Perkembangan wilayah pinggiran Kota Metropolitan Surabaya dan mobilitas tenaga kerja :: Kasus Kabupaten Sidoarjo

ADIKA, I Nyoman, Promotor Prof.Dr. Ida Bagoes Mantra

2003 | Disertasi | S3 Geografi

Pada permulaan millenium Ill, kota Surabaya berpenduduk lebih dari 1 .OOO.OOO jiwa (Tahun 2000 jumlah penduduknya 2.588.81 6 jiwa) merupakan kota metropolitan II setelah DKI Jakarta. Kota ini sulit untuk dikembangkan karena keterbatasan lahan. Untuk mengatasi masalah ini Surabaya melepaskan satu fungsinya sebagai kota industri dan dilimpahkan ke Kabupaten Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo mengalami restrukturisasi internal dengan segala macam dampaknya. Tujuan penelitian ini adalah meneliti perkembangan pembangunan fisik/fungsi di Kabupaten Sidoarjo, dan besarnya arus mobilitas tenaga kerja pada sektor formal dan informal baik yang datang dari Surabaya maupun dari daerah burit. Teori pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori proses kotadesasi yang dilontarkan oleh McGee, yaitu perluasan wilayah metropolitan (Extended Metropolitan Region). Di samping itu digunakan pula teori kesempatan antara (intervening opportunity) oleh Robert Norris yang terdapat koridor antara daerah asal dan daerah tujuan. Wilayah kesempatan antara ini perkembangan pembangunannya cepat, dan dapat digunakan sebagai lompatan pertama dari proses step-wise movers. Metode yang digunakan adalah metode survai dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Karena penelitian ini lebih menekankan pada tujuan eksploratif dan deskriptif maka secara makro diobservasi seluruh wilayah Kabupaten Sidoarjo. Secara mikro diteliti migran tenaga kerja yang berasal dari Surabaya dan daerah burit baik yang bekerja pada sektor formal maupun informal. Karena jumlah populasi pekerja di sektor formal dan informal tidak diketahui, pengambilan responden pekerja migran menggunakan nonprobability sampling. Dalam penelitian ini dipilih 71 orang migran tenaga kerja sektor informal dan 84 migran tenaga kerja sektor formal. Metode analisis yang digunakan untuk penelitian mikro adalah metode kuantitatif sederhana. Hasil penelitian adalah sebagai berikut: Pertama, Kabupaten Sidoarjo merupakan klep pengaman dalam mengatasi masalah fisik, sosial, dan ekonomi kota Surabaya. Kedua, Kabupaten Sidoarjo merupakan wilayah kesempatan antara (intervening opportunity) bagi tenaga kerja dari daerah burit (hinterland) yang ingin bekerja di kota Surabaya dengan alasan sebagai berikut. Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah yang subur karena terletak di daerah Delta Sungai Berantan. Produksi pertanian, perikanan merupakan andalan utama dari kabupaten ini. Untuk mengolah produksi perikanan didirikanlah industri kerupuk udang, terasi, dan petis yang banyak menyerap tenaga kerja. Di samping itu di Kecamatan Tanggulangin terdapat industri tas, dan barang-barang dari kulit, di mana produksinya dijual sampai ke luar negeri. Para migran tenaga kerja terutama yang bekerja di sektor informal memili h bekerja di Kabupaten Sidoarjo sebagai lompatan pertama, dan setelah mapan mereka mulai dengan lompatan kedua ke kota lain. Sehubungan dengan pelimpahan perluasan industri dari Kota Surabaya kini wilayah pertanian mulai menyusut dan wilayah industri mulai meluas. Kefiga, Kabupaten Sidoarjo menjadi daerah tujuan pelaku mobilitas bai k permanen maupun non permanen yang bekerja di sektor formal dan informal yang berasal dari kota Surabaya maupun daerah burit.

In the beginning of the third millenium, the city of Surabaya whose population was more than 1.000.000 persons (the year of 2000 its number was 2.588.816) was the second metropolitan city after DKI Jakarta. This city is difficult to develop because of lack of lands. To solve this problem Surabaya left away one of its functions as industrial city and let Sidoarjo Regency to take it. Sidoarjo Regency underwent internal restructurization with the variety of its impacts. The aim of this research was to investigate the growth of physicaVfunctiona1 development in Sidoarjo Regency, and the magnitude of mobility flow of both formal and informal workers either coming from Surabaya city or from hinterland. The essential theory applied in this research was the theory of kotadesasi process put forth by McGee, that is, Extended Metropolitan Region. Besides that, it was also used the theory of intervening opportunity by Robert Norris which is located in between the place of origin the place of destination. As the area in the development process. This area is used to use the first step of the process of stepwise movers. The method used was of survey type using primary and secondary data. Because this research put greater emphasis on the exploratory and descriptive objectives, macro observations was done over the whole area of Sidoarjo Regency. In its micro side the investigation was aimed at the migrant work force either coming from the hinterland areas or from Surabaya who were working in formal as well as in informal sectors. Because the number of the population of workers in both formal and informal sectors was not known, the selection of migrant workers as respondents was done applying nonprobability sampling. In this research it was selected 71 migrant workers of the informal sectors and 84 migrant workers of the formal sectors. The analysis method used for micro investigation simple quantitative methods. The result of the research is as the following: First, Sidoarjo regency make up the safety valve for solving physical, social, and economic problems of Surabaya city. Second, Sidoarjo regency comprise an intervening opportunity area for labour force from hinterland wanting to work in Surabaya city with the following reasons. Sidoarjo Regency is a fertile area because it is located in the delta of the Brantas river. Agricultural and fishery products are the main and dependable goods for this regency. To manufacture the fishery products various industries of shrimp chips, terasi, petis were built to absorb the abundant work force. Apart from that, in Tanggulangin district there is a bag and leather industry of which products are marketed to foreign countries. For those workers migrants (particularly the informal sector, selecting Sidoarjo as the first leaping stone, and after the preparation is enough then willthe second leaping process to the other city. In connection with the outpouring of industrial expansion from Surabaya city, at present the farm lands are in the process of decreasing and the area for industries are expanding . Third, Sidoarjo Regency become the place of destination of the mobility agents either for permanent or non-permanent types who are working in both formal and informal sectors and having the origin of Surabaya city or hinterland areas.

Kata Kunci : Geografi,Mobilitas Tenaga Kerja,Perkembangan Wilayah