Laporkan Masalah

MAKNA MARTABAT PITU DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT WUJUDIYAH IBNU �¢ï¿½ï¿½ARABI: PENGARUHNYA BAGI PENGUATAN BUDAYA CIREBON

IFFAN AHMAD GUFRON, Prof. Drs. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Ph.D of Arts; Dr. Arqom Kuswanjono

2017 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Disertasi ini berjudul Makna Martabat Pitu dalam Perspektif Filsafat Wujudiyah Ibnu 'Arabi: Pengaruhnya bagi Penguatan Budaya Cirebon. Suatu agama dengan nilai-nilai ajarannya akan mudah diterima oleh masyarakat ketika nilai-nilai ajaran tersebut memiliki kesamaan dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Islam dengan corak esoteriknya yaitu tasawuf yang hadir pertama kali ke Nusantara dengan pendekatan kompromistik dan sinkretiknya dapat beradaptasi dengan kebudayaan lokal yang dipengaruhi oleh agama-agama seperti Animisme, Dinamisme, Hindu dan Budha sehingga lambat laun mampu mempengaruhi kebudayaan Nusantara seiring dengan makin banyaknya masyarakat yang memeluk Islam. Cirebon sebagai salah satu daerah pelabuhan yang sebelumnya banyak memeluk Hindu, sejak datangnya Sunan Gunung Djati terjadi migrasi agama dari Hindu ke Islam, sejak saat itu Cirebon menjadi daerah yang kebudayaannya dipengaruhi nilai-nilai Islam dan salah satu konsep yang mempengaruhi nalar Cirebon sejak abad-ke 17 adalah konsep martabat pitu yang dibawa oleh para mursyid tarekat Syatariyah. Martabat pitu kemudian menjadi falsafah hidup masyarakat Cirebon. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan mengevaluasi secara kritis serta menemukan makna martabat pitu dalam budaya Cirebon, martabat pitu dalam perspektif filsafat wujudiyah Ibnu 'Arabi dan kontribusi pemaknaan martabat pitu bagi penguatan budaya Cirebon. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif filsafati. Data yang digunakan adalah data kepustakaan tentang martabat pitu sebagai objek material dan filsafat wujudiyah Ibnu 'Arabi sebagai objek formal. Unsur-unsur metodis yang digunakan adalah analisis, kesinambungan historis dan interpretasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa makna martabat pitu dalam budaya Cirebon menjadi dasar kosmologis yang diyakini masyarakat Cirebon terutama berkaitan dengan konsep penciptaan alam dan manusia. Dalam perspektif filsafat wujudiyah Ibnu 'Arabi, martabat pitu merupakan pengembangan dan penafsiran ulang konsep tajalli (penampakan diri) Tuhan melalui martabat (tahapan) yang tadinya tiga dalam filsafat Ibnu 'Arabi (Ahadiyah, Wahidiyah dan Tajalli Syuhudi) menjadi tujuh martabat dalam filsafat Al-Burhanpuri yaitu: Ahadiyah, Wahdah, Wahidiyah, Alam Arwah, Alam Mitsal, Alam Ajsam, dan Alam Insan kamil, yang kemudian menyebar ke seantero Nusantara termasuk ke Cirebon, bedanya di Cirebon martabat pitu menjadi nilai dasar dalam setiap upacara atau simbol-simbol budaya yang berkaitan dengan pembentukan manusia sempurna.Adapun pengaruh makna martabat pitu dalam penguatan budaya Cirebon, penulis melihatnya dalam dua hal: pertama, peningkatan kualitas manusia Cirebon dan kedua, penguatan wujud kebudayaan Cirebon.

The title of this research is: The Meaning of Martabat Pitu in Ibnu Arabi's Philosopy of Wujudiyah Perspective and it's Influence for Strengthening the culture of Cirebon. A religion with it's teaching values will be accepted by the community, when that teaching values had the similarity with values which adopted by the community. The exoteric dimension of Islam is namely tasawuf, which present at the first time to Nusantara with it's compromistic and syncretic approaches, it will adapt with indigenous cultures which is under the influence of indigenous religions such as Animism and Dinamism and non-indigenous religions before Islam such as Hinduism and Budhism, so as soon as possible Islam will have influence on culture of Nusantara, along more and more communities who convert to Islam. Cirebon is one of the port cities with Hinduism population, but after the presence of Sunan Gunung Djati from his study in the middle east, there is religious conversion from Hinduism to Islam, since that time so the values of Islam was under the influence of Cirebonese culture and one of concepts which was influence Cirebonese culture, since 17th Century was martabat pitu which brought by leaders of tarekat Syatariyah and then martabat pitu become a world view for Cirebonese community. The study aimed at describing clearly, evaluating critically and finding the meaning of martabat pitu in Cirebonese culture, the meaning of martabat pitu in Ibnu 'Arabi's philosophy of wujudiyah prespective and it's contribution for strengthening culture of Nusantara. The study employed qualitative and philosophical approach. The data used are library data about martabat pitu as material object and Ibnu 'Arabi's philosophy of wujudiyah as formal object. The elements of method used in this study are analytical, historical continuity and interpretation. The results of the study shown that the meaning of martabat pitu in Cirebonese culture as Cirebonese cosmological basic especially about the creation of nature and human being. Martabat pitu in Ibnu 'Arabi's Philosophy of wujudiyah perspective is development and reinterpretation self manifestation of God (tajalli al-Haqq) concept from 3 grades of being (ahadiyya, wahidiya and tajalli syuhudi) in ibnu 'Arabi's concept of wahdatul wujud (the unity of being) to 7 grades of being in Al-Burhanpury concept (ahadiyya, wahda, wahidiyya, alam arwah, alam mitsal, alam ajsam and alam insan kamil), which then spreading around Nusantara territory and had to be interpreted in different ways including in Cirebon, the different way in Cirebon, martabat pitu become the basis values in every traditional ceremony or cultural symbols which is related to formation the perfect human (insan kamil). As for it's influence for the meaning of martabat pitu for strengthening culture of Nusantara, there are: firstly, the improvement for quality of Cirebonese human; secondly, the strengthening the existence of Cirebonese culture.

Kata Kunci : Martabat Pitu, Wahdatul Wujud (the unity of being), Culture, budaya