Laporkan Masalah

FENOMENA ELITE CAPTURE DALAM PENGELOLAAN BUMDES

SYAHRAN FIRDAUS, Ashari Cahyo Edi

2017 | Skripsi | S1 ILMU PEMERINTAHAN (POLITIK DAN PEMERINTAHAN)

Kemandirian desa merupakan salah satu fokus utama untuk mencapai kesejahteraan masyarakat desa. Salah satu implikasi dari agenda kemandirian desa adalah kehadiran BUMDes sebagai sebuah lembaga di pedesaan untuk melakukan fungsi pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, kehadiran BUMDes dapat menimbulkan masalah baru yaitu munculnya kehadiran elite mendominasi BUMDes. Salah satu fenomena yang dapat terjadi adalah Elite Capture. Elite capture merupakan pembajakan oleh elite terhadap ruang-ruang pengelolaan untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Adapun objek penelitian ini adalah BUMDes Argosari yang berada di Desa Pulosari, Kabupaten Pemalang. BUMDes tersebut telah berdiri sejak tahun 2015 dan memiliki beberapa lini usaha dan juga telah melakukan kerjasama dengan pihak swasta. Penelitian ini fokus untuk menyelidiki fenomena elite capture dengan cara melihat strategi bekerjanya kekuasaan elite dengan menggunakan teori power cube dari John Gaventa dalam membajak pengelolaan BUMDes pada setiap tahapan-tahapan pengelolaannya. Tahapan pengelolaan tersebut dibagi menjadi empat tahapan yaitu agenda setting, implementasi, monitoring, dan evaluasi. Setiap tahapan dianalisa tindakan-tindakan pembajakan yang dilakukan oleh elite sehingga nantinya akan mendapatkan gambaran secara komprehensif perilaku capturing yang dilakukan oleh para elite. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus Kepala Desa dan Ketua BPD merupakan dua aktor kuat yang sangat berpengaruh dalam pengelolaan BUMDes Argosari. Kedua aktor tersebut kerap kali bekontestasi dalam konteks pengelolaan BUMDes. Akan tetapi, selama proses pengelolaan berjalan kades merupakan aktor yang sangat mendominasi sehingga kerap kali membajak setiap tahapan pengelolaan BUMDes. Beberapa faktor yang menjadikan kades cukup kuat posisinya dalam internal BUMDes adalah relasinya yang sangat kuat dengan pihak luar baik itu pihak swasta maupun pemerintah supradesa. Selain itu, kades juga mampu membangun kepatuhan yang tinggi terhadap jajaran internal BUMDes sehingga internal BUMDes sangat bergantung akan sosok kades. Sementara Ketua BPD, hanya optimal dalam ranah pengawasan saja. Peran dan kekuasaan yang dimiliki oleh ketua BPD belum cukup untuk dapat mengimbangi kekuasaan kades dalam pengelolaan BUMDes. Ketua BPD melakukan perlawanan berupa teguran-teguran baiks secara lisan maupun tulisan kepada internal BUMDes maupun kades selaku penasehat BUMDes serta menjalin relasi dengan kelompok-kelompok yang juga kontra dengan kepemimpinan kades.

Village independence is one of the main focuses to achieve the welfare of rural communities. One of the implications of the village independence agenda is the presence of BUMDes as a rural institution to perform the function of empowering and improving the welfare of the community. However, the presence of BUMDes can lead to new problems: the emergence of an elite presence dominates BUMDes. One of the phenomena that can happen is Elite Capture. Elite capture is an elite hijacking of management spaces for personal or group interests. The object of this research is BUMDes Argosari located in Pulosari Village, Pemalang Regency. This study focuses on investigating elite capture phenomena by looking at the strategy of empowering elite power by using John Gaventa's power cube theory in hijacking the management of BUMDes at each stage of its management. Stages of management are divided into four stages of agenda setting, implementation, monitoring, and evaluation. Each stage is analyzed by the elite hijacking actions so that later will get a comprehensive picture of capturing behavior conducted by the elite. This research uses qualitative method with case study approach Village Head and Chairman of BPD are two powerful actors who are very influential in the management of Argosari BUMDes. Both actors are often contested in the context of BUMDes management. However, during the process of running the village management is a very dominant actors that often plow each stage of management BUMDes. Some of the factors that make the village strong enough position in internal BUMDes is a very strong relationship with outside parties, both the private and supradesa government. In addition, village heads are also able to build high compliance against the internal ranks of BUMDes so that internal BUMDes is very dependent on the figure of village head. While the Chairman of BPD, only optimal in the realm of supervision only. The role and power possessed by the head of BPD is not enough to offset the power of the village head in the management of BUMDes. Chairman of the BPD to fight in the form of reprimands either verbally or in writing to the internal BUMDes and Kades as advisor BUMDes and establish relationships with groups that also cons with the leadership of village.

Kata Kunci : Kekuasaan Elite , Elite Capture , Pengelolaan BUMDes , Elite Power , Elite Capture, BUMDes Management

  1. S1-2017-353438-abstract.pdf  
  2. S1-2017-353438-bibliography.pdf  
  3. S1-2017-353438-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2017-353438-title.pdf