Laporkan Masalah

Ideologi Gender Dalam Relasi Perburuhan: Studi Tentang Buruh Perempuan di Kawasan Industri Bekasi

SURYA EULOGIA ZEGA, Dr. Dewi Haryani Susilastuti, M.Sc

2017 | Tesis | S2 Administrasi Publik

Masuknya perempuan dalam kerja industri; tidak dapat dikategorikan sebagai emansipasi yang membebaskan perempuan. Hingga hari ini tidak dapat dipungkiri bahwa ideologi gender masih mengakar kuat dalam masyarakat, dan melahirkan ketidakadilan; terutama bagi kaum perempuan. Pemilik modal cenderung memilih perempuan menjadi buruhnya. Buruh perempuan dianggap tidak hanya memiliki jari tangan yang lentur dan gesit, dalam diri buruh perempuan pun telah tercap bahwa sebagai buruh, ia dianggap lebih jinak, mudah diatur dan mampu menerima segala aturan kerja. Pada dirinya pun terlanggengkan paham bahwa buruh perempuan hingga hari ini masih cenderung kurang mau bergabung dengan serikat-serikat buruh. Hal-hal tersebut merupakan berbagai mitos dan stereotip akibat terlanggengkannya ideologi gender dalam kehidupan masyarakat dan di tempat kerja. Penelitian dilakukan selama bulan Mei sampai minggu pertama bulan Juni 2017 di Kawasan Industri Bekasi, dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik yang digunakan untuk memilih informan dalam penelitian ini dilakukan secara snowball dan purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan cara dengan observasi, wawancara mendalam, FGD, serta dokumentasi. Selain itu, peneliti juga tinggal dan menghabiskan waktu di Kawasan Industri Bekasi dengan cara live-in, di sekretariat serikat buruh, dari rumah ke rumah buruh perempuan, serta juga di posko perjuangan buruh perempuan. Pada akhirnya, penelitian ini melibatkan informan: 13 buruh perempuan dari 6 perusahaan, 3 orang dari instansi pemerintahan Kabupaten Bekasi, 3 orang dari 2 serikat buruh, serta beberapa buruh laki-laki lainnnya sebagai informan tambahan dalam pengumpulan data. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Industri Bekasi, jumlah buruh perempuan dari tahun ke tahun semakin meningkat dalam kerja industri. Namun pada kenyataannya masuknya perempuan dalam kerja industri, tidak serta-merta dapat dikatakan sebagai wujud emansipasi. Buruh perempuan di Kawasan Industri Bekasi masih kerap mengalami ketidakadilan akibat ideologi gender yang ternyata diam-diam diadaptasi oleh pemilik modal. Ideologi gender dalam relasi perburuhan pada buruh perempuan di Kawasan Industri Bekasi, terepresentasi lewat berbagai kondisi yang dialami buruh perempuan. Selain itu posisi buruh perempuan dan kaitannya dengan konstruksi akibat ideologi gender masih sangat lemah hingga hari ini. Masih didapati berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh pemilik modal kepada buruhnya. Sistem ekonomi kapitalisme saat ini sesungguhnya seperti dua sisi mata uang. Di satu sisi ia terlihat ia buta gender. Di sisi lain, ia memanfaatkan ideologi gender yang terjadi dalam masyarakat sebagai senjata ampuh untuk menekan biaya produksi. Selain itu, ditemukan juga bahwa berbagai produk kebijakan yang seharusnya melindungi dan menjaga buruh perempuan, ternyata belum terlaksana sebagaimana mestinya. Juga ditemui bahwa pemerintah yang seharusnya bertugas menangani hal ini cenderung belum bersungguh-sungguh dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya. Jumlah pegawai pengawas saja pun masih sangat sedikit dibandingkan dengan jumlah perusahaan yang ada di Kabupaten Bekasi. Karena itu untuk strategi berjuang yang dilakukan oleh buruh perempuan, melalui dua cara: dengan cara keikutsertaannya dalam serikat buruh, serta penumbuhan kesadaran lewat pendidikan buruh perempuan.

Entry of women in industrial work; can not be categorized as emancipation that liberates women. Untill today, it is undeniable that gender ideology is still deeply rooted in society, and gives rise to injustice; Especially for women. Capitalist tends to choose women to be their workers. Women laborers are considered not only to have flexible and nimble fingers, as Women laborers has also been established that as laborers, they are considered more docile, easy to manage and able to accept all the rules of work. And they are also considered naturally less inclined to join trade unions. They are myths and stereotypes due to the continuity of gender ideology in people's lives and at work. The research was conducted during the month of May until the first week of June 2017 in Bekasi Industrial Area, using qualitative methods. To select informants in this research conducted snowball and purposive techniques. The data was collected by observation, in-depth interview, FGD, and documentation. In addition, researchers also live and spent time in Bekasi Industrial Area by living directly, in the secretariat of the union, from hause to hause of the women laborers, and also in the post of women laborers struggle. In the end, this study involved informants: 13 women laborers from 6 factories, 3 people from government agencies of Bekasi Regency, 3 people from 2 unions, and also some other male laborers as additional informants in data collection. From the results of research conducted in Bekasi Industrial Area, the number of women laborers from year to year increase in industrial work. But in fact the entry of women in industrial work, not necessarily can be said as a form of emancipation. Women labores in the Bekasi Industrial Area are still experiencing injustice due to gender ideology that was secretly adapted by the capitalists. Gender ideology in the labor relations of women laborers in Bekasi Industrial Area is represented by various conditions experienced by women laborers. In addition, the position of women laborers and their relation to construction due to gender ideology is still so weak untill today. Still found a variety of violations committed by the capitalists to their laborers. The current economic system of capitalism is like two sides of a coin. In one side, it was seen to be gender blind. And in the other side, it takes advantage of the gender ideology that occurs in society as a powerful weapon to reduce production costs. In addition, it was found that various policy products that should protect and safe women labores were not implemented properly. It was also found that the government that was supposed to be in charge of this matter tended not to be serious in the implementation of its duties and functions. The number of labor inspectors are still very few compared with the number of companies that exist in Bekasi Regency. Therefore, for the struggling strategy undertaken by women laborers, in two ways: by way of their participation in trade unions, and the growth of awareness through the education of women laborers.

Kata Kunci : Ideologi Gender, Representasi Ideologi Gender dalam Relasi Perburuhan, Posisi Buruh Perempuan, Kebijakan Ketenagakerjaan, Serikat Buruh, Pendidikan Buruh Perempuan.

  1. S2-2017-388808-abstract.pdf  
  2. S2-2017-388808-bibliography.pdf  
  3. S2-2017-388808-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2017-388808-title.pdf