NEFRITIS LUPUS

MEDINA PERMATAWATI, dr. Sumadiono, Sp.A(K) : dr. Kritia Hermawan, MSc, SpA

2017 | Tesis-Spesialis | SP ILMU KESEHATAN ANAK

Penyakit lupus eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit inflamasi autoimun kronis yang belum diketahui penyebabnya. Nefritis lupus adalah manifestasi paling umum dari LES. Keterlibatan ginjal pada LES mempengaruhi prognosis utamanya dalam hal kelangsungan hidup pasien, fungsi ginjal dan kualitas hidup. Tujuan: Untuk melakukan pemantauan dan intervensi jangka panjang pada pasien remaja dengan nefritis lupus. Metode: Pemantauan dan intervensi jangka panjang terkait respon terapi, komplikasi dan luaran pasien remaja dengan nefritis lupus. Hasil: Dalam kurun waktu pemantauan 18 bulan, didapatkan satu kali gejala kekambuhan penyakit (flare) yang ditandai dengan peningkatan SLEDAI sebanyak 14 poin dan hasil pemeriksaan proteinuria 0,17 g per 24 jam (proteinuria ringan-sedang). Selanjutnya protokol lupus nefritis diganti dengan protokol euro lupus (low dose euro lupus IV cyclophosphamide protocol). Perbaikan tampak setelah dua minggu pengobatan dengan protokol euro lupus. Kesimpulan: Perlu pemantauan dan pengobatan jangka panjang serta pentingnya edukasi mengenai kepatuhan berobat untuk mencegah berulangnya penyakit, perbaikan gejala serta kualitas hidup yang maksimal.

Systemic lupus erythematosus (SLE) is a chronic autoimmune disease of unknown etiology. Lupus Nephritis is the most common manifestation of SLE. Renal involvement in SLE affects the major prognosis in terms of patient survival, renal function and quality of life. Objective: To perform long-term monitoring and intervention in adolescent with lupus nephritis. Methods: Long-term monitoring and intervention related to therapeutic response, complications and outcomes in adolescent with lupus nephritis. Results: Within 18 months of follow-up, patient was considered as having a flare, where the results of scoring SLEDAI 14 and quantitative proteinuria level is 0.17 gr on 24 hours (mild to moderate proteinuria). Furthermore, the protocol of lupus nephritis is switched into into the low dose euro lupus IV cyclophosphamide protocol. The improvement appears after two weeks of treatment with euro lupus protocol. Conclusion: Long-term monitoring and treatment is needed and education is the importance on treatment compliance to prevent recurrence of disease, improvement of symptoms and maximal quality of life

Kata Kunci : systemic lupus erythematosus, lupus nephritis, flare