Laporkan Masalah

RENCANA BISNIS PERALATAN MAKAN DAN SAJI BERBAHAN DASAR KAYU

RANY DWI AMANDA, Dr. Sahid Susilo Nugroho, M.Sc.

2017 | Tesis | S2 MANAJEMEN (MM) JAKARTA

Jumlah penduduk kelas menengah yang meningkat akan memicu peningkatan kebutuhan pada beberapa sektor, termasuk sektor properti hunian karena sebagian besar masyarakat kelas menengah mulai sadar akan pentingnya investasi. Kelas menengah menyukai sesuatu yang dapat memberikan pengalaman, mengikuti tren, global minded, sampai dengan memenuhi kebutuhan bersosialisasi di kafe atau restauran bersama komunitas. Bergesernya gaya hidup kelas menengah yang seperti ini akan berpotensi pula meningkatkan jumlah kafe atau restoran. Setiap perumahan dan kafe atau restoran sudah pasti memiliki ruang makan lengkap dengan peralatan-peralatan yang digunakan termasuk didalamnya adalah piring, mangkuk, cangkir, gelas, tempat bumbu, baki, sendok dan garpu. Peralatan makan dan saji memiliki bahan yang bermacam-macam yaitu kaca, porselein, satinless, melamin, dan kayu. Kayu dapat memberikan keunikan tersendiri dengan menghadirkan kesan alami dalam ruangan, aman digunakan, tidak mudah rusak, dan dapat didaur ulang. Penulis melihat peluang bisnis usaha peralatan makan dan saji untuk kelompok kelas menengah ini. Peluang tersebut akan dituangkan dengan mendirikan usaha bisnis peralatan makan dan saji berbahan dasar kayu dengan merek Dotudot. Sebelum melakukan analisis, penulis melakukan wawancara terhadap 6 responden dan 45 responden untuk pemilik usaha kuliner dan 45 untuk pengguna pribadi. Pendirian restoran ini membutuhkan analisis yang mendetail dimulai dengan analisis lingkungan PESTEL dan analisis lima kekuatan kompetitif untuk mengetahui ancaman dan peluang dalam menjalankan bisnis, kemudian analisis peta empati untuk mengetahui keinginan konsumen dalam memperoleh peralatan makan dan peralatan saji, dan hasil dari analisis tersebut digambarkan dalam 9 blok pada kanvas bisnis model. Setiap bisnis memerlukan perencanaan bisnis yang jelas meliputi analisis pemasaran, sumber daya manusia, operasional hingga analisis keuangan sehingga dapat dilihat kelayakan dari bisnis ini. Analisis sensitivitas dilakukan dengan menghitung IRR, NPV, dan payback period pada beberapa skenario perubahan yang mungkin terjadi. Suku bunga yang digunakan adalah rata-rata suku bunga dasar kredit korporasi Bank Mandiri, Bank BCA, dan Bank BNI, sehingga rata-rata suku bunga sebesar 9,98 persen. Pada skenario positif, hasil NPV sebesar Rp1.571.903.947, dengan IRR sebesar 31,45 persen, dan payback period selama 2 tahun 3 bulan. Sementara pada skenario optimis NPV sebesar Rp 2.029.629.750, IRR sebesar 36,36 persen dan pacback period sebesar 2,1 tahun. Sedangkan pada skenarion pesimis, diperoleh NPV sebesar Rp 326.383.669, IRR sebesar 14,69 persen, dan pacback period sebesar 3,3 tahun. Berdasarkan hasil tersebut maka bisnis peralatan makan dan saji dari kayu layak untuk dijalankan.

A rising number of middle class residents could be one of trigger for increasing demand in some sectors, including residential property sectors as most middle-class societies have awareness of investmen. The middle class interested to something that can provide some experiences, follow the trends, global minded, socializing in cafes or restaurants with their communities. The shift of middle-class lifestyles as this way, would potentially increasing the number of cafes or restaurants as well. Every residence and cafe or restaurant certainly has a dining room completed with tableware including plates, bowls, cups, spice containers, trays, spoons and forks. Tableware has a variety of materials namely glass, porcelein, satinless, melamine, and wood. Wood could give a uniqueness by presenting a natural impression in the room, safe to use, not easily damaged, and can be recycled. The author sees business opportunities of tableware for this middle-class group. The opportunity will be realized by establishing a business of wood-based tableware under the brand name Dotudot. The author conducted interviews to 6 respondents and distributed questioner 45 respondents for culinary business owners and 45 for private users. The establishment of this restaurant requires detail analysis beginning with PESTEL's environmental analysis and analysis of the five competitive forces to know the threats and opportunities in running the business, then analyzing the empathy map to find out the consumer's desire in acquiring tableware, and the results of the analysis are also illustrated in 9 block on the business model canvas. Every business requires a detail business plan that consists of marketing analysis, human resources, operations to financial analysis for showing the feasibility of this business. Sensitivity analysis is conducted by calculating IRR, NPV, and payback period on some possible change scenarios. The interest rates used are the average prime lending rates of Bank Mandiri, Bank BCA, and Bank BNI, thus the average interest rate is 9.98 percent. In a positive scenario, the value of NPV is Rp1.571.903.947, with an IRR of 31.45 percent, and a payback period of 2 years and 3 months. While in the optimistic scenario the value of NPV is Rp 2,029,629,750, the value of IRR is 36.36 percent and the value of payback period is 2,1 years. While in pessimistic scenario, the value of NPV is Rp 326.383.669, the value of IRR is 14.69 percent, and the value of pacback period is 3,3 years. Based on these results, the business of tableware from wood is feasible.

Kata Kunci : peralatan makan dan saji, Dotudot, peta empati, perencanaan bisnis, model bisnis