Katorang Nelayan Musti Baku Bantu: Studi Kegiatan Tolong Menolong dalam Praktik Kerja Nelayan Kampung Baru, Banda Neira, Maluku
ANTONIUS DEO YOGA P, Dr. Pujo Semedi Hargo Yuwono, M.A.
2017 | Skripsi | S1 ANTROPOLOGI BUDAYANelayan dihadapkan pada kondisi lingkungan yang tidak bisa ditebak dan penuh dengan risiko, sehingga mereka memiliki sistem sosialnya sendiri sebagai orang yang setiap hari bekerja untuk memperoleh hasil dari laut. Ketidakpastian yang dihadapi nelayan rupanya menghadirkan ketakutan akan segala risiko yang bisa saja menimpanya. Tak heran jika mereka memiliki ritual hingga pedoman berperilaku yang dipercaya bisa memberikan nasib baik bagi aktivitas ekonomi nelayan. Saya menemukan bahwa tolong-menolong atau baku-bantu sebagai bentuk pedoman berperilaku yang nelayan Kampung Baru lakukan dalam praktik melautnya. Dalam melakukan kegiatan baku-bantu saya mendapati bahwa nelayan mengorbankan apa yang mereka miliki seperti contohnya menjual hasil tangkapan dengan harga yang lebih murah hingga berbagi informasi wilayah tangkap dengan nelayan di luar kelompoknya. Studi ini dilakukan pada komunitas nelayan di Desa Kampung Baru, Kecamatan Banda Neira, Maluku Tengah. Saya mencoba melakukan interaksi dan menetap bersama mereka selama dua bulan untuk bisa mendalami persoalan baku-bantu yang mereka lakukan. Karya akhir sarjana ini berusaha untuk menjelaskan kepada pembaca mengapa nelayan membantu nelayan di luar kelompoknya? Baku-bantu yang mereka lakukan membuat nelayan mengorbankan pendapatan dan akses menuju wilayah tangkap dengan nelayan lain. Bagaimana cara pandang nelayan Kampung Baru sehingga menolong nelayan lain menjadi masuk akal untuk mereka lakukan? Saya mencoba melihat pola pertukaran yang terjadi pada kegiatan baku-bantu dengan memusatkan perhatian kepada pemberian bantuan dan pengembalian bantuan yang nelayan Kampung Baru lakukan.
Fishermen are faced against the unpredictable and risky environmental condition, to the point that they have their own social system as they gather the bounty of the sea everyday. The uncertainty faced by the fishermen presents a fear of the possible risks. No wonder that they would have rituals and behavioural guidelines believed to be able to endow good fortune towards fishermen’s economic activity. I found mutual assistance or baku-bantu as a form of behavioural guideline practiced by the fishermen of Kampung Baru in their marine activities. In doing the baku-bantu, I found that fishermen would sacrifice whatever they have, for example to sell their bounty by a cheaper price, or by sharing the fishing hotspots with the fishermen outside their group. This study was conducted in the fishermen community of Kampung Baru, Kecamatan Banda Neira, Maluku Tengah. I tried to interact and live among them for two months to be able to dive into this baku-bantu they exercise.This bachelor thesis is trying to explain why the fishermen would help the other fishermen outside their group? Baku-bantu they exercise made fishermen sacrifice their earnings and access to the fishing locations to other fishermen. How are the fishermen of Kampung Baru making sense of helping other fishermen? I tried to perceive the exchange pattern happening within baku-bantu by centering the attention towards the providing and repaying favours the fishermen of Kampung Baru did.
Kata Kunci : Tolong-menolong, Solidaritas Nelayan, Logika Investasi, Banda Neira, Maluku / Mutual Assistance, Fishermen Solidarity, Investment Logic, Banda Neira, Maluku