SUMBING SUNRISE POINT BED AND BREAKFAST DENGAN PENDEKATAN TACTILE ARCHITECTURE
MUHAMAD HELMI, Dimas Wihardyanto S.T, M.T
2017 | Skripsi | S1 ARSITEKTURSalah satu tempat yang akhir-akhir ini ramai menjadi destinasi wisata adalah Desa Mangli. Desa ini terletak di Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, tepat di kaki Gunung Sumbing. Dari desa ini, matahari terlihat terbit diantara gunung Merapi, Merbabu, Telomoyo, dan Andong. Tetapi karena tempat ini baru saja dijadikan tujuan pariwisata selain sebagai pos pendakian Gunung Sumbing, maka fasilitas penunjang pariwisata di tempat ini masih sangat minim. Salah satu fasilitas yang cukup penting adalah penginapan yang belum ada di daerah Mangli, sehingga pengunjung yang ingin menikmati matahari terbit di daerah ini harus datang pagi buta. Tactile design yang akan diterapkan di perancangan penginapan ini diharapkan mampu membuat konsep penginapan sebagai tujuan wisata dimana desain yang muncul bersifat timeless dan mampu memberikan pengalaman baru bagi pengunjung yang datang ke penginapan ini dan menjadi pengalaman yang tak terlupakan yang meremajakan jiwa dan raga. Orientasi bangunan diarahkan kepada potensi utama site, yaitu matahari terbit yang terletak di timur. Site dibagi menjadi empat zona utama yang dikelompokkan berdasarkan kebutuhan privasi. Berdasarkan analisis karakter site yang telah ditetapkan, zonasi, program ruang, dan organisasi ruang. Kontur site yang cukup curam juga digunakan sebagai pembatas masing-masing fungsi dengan menggunakan tinggi kontur untuk menciptakan privasi namun view bisa dinikmati di setiap fungsi. Tata letak utama bangunan mengarah pada orientasi tampilan, sehingga setiap ruang dapat melihat view unggulan dari site.
One of the places that lately is quite crowded for tourism is Mangli Village. This village is located in Kaliangkrik, Magelang, right on the slopes of Mount Sumbing. From this village, the sun is seen rising in a row of Mount Merapi, Merbabu, Telomoyo, and Andong. But because this area has just opened for tourism purposes other than as a climbing post Mount Sumbing, then the supporting facilities of tourism in this place is still minimal. One that is still very lacking is a lodging facility that is completely absent in this area, so that tourists who want to enjoy the sunrise must come early in the morning. Tactile design that will be put forward in the planning of this resort is expected to make the resort concept as a tourist destination well where the design that appears can be timeless and can make a new experience for visitors who stay at this resort and become an unforgettable experience in life and they will be able to feel the tactile experience to rejuvenate the soul. The orientation of the building is directed toward the ultimate potential on the site, which is the rising sun which lies to the east. Site is divided into four zones grouped by level of privacy requirement. Based on the analysis of site characters that have been established, zoning, space program, and space organization. The contour of the site is quite steep is also used as a barrier of each function by using the height of the contour to create privacy but view can be enjoyed in every function. The main layout of the building leads to the view orientation, so that each space can see the featured view of the site .
Kata Kunci : arsitek, arsitektur, desain, resort, sumbing, gunung, sunrise, matahari