Aktivisme Transnasional dalam Advokasi Perlindungan Orang dengan Albinisme di Tanzania, Afrika Timur

ARIDHA PRIMAFELIA SAFITRI, Dra. Siti Daulah Khoiriati, MA

2017 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Berita mengenai kasus pembunuhan dan penyerangan terhadap orang dengan albinisme di Tanzania mulai tersebar di media internasional pada tahun 2008 setelah jurnalis BBC Vicky Ntetema mempublikasikan hasil investigasi rahasianya mengenai praktek para “waganga” atau dukun yang menggunakan bagian tubuh orang dengan albinisme dalam operasinya. Kasus tersebut dianggap sebagai sebuah pelanggaran HAM karena orang dengan albinisme di Tanzania terancam hak hidupnya. Pemerintah yang pada waktu itu tidak responsif dalam menangani kasus tersebut memunculkan political entrepreneurs seperti Vicky Ntetema dan Peter Ash yang kemudian membentuk organisasi non-pemerintah Under the Same Sun yang sangat giat melakukan advokasi mengenai isu albinisme di ranah nasional maupun internasional bersama dengan anggota jaringan lainnya. Dalam penelitian ini penulis berusaha melihat bagaimana jaringan transnasional yang terbentuk melakukan advokasi dalam perlindungan orang dengan albinisme di Tanzania. Penulis berargumen bahwa tertutupnya saluran komunikasi yang efektif antara pemerintah dan masyarakat dalam hal ini orang dengan albinisme telah mendorong terbentuknya jaringan transnasional yang memperjuangkan isu tersebut. Jaringan menggunakan 4 tipologi taktik dalam advokasi antara lain information, symbolic, leverage dan accountability politics dalam menekan aktor target yaitu pemerintah untuk dapat mempengaruhi atau mengubah perilaku mereka dalam isu albinisme tersebut.

The news of murder and assault of people with albinism in Tanzania began to spread in the international media after BBC journalist ,Vicky Ntetema, published the results of his secret investigation about the practice of shamans or "waganga" in Swahili who used people with albinism (PWA) body parts in their operations. The case by then considered as human right violation because the right to life for people with albinism in Tanzania are threatened. The government which at that time was unresponsive on this problem lead to the forming of the transnational advocacy network (TAN) which concerned about this issue. Peter Ash as one of the political entrepreneur on this advocacy then formed a non-governmental organization called Under the Same Sun (UTSS) which is very proactive in advocating the issue of albinism in the national and international arena with the other members of the networks. This research will examine on how TAN do their advocacy on protecting and providing the rights of PWA in Tanzania. The researcher argues that the closure and ineffectiveness of communication between government and society ,in this case people living with albinism, has encouraged the formation of a transnational network which advocated the issue. There are four typology of tactics used by the networks in their efforts at persuasion, socialization and pressure namely information politics, symbolic politics, leverage politics and accountability. Networks use the typology of tactics to influence the target actor which is government to change their behavior in this albinism issues.

Kata Kunci : Jaringan advokasi transnasional, Tanzania, orang dengan albinisme (ODA), kelompok disabilitas, HAM, organisasi non-pemerintah, Transnational advocacy network, Tanzania, people with albinism (PWA), disability groups, human rights, non-governmental organiza