PERGULATAN NILAI PUBLICNESS DITENGAH TRANSFORMASI BUDAYA FESTIVAL LEGU GAM

Suryadi S. Abdullah, Dr. Subando Agus Margono, M.Si.

2017 | Tesis | S2 Manajemen dan Kebijakan Publik

Masyarakat adat dilingkungan Kesultanan Ternate memiliki sebuah tradisi sakral yakni legu. Legu itu sendiri merupakan bentuk tarian yang pada awalnya hanya diberlakukan di kedaton Kesultanan Ternate karena memiliki nilai filosofis berupa pesan dan kritikan kepada Sultan yang tersampaikan melalui gerak dalam tarian legu. Selain tradisi legu, terdapat tradisi sakral lain yang merupakan perpaduan antara nilai agama, adat dan sosial yaitu kololi kie, fere kie dan doru gam. Seiring berputarnya waktu tradisi legu kemudian mengalami sebuah transformasi melalui proses komodifikasi yang dilakoni oleh lembaga Kesultanan, sebagai hasilnya tradisi legu kemudian menjelma menjadi sebuah produk pariwisata yakni Festival Legu gam yang sampai saat ini cukup memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan pariwisata daerah Kota Ternate maupun Maluku Utara. Namun dibalik kontribusinya festival legu gam, terdapat seklumit permasalahan yang mengarah pada persoalan publicness (Kepublikan). Hal ini karena karena legu gam sebagai barang publik yang terkandung nilai-nilai kultural mengalami ancaman manakala proses transformasi telah memasukan lain seperti kepentingan ekonomi dan pariwisata. Merujuk pada hal tersebut maka penelitian ini mencoba mendeskripsikan dan menganalisa dinamikan pengelolaan publicness ditengah proses transformasi budaya. Pada prosesnya, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Proses pengambilan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menemukan beberapa hal pertama; Pengelolaan publicness pada festival legu gam mengalami tekanan kuat dari internal lembaga adat manakala langkah poltis yang diambil ternyata menjadi cikal bakal hadirnya figurasi ekonomi dan pariwisata yang pada perkembangannya mendominasi pelaksanaan festival legu gam; kedua, kehadiran pemerintah atas legitimasi justru melemahkan nilai publicness manakala pemerintah lebih mementingan kepentingan pariwisatanya dan cenderung pragmatis terhadap nilai kultural sebagai barang publik; ketiga, publicness tereduksi ketika orientasi ekonomi dan hasil mengemuka dalam festival legu gam, hal tersebut dicermati dari tiga aspek yakni aktor, akses, kepentingan dan jangkauan layanan; keempat; Lembaga adat dan pemerintah gagal melakukan memainkan peran kontrol membuat nilai kultural sebagai entitas publik tereduksi.

The indigenous peoples in the Sultanate of Ternate have a sacred tradition called Legu. Legu is a dance that was originally applied only in the Sultanate of Ternate Palace because it has a philosophical value in the form of messages and criticism to the Sultan which is delivered through the motion in the Legu dance. In addition to the tradition of Legu, there are some sacred traditions which are the blend of religious values, custom and social called kololi kie,fere kie anddoru gam.Along the time, the tradition of Legu experienced a transformation through the commodification process proposed by the Sultanate institution. As the result, the Legu tradition transformed into a tourism product calledLegu Gam Festival which is until now give enough positive contribution to the tourism development of Ternate and North Maluku. However, behind the contribution of Legu Gamfestival, there are some problems that lead to the publicness� problem. This is caused the Legu Gam as the public goods which containthe cultural values are threatened when the transformation process has entered other things such as economic interests and tourism. Referring to this issue, this research aims to describe and analyze the dynamics of publicness management in the process of cultural transformation. In its process, this research used the qualitative method with the phenomenological approach. The process of data gatheringwas conducted through observation, interview, and documentation. The results of this study found some findings; first, Publicness management ofLegu Gamfestival experienced strong pressure from indigenous institutions when the political step taken turned out into the forerunner to the presence of the economic and the tourism figurations which in its development dominated the implementation of Legu Gam festival; Second, the government's presence of the legitimacy undermines the value of publicness when the government is more interested in its tourism interests and pragmatically tends to see cultural values as a public good; Third, the publicness is reduced when economic orientation and results emerge in Legu GamFestival, it was scrutinized from three aspects namely the actor, access, interests and service coverage; Fourth; Customary institutions and governments fail to play thecontrolling role which makes cultural values reduced its public entity.

Kata Kunci : Kata Kunci : Publicness, Ruang Publik, Transformasi Budaya, Atraksi Wisata Budaya, Festival Legu Gam