PATTERN OF ANTIBIOTIC MANAGEMENT AND SENSITIVITY IN CHILDREN WITH TYPHOID FEVER IN DR. SARDJITO GENERAL HOSPITAL

MUHAMMAD MAHMUD RIDHO, dr. Eggy Arguni, Ph.D., Sp.A.; dr. Suryono Yudha Patria, Sp.A.

2017 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Demam tifoid merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang dengan sanitasi lingkungan yang rendah. Oleh karena itu demam tifoid sering muncul pada negara yang memiliki pasokan air yg tidak bersih dan sanitasi dibawah standard. Kasus terberat dan komplikasi dapat dicegah dengan pemberian antibiotic yang tepat pada pasien. Klorampenikol masih menjadi obat pilihan pertama untuk mengobati pasien demam tifoid. Tetapi dengan munculnya jurnal-jurnal terbaru yang menunjukkan bahwa strain Salmonella typhi resisten terhadap klorampenikol, banyak dokter mempertimbangkan untuk memberikan antibiotic lain selain klorampenikol dalam terapi demam tifoid. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pemberian antibiotic dan sensitivitas pada anak dengan kasus demam tifoid di RSUP dr. Sardjito, Yogyakarta, Indonesia. Metode: peninjauan ulang secara retrospective pada rekam medis yang digunakan. Seluruh pasien anak yang terdiagnosis dengan demam tifoid berdasarkan nilai Tubex TF dan hasil kultur darah periode Januari 2010 hingga Desember 2015 akan dimasukkan sebagai sampel inklusi. Data dipresentasikan dalam bentuk table secara persentase. Hasil: Ceftriaxone dan klorampenikol merupakan antibiotic pilihan terbanyak yang digunakan para dokter dalam terapi antibiotic pasien anak demam tifoid di RSUP dr. Sardjito. Hanya terdapat 2 kasus yang tersedia dengan hasil kultur darah positif terhadap S. thyphi. Konklusi: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ceftriaxone dan klorampenikol merupakan antibiotik lini pertama pilihan di rawat inap RSUP dr. Sardjito. Dibutuhkan penelitan lebih lanjut mengenai pola sensitivitas S. typhi dalam metode ini.

Typhoid fever is one of the health problem in developing countries with poor environmental sanitation and hence occurs in parts of the world where water supply is unsafe and sanitation is substandard. Severe case and complication could be prevented by administering the correct antibiotics. Chloramphenicol still the drug of choices to treat typhoid fever. But due to recent updates that show S. typhi that is resistance to chloramphenicol, many doctors reconsider to give other antibiotic than chloramphenicol. Objective: The aims of this study are to know antibiotic management pattern and sensitivity in children with typhoid fever in dr. Sardjito General Hospital, Yogyakarta, Indonesia. Method: Medical records were retrospectively reviewed. All children patients diagnosed with typhoid fever based on Tubex-TF or blood culture test between January 2010 and December 2015 were included. Data is presented in tables as percentage. Results: Ceftriaxone and chloramphenicol are the major antibiotic chosen by clinicians for typhoid children in dr. Sardjito General Hospital. Only two cases provided positive result of S. typhi from blood culture. Conclusion: Our result found increasing use of ceftriaxone and chloramphenicol as first line choice of antibiotic in the ward. Further study is needed to conclude the sensitivity pattern of S. typhi in this setting.

Kata Kunci : Typhoid fever, antibiotic, management, sensitivity