Laporkan Masalah

Perkembangan budaya musik perunggu Minangkabau di Sumatera Barat

BAHAR, Mahdi, Promotor Prof.Dr. R.M. Soedarsono

2003 | Disertasi | S3 Ilmu Budaya

Pada dasarnya disertasi ini mengkaji dua aspek, yaitu sejarah dan budaya musik perunggu Minangkabau. Kajian aspek sejarah menjelaskan latar belakang sejarah yang membentuk kebudayaan musik perunggu Minangkabau. Minangkabau sebagai sebuah kerajaan yang besar di Sumatera pada masa lampau, pertama kalinya dibangun oleh Adityawarman (1347-1375) dari Majapahit. Kerajaan ini mewariskan tradisi musik perunggu yang sekarang telah me-Minangkabau, yaitu musik talempong. Musik tersebut telah menjadi bagian dari kebudayaan orang Minangkabau. Berdasarkan teori perubahan kebudayaan (akulturasi), yang didukung oleh sumber seperti misalnya kesusastraan kuno, prasasti, data arkeologi, kajian para ahli sebelumnya, data antropologi, dan data musikologi menunjukkan, bahwa kebudayaan musik talempong Minangkabau merupakan sintesis dari unsur Jawa-Majapahit dan Melayu. Musik talempong yang merupakan satu-satunya musik kebudayaan orang Minangkabau yang hampir dapat ditemui di seluruh wilayah ini menunjukkan fenomena yang seragam dan fenomena yang beragam. Fenomena yang seragam tampak dari adanya kecenderungan yang sama dalam memperlakukan musik atau alat musik tersebut oleh masyarakat Minangkabau sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Fenomena yang beragam tampak dari beragamnya anggota masyarakat Minangkabau memperlakukan musik itu sebagai kebudayaan mereka. Dalam hal ini dipandang, bahwa konvensi merupakan faktor yang melatarbelakangi pembentukan fenomena budaya musik talempong yang seragam. Sebaliknya, fenomena budaya musik talempong yang beragam, terbentuk oleh karena tidak adanya konvensi masyarakat Minangkabau tentang aspek itu.

Basically, the dissertation studies two aspects, namely the history and the culture of Minangkabau bronze music. The study of historical aspect aims to explain the background which forms Minangkabau bronze music. Minangkabau as the big kingdom in Sumatera in the past was developed primarily by Adityawarman (1347- 1375) from Majapahit. The kingdom passed the tradition of bronze music which until now spreads in Minangkabau area, namely the talempong music. The music has become a part of Minangkabaunese culture. Based on a cultural change theory (acculturation), which is supported by the sources such as classic literature, epigraphy, archeological data, previous studies from the expert, anthropological data, and musicological data indicate that Minangkabau talempong musical culture forms a synthesis from the elements of Jawa-Majapahit and Malay culture. The talempong music which is the only music of the Minangkabaunese, found in almost throughout Minangkabau area, indicates a uniform but various phenomena. The uniformity appears from the same tendency in regarding the music or this musical instrument by the Minangkabau ethnic as a part of their culture. The variety appears from the diversity of Minangkabau people in considering this music as the Minangkabaunese culture. In this case, convention forms the factor which forms the background for the formation of the uniform phenomenon of the talempong music culture. On the contrary, the cultural phenomenon of talempong music, which is diverse, is formed because there is no convention of Minangkabaunese for the aspects.

Kata Kunci : Musik Tradisional Minangkabau,Musik Perunggu, Talempong, Bronze music, Minangkabaunese


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.