KEBIJAKAN CUKAI ROKOK DAN POLA KONSUMSI ROKOK RUMAH TANGGA ANTAR WAKTU DI INDONESIA: KASUS IFLS 2000, 2007, DAN 2014

SALIM FAUZANUL I, Dr. Akhmad Makhfatih, M.A.

2017 | Skripsi | S1 ILMU EKONOMI

Dalam rangka mengkompensasi berbagai efek negatif yang ditimbulkan oleh konsumsi rokok, Pemerintah Indonesia mengenakan tarif cukai atas rokok sesuai dengan UU Nomor 39 Tahun 2007. Namun ada kemungkinan naiknya harga rokok akibat kebijakan cukai tidak diiringi dengan turunnya konsumsi rokok. Hal ini dapat disebabkan bahwa rokok merupakan barang yang inelastis bagi para pecandu rokok (Samuelson dan Nordhaus 2009, 94). Dengan demikian kenaikan harga rokok tidak akan membuat konsumsi rokok berkurang begitu saja. Salah satu kondisi yang mungkin terjadi adalah konsumsi rokok tetap atau bahkan meningkat dengan diiringi adanya pengurangan konsumsi barang lain untuk mengkompensasi naiknya anggaran rumah tangga untuk membeli rokok (John 2008, 1365). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola konsumsi rokok rumah tangga di Indonesia sebelum dan setelah adanya kebijakan cukai rokok berdasarkan UU Nomor 39 Tahun 2007. Penelitian ini menggunakan analisis statistika deskriptif yang disertai dengan uji beda rata-rata dan uji korelasi. Setelah adanya kebijakan cukai rokok tahun 2007, terjadi pengurangan persentase rumah tangga perokok di Indonesia namun tidak diiringi dengan pengurangan rata-rata proporsi konsumsi rokok rumah tangga. Pemerintah sebaiknya lebih berhati-hati dalam membuat kebijakan kenaikan cukai rokok. Hal ini dikarenakan terdapat dua kategori rumah tangga yaitu rumah tangga dengan pendapatan rendah dan rumah tangga dengan pola konsumsi rokok tinggi yang akan mengalami kerugian paling besar akibat adanya kenaikan harga rokok terutama dampak pada pengurangan proporsi konsumsi makanan bergizi.

In order to compensate for the negative effects of cigarette consumption, the Indonesian Government imposes excise tax rates on cigarettes in accordance with The Law Number 39 of 2007. However, there is a possibility that the rise of cigarette prices due to excise policies is not accompanied by the decline in cigarette consumption. This may be due to the fact that cigarettes are inelastic for cigarette addicts (Samuelson and Nordhaus 2009, 94). Thus the increase in cigarette prices will not make cigarette consumption is reduced just like that. One possible condition is the consumption of cigarettes remains or even increases with the accompanying reduction in consumption of other goods to compensate for the rise in household budgets to buy cigarettes (John 2008, 1365). This research is intended to know household cigarette consumption pattern in Indonesia before and after the excise tax policy based on The Law Number 39 of 2007. This research uses descriptive statistical analysis which is accompanied by average difference test and correlation test. After the introduction of the cigarette excise policy in 2007, there was a decrease in the percentage of household smokers in Indonesia but not accompanied by a reduction in the average proportion of household cigarette consumption. The government should be more careful in making cigarette tax increase policy. This is because there are two categories of households that are low income households and high cigarette consumption patterns households that will be affected the greatest losses due to the increase in cigarette prices, especially the impact on reducing the proportion of nutritious food consumption.

Kata Kunci : konsumsi, rokok, rumah tangga, cukai.