Laporkan Masalah

GROWING INSIDE MAINSTREAM: A SALAFI COMMUNITY IN JOGOYITNAN, WONOSOBO

NIDAUL HASANAH M, Dr. IQBAL AHNAF

2018 | Tesis | S2 Agama dan Lintas Budaya

Sebagian besar reformisme keagamaan terjadi di daerah perkotaan. Sekitar tahun 1980an, Salafisme kontemporer pertama kali muncul di daerah perkotaan seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Makassar. Pada persebaran berikutnya, Salafi mampu memasuki daerah pedesaan karena faktor globalisasi. Masyarakat pedesaan mampu mengakses pengetahuan baru, sehingga semua hal baru bisa terinfiltrasi ke desa-desa. Hal ini membuat masyarakat pedesaan juga mengalami reformisme keagamaan. Salah satu contoh reformisme keagamaan yang muncul di daerah pedesaan terjadi di dusun Punthuk, desa Jogoyitnan, Wonosobo. Para ulama Salafi mampu mengubah Muslim tradisional menjadi Muslim puritan kurang dari 20 tahun. Tesis ini akan fokus pada kesuksesan terbatas oleh Salafi dengan menggunakan faktor-faktor Social Movement Theory (SMT) yaitu framing, resources of mobilization and POS (Political Opportunity Structure). Penulis melaksanakan penelitian kualitatif selama empat bulan untuk mengetahui kesuksesan terbatas oleh Salafi dalam reformisme keagamaan. Faktor-faktor yang paling utama dalam mempengaruhi pencapaian terbatas oleh gerakan Salafi adalah kekosongan otoritas tradisional, perekrutan tokoh utama otoritas traditional, kemampuan untuk menghubungkan antara reformisme Islam dengan isu aktual seperti kemiskinan dan tradisi bida

Religious reformism mostly happens in urban areas. Around 1980s, contemporary Salafism first emerged in urban area such as Jakarta, Bandung, Yogyakarta and Makassar. On the next dissemination, Salafism could enter rural areas due to the globalization. People had access to new knowledge, so all new things could be infiltrated to villages. Therefore, people in rural areas also experience religious reformism. One of example the religious reformism in rural areas is located in Punthuk, Jogoyitnan, Wonosobo. Salafi clerics could change Muslim traditional into Muslim puritan less than 20 years. This thesis will focus on Salafi limited achievement by using Social Movement Theory (SMT) such as framing, resources mobilization and POS (Political Opportunity Structure). The author conducted four months qualitative research in order to know limited achievement of the Salafi movements in religious reformism. The determinant factor which lead to limited achievement of Salafi movement is the vacuum left in the lost of traditional authority, framing advantage by recruiting important traditional figure such as the leader of hamlet, the ability to call Islamic reformism by bringing actual issues; poverty and bid'a tradition

Kata Kunci : Lost of traditional authority, Religious Reformism, Muslim Traditional, Salafi, SMT


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.