Analisis Kegagalan MONUSCO di Republik Demokratik Kongo

FIKRIYANI MAGHFIROH, Muhammad Rum, S.I.P., I.M.A.S ; Dr. Samsu Rizal Panggabean

2017 | Skripsi | S1 ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

Pasca berakhirnya Perang Kongo Pertama, kondisi yang berada di Republik Demokratik Kongo tidak menunjukkan adanya tanda-tanda perdamaian yang akan mengakhiri perang saudara yang telah berlangsung sejak tahun 1996 hingga tahun 1997, dimana satu tahun kemudian hostility di Republik Demokratik Kongo mengalami peningkatan yang menyebabkan munculnya Perang Kongo Kedua. PBB sebagai organisasi internasional kemudian memutuskan untuk membentuk dan menerjunkan peacekeeping operation yang dinamai MONUC pada tahun 1999. 11 tahun setelah di mandatkannya MONUC, PBB memutuskan untuk menarik MONUC dan menggantinya dengan peacekeeping operation dengan tugas yang lebih kompleks yang diberi nama MONUSCO. Namun pasca di tugaskan selama 7 tahun, MONUSCO sebagai peacekeeping operation dengan dana dan jumlah personel terbesar, masih belum bisa memberikan hasil yang diinginkan sesuai dengan yang telah tertulis dalam keseluruhan 9 mandat yang dibentuk untuk MONUSCO. Banyak bentuk pelanggaran dan faktor lain yang mempengaruhi kegagalan dari MONUSCO sebagai peacekeeping operation. Dimulai dari lambatnya MONUSCO dalam menangani kasus penyerangan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak, hingga ketidakmampuan MONUSCO dalam melindungi staff PBB yang bekerja di Republik Demokratik Kongo telah menimbulkan asumsi bahwasannya MONUSCO gagal dalam menjalankan tugasnya sebagai peacekeeping operation. Seiring dengan munculnya asumsi tersebut, kegagalan MONUSCO di karenakan oleh beberapa faktor yang mencakup dimensi yang luas, dimana tidak hanya PBB yang bertanggung jawab atas kegagalan MONUSCO, namun juga pihak lain turut bertanggung jawab atas gagalnya MONUSCO sebagai peacekeeping operation di Republik Demokratik Kongo.

After the break of the First Congo War that was happened from 1996 until 1997, the condition in the Democratic Republic of the Congo was far from peaceful, instead, another war happened one year after the First Congo War ended as a result of the extremely high rate of hostility. United Nations as a representative of the biggest international organization decided to create and deploy a peacekeeping operation on 1999, a year after the Second Congo War happened, and the peacekeeping operation was named MONUC. After a long 11 year of service, United Nations decided to decline MONUC on 2010 and changed it with another peacekeeping operation with a more complex goals and mandates named MOUSCO. However, after 7 years of serving as a peacekeeping operation in Democratic Republic of the Congo, MONUSCO still can not achieve good results over mandates and goals that are honored on them. Starting from violations that was done by MONUSCO itself, including MONUSCO is failure in disarming the rebels until MONUSCO is failure in protecting PBB is staffs that also worked in Democratic Republic of the Congo. And the results of those violations and other factors is the assumption that MONUSCO has failed as a peacekeeping operation. Along with the assumption about MONUSCO is failure, there are a lot of thing happened and become reasons behind the failure of MONUSCO, not only come from the United Nations, other factors also come from another differ dimensions which are theoretically responsible for the failure of MONUSCO.

Kata Kunci : MONUSCO, PBB, Hostility, International Capacity, Local Capacity