesia. Disamping itu juga akan dilakukan analisis impulse response guna memprediksi pengaruh masing-masing komponen inflasi tersebut terhadap laju inflasi di masa datang. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data triwulanan PDB (Produk Domestik Bruto), IHK (Indek Harga Konsumen), tingkat suku bunga deposito 1 bulan, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka 28 hari, tingkat suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) dan uang primer (MO), dalam periode 1983:1 hingga 2000:1. Data-data tersebut diambil dari publikasi Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, terbitan Bank Indonesia dan publikasi Pendapatan Nasional Indonesia Triwulanan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besaran inflasi inti yang dihitung menggunakan model Gartner dan Wehinger (1998) tampil sebagai besaran inflasi inti terbaik karena mampu memenuhi ke tiga kriteria di atas, yaitu memiliki tingkat volatilitas terendah, memiliki daya kontrol terbaik terhadap inflasi agregat dan sebaliknya besaran inflasi inti tersebut mampu dikontrol oleh sasaran operasional uang primer (MO). Berdasarkan analisis variance decomposition terhadap model SVAR Gartner dan Wehinger menunjukkan bahwa kejutan sisi penawaran memiliki kontribusi terbesar pada fluktuasi laju inflasi dibanding dua kejutan lainnya, yaitu kejutan kebijakan moneter dan kejutan sisi permintaan. Selanjutnya dari hasil analisis impulse response dari ketiga jenis kejutan model SVAR Gartner dan Wehinger. Pertama, kejutan sisi penawaran mampu menciptakan kejutan sisi penawaran positif (a positive supply shock) sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan laju inflasi di masa datang. Kedua, kejutan kebijakan moneter mampu menciptakan ekspektasi inflasi di masyarakat, sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan laju inflasi di masa datang. Ketiga, kejutan sisi permintaan justru mampu mengakibatkan penurunan laju inflasi di masa datang.
This research aims to measure Indonesian core inflation based on structural vector auto regression (SVAR) method, using Blanchard and Quah (1989) approach. Four SVAR models i.e. Quah and Vahey model (1995), Alvarez and Matea model (1999), Gartner and Wehinger model (1998) and one model modification of Gartner and Wehinger, will be introduced to measure it. An application of various models above will look for the best core inflation, which is suit for Indonesia. In relation with that, I will introduce three criteria to examine each results core inflation volatility, predictability and controllability. A part of VAR method, I will also conduct a variance decomposition analysis, to view a contribution of dominant component inflation and also an impulse response analysis, to view how those inflation component effect price level fluctuation. This research was conducted by using quarterly data, such as gross domestic product (GDP), consumer price index (CPI), 1 Month commercial bank deposit interest rate, 28 days Bank Indonesia Certificate (SBI) interest rate, Inter Bank interest rate (PUAB) and monetary base (MO) during 1983:1 — 2000:1 periods. The data were collected from Indonesian Economic and Financial Statistic publication of Bank Indonesia and Indonesian National Income Quarterly publication of Indonesian Statistic Bureau (BPS). The result of analysis shows that core inflation of Gartner and Wehinger model is the best. Gartner and Wehinger core inflation fulfills each criteria i.e. lowest volatility, the best predictability and controllable by operational target MO.An analysis variance decomposition shows that supply shock has dominant contribution on fluctuation of the price level, compare with other two components i.e. monetary shock and demand shock. An analysis of impulse response shows that the supply shock component creates a positive supply shock, it means that supply shock will cause a decrease future price level. The monetary component shock component creates expected inflation, it means that monetary shock will cause an increase future price level; and the demand shock component has unpredictable result that will cause a decrease future price level
Kata Kunci : pengukuran inflasi inti,inflasi, Structural Vector Autoregession ,SVAR