KEBUTUHAN INVESTASI PADA SEKTOR INDUSTRI DI PROPINSI JAWA TENGAH
Asih Widhiastuti (Adv : Dr. Faried Widjaya M., M.A.), Dr. Faried Widjaya M., M.A.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sektor industri di Propinsi Jawa Tengah selama Pelita V dan Pelita VI. Penelitian ini juga menghitung kebutuhan investasi sektor industri selama Pelita V dan Pelita VI, dan proyeksi kebutuhan investasi sektor industri selama Pelita VII.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan publikasi dari Kantor Statistik, Kantor Wilayah Deperindag, Bappeda Tingkat I dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Propinsi Jawa Tengah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan deskriptif dengan menggunakan konsep pertumbuhan yang dikembangkan oleh Harrod - Domar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka ICOR sektor industri di Propinsi Jawa Tengah selama Pelita V (1989 - 1993) sebesar 4,01, sedangkan pada Pelita VI (1994 - 1998) angka ICOR meningkat menjadi 4,50.
Hal ini menunjukkan bahwa angka ICOR sektor industri pada Pelita V lebih efisien apabila dibandingkan dengan angka ICOR sektor industri pada Pelita VI. Jadi pada Pelita V untuk tambahan 1 unit output diperlukan tambahan investasi sebesar 4,01 unit, sedangkan pada Pelita VI diperlukan tambahan investasi sebesar 4,50 unit.
Perhitungan kebutuhan investasi sektor industri pada Pelita V sebesar Rp. 32,431 trilyun, sedangkan rata-rata kebutuhan investasi per tahun sebesar Rp. 6,486 trilyun. Pada Pelita VI untuk mencapai target pertumbuhan sektor industri 12,03% diperlukan investasi sebesar Rp. 56,635
trilyun yang terdiri dari investasi pemerintah 24,40% dan investasi swasta 75,60% ,atau sebesar 88,33% dan total rencana investasi pembangunan selama Pelita VI sebesar Rp. 64,11 trilyun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri merupakan sektor yang dominan kontribusinya terhadap Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di Propinsi Jawa Tengah. Proyeksi kebutuhan investasi sektor industri selama Pelita VII sebesar Rp. 86,297 trilyun, sedangkan rata-rata kebutuhan investasi per tahun sebesar Rp. 17,259 trilyun.
This research attempts to count the Incremental Capital Output Ratio (ICOR) of the industrial sector in the Province of Central Java during the Five- Year Development Plan (hereafter called Pelita) V and Pelita VI. This
research also counts the investment need for the industrial sector during Pelita V and Pelita VI, and the projection of the investment need for the industrial sector during Pelita VII.
The data used in this research are secondary data obtained from the publications of the Statistics Office, the Regional Office of Department of Industry and Trade, the Regional Development Planning Board of Central Java, and the Coordination Board of Capital Investment of Central Java. The analysis method applied in this research is quantitative and descriptive analysis with the growth concept developed by Harrod-Domar.
The results of this research indicate that the ICOR of the industrial sector in the Province of Central Java during Pelita V (1989-1993) was 4.01 and during Pelita VI (1994-1998) was 4.50. This means that the ICOR of the
industrial sector during Pelita V was more efficient than that of Pelita VI. Thus, the addition of 1 unit output needed additional investment of 4.01 units during Pelita V and 4.50 units during Pelita VI.
The investment needs for the industrial sector during Pelita V was Rp 32.431 trillion, whereas the average annual investment need was Rp 6.486 trillion. To achieve the growth target in the industrial sector of 12.03%
during Pelita VI, the investment need was Rp 56.635 trillion, consisting of the government investment of 24.40% and the private investment of 75.60%, or
88.33% of the total development investment plan of Rp 64.11 trillion during Pelita VI. This indicates that the industrial sector has dominant contribution to the Gross Regional Domestic Product (GRDP) of the Province of Central Java. The projection of the investment need for the industrial sector during Pelita VII is Rp 86.297 trillion, whereas the average annual investment need is
Rp 17.259 trillion.
Kata Kunci : Investasi, Industri, Jawa Tengah
