OLAHRAGA DIFABEL: PERAN NATIONAL PARALYMPIC COMMITEE (NPC) DALAM PEMENUHAN HAK DASAR DAN KEBUTUHAN DIFABEL DALAM OLAH RAGA PRESTASI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
DESTRY INDRA WIBAWA, Dr. Cornelis Lay, M.A
2017 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)Masih sedikit masyarakat yang memahami keberadaan olahraga difabel. Selama ini masyarakat melihat olahraga sebagai kegiatan yang lazim dilakukan oleh orang yang memiliki fisik utuh, sehingga partisipasi difabel di bidang olahraga dianggap tabu. Hal ini dikarenakan difabel dianggap sebagai orang yang lemah karena memiliki keterbatasan fisik dan mental. Anggapan ini memunculkan adanya pelabelan mengenai kekurangan yang melekat pada dirinya. Difabel memperoleh pelabelan sebagai kelompok tidak berdaya dan minoritas. Mereka termarjinalkan oleh lingkungan sosial dan masyarakat sehingga terpinggirkan dari urusan publik. Anggapan tersebut muncul dari pandangan medical mode. Namun, stigma negatif dari pandangan tersebut menuai kritikan karena cenderung merugikan difabel. Hal itu kemudian mendorong adanya tuntutan pemikiran baru dalam memahami keberadaan difabel. Adalah social mode yang mendorong adanya kesetaran dalam pemenuhan hak dan kebutuhan difabel di bidang olahraga. Asumsi dasar pandangan ini bertujuan memberdayakan difabel agar mampu berpartisipasi aktif di kehidupan sosial tanpa adanya diskriminasi. Pergeseran paradigma inilah mendorong munculnya organisasi yang peduli terhadap hak difabel. Sebagai bentuk realisasi, NPC DIY hadir mencoba menjawab keresahan yang dialami difabel dalam pemenuhan hak dan kebutuhan olahraga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Maka dari itu, penelitan ini akan menjawab pertanyaan mengenai peran dilakukan NPC DIY dalam pemenuhan hak dan kebutuhan difabel di bidang olahraga dan bagaimana implikasinya, serta melihat adanya pergulatan kelompok marjinal dalam memperjuangkan hak dan kedudukannya sebagai warga negara.
Only a few people understand the existence of Paralympic sports. All this time, people see sports as an activity that is commonly done by people who have a physical intact, therefore sport participation of disabled people is considered as taboo. This is because the people with disabilities is considered a weak person with physical and mental limitations. This assumption raises a label which is attached to minority. There are marginalized by the social environment and society, thus it makes them be marginalized from public affairs. The assumption comes from the view of medical mode. However, the negative stigma of the view is criticized because it tends to disadvantages the people with disabilities. It then encourages a new demand in understanding the existence of disabilities. Social mode encourages equality in the fulfillment of the rights and obligations in sports. The basic assumption of this view aims to empower the disabled to be able to participate in social life without any discrimination. This paradigm shift encourage organizations that care about disabled people's rights. As the realization, there is NPC DIY that is trying to solve disabled people's anxiety in the fulfillment of the right and obligations in sports in Special Region of Yogyakarta. Therefore this research will answer question about NPC DIY's roles in the fulfillment of the rights and needs of disabled in sport and the implications, and observe disabled's rights and obligation's condition its fulfillment in Special Region of Yogyakarta
Kata Kunci : Difabel, Olahraga, Setara, Pekan Paralimpik Nasional, Hak. Atlet, Disabilities, Sports, Equality, Paralympic Sport, Rights, Athlete