Laporkan Masalah

KEMANA AKU AKAN "PULANG": Studi Kasus Perubahan Sosial Budaya Terhadap Lima Remaja yang Hidup dalam Keluarga "Single Parent"

DHAMANG GUTOMO, Dr. Setiadi, M.Si

2017 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYA

Perceraian yang dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah akan memberikan berbagai macam perubahan di dalam keluarga tersebut. Perubahan yang paling kelihatan adalah berubahnya stuktur di dalam keluarga tersebut. Perubahan stuktur keluarga telah mengakibatkan tidak terlaksananya fungsi keluarga secara maksimal serta menjadikan orang tua memiliki peran ganda. Khususnya bagi anak, perceraian akan memberikan dampak yang cukup signifikan yakni anak akan merasa tergoncang. Penelitian ini dimulai pada Januari tahun 2017 hingga Oktober 2017 yang dilakukan di Yogyakarta terhadap lima remaja berusia antara 15 hingga 24 tahun yang semuanya telah memiliki pengalaman tinggal dalam keluarga single parent sejak masa anak-anak. Selain itu, kelima remaja ini semuanya berafiliasi dengan komunitas Broken Home Jogja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana kehidupan kelima remaja pasca perceraian orang tuanya. Dalam prosesnya penelitian ini menggunakan metode kualitatif etnografi, diharapkan menggunakan metode tersebut penelitian ini dapat mendasar. Hasil studi pada penelitian ini telah menunjukkan bahwa dengan perceraian orang tua, anak akan merasa tergoncang dan tidak memiliki pegangan hidup. Untuk mengatasi hal tersebut sebagai anak korban perceraian mereka melakukan penyesuaian, salah satunya dengan bergabung ke dalam sebuah komunitas "senasib". Komunitas Broken Home Jogja bagi mereka merupakan "keluarga kedua". Sebab, dengan bergabung dengan komunitas tersebut mereka mampu bangkit kembali dari keterpurukannya serta menemukan role model yang hilang dalam dirinya. Selain itu, Komunitas Broken Home Jogja juga mampu membantu mereka dalam memecahkan masalah yang sedang mereka hadapi. Tidak hanya itu, Komunitas Broken Home Jogja dan isinya bagi kelima remaja mampu menjadi kontrol sosial bagi dirinya.

Divorce by a married couple will provide various changes in the family. Divorce changed the structure in the family and also reduce than family functionality. This condition makes the parents have a double role (both as a mother and a father). Especially for children, divorce will give a significant impact that makes the child shaken. This research began in January of 2017 till October 2017 conducted in Yogyakarta on five teenagers aged between 15 to 24 years who had experience living in single-parent families since childhood. In addition, these five teenagers are all affiliated with the Komunitas Broken Home Jogja community. The purpose of this study is to find out more about the life of the five teenagers after the divorce of their parents. This research uses qualitative ethnography method, this method is chosen with the aim to be able to present data and detailed research results. The results of this study show that with a parent's divorce has impact fo child feel shaken and have no hold in life. For them joining a solidarity community is a way of adjusting when in his new life as a child of divorce. "Broken Home Jogja" community for them is a "second family" because this community is able to assist them in solving life problems they face. Not only that, for the five teenagers of Broken Home Community of Jogja and its contents can be a social control for them. At the end of the community, they are able to bounce back from adversity and discover their missing role models.

Kata Kunci : antropologi, remaja, komunitas, keluarga, single parent, perceraian/anthropology, youth, community, family, single parent, divorce

  1. S1-2017-319903-abstract.pdf  
  2. S1-2017-319903-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-319903-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-319903-title.pdf