LICHEN CORTICOLOUS SEBAGAI BIOINDIKATOR PENCEMARAN UDARA DI MANOKWARI, PAPUA BARAT

IDOLA DIAN Y NEBORE, Rina Sri Kasiamdari, S.Si.,Ph.D.; Dr.rer.nat. Andhika Puspito Nugroho, M.Si.

2017 | Tesis | S2 Biologi

Lichen merupakan simbiosis antara fungi, alga dan atau Cyanobacteria sehingga secara morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan. Lichen corticolous adalah lichen yang hidup pada permukaan kulit tumbuhan (epifit) di daerah tropis dan subtropik. Hutan hujan tropis daratan Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis Indomalaya yang kaya akan spesies, genus dan famili yang khas dan tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia khususnya di Taman Wisata Alam Gunung Meja dan Cagar Alam Pegunungan Arfak, Manokwari, Papua Barat. Salah satu potensi lichen yaitu sangat peka terhadap emisi pencemar bila dibanding dengantumbuhan tingkat tinggi. Oleh karena itu, lichen corticolous memiliki fungsi ekologi sebagai bioindikator pencemaran udara. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, mempelajari komposisi, keanekaragaman spesies dan asosiasi spesies lichen corticolous dengan phorophyte-nya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2016�Juli 2016, pengambilan sampel dilakukan di Taman Wisata Alam Gunung Meja dan Cagar Alam Pegunungan Arfak. Identifikasi lichen di Sub Laboratorium Botani Jurusan Biologi UNIPA dan Laboratorium Sistematika Tumbuhan Fakultas Biologi, UGM. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Lokasi pengambilan sampel lichen atau pengamatan ditentukan secara purposive sampling. Jumlah total plot yang diamati pada setiap individu pohon adalah 8 plot. Koleksi spesimen dibuat herbarium dan diidentifikasi berdasarkan morfologi; anatomi (talus dan spora), spot test dan uji mikrokristal. Karakterisasi substrat kulit batang meliputi tekstur, kelembaban substrat, kapasitas mengikat air dan pH. Preferensi inang antara 15 jenis lichen dengan A. scholaris, I. bijuga, P. cinnamomeus, P. nodosa, D. zibenthinus, N. lappaceum, dan P. pinnata. Preferensi inang lichen ditentukan dengan Cole�s Index of Interspesific Association dan uji signifikansi dengan analisis Chi-square. Keanekaragaman lichen dengan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner (H�) dan korelasi dengan fisik dan kimia lingkungan menggunakan Pearson Correlation Analysis SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan keanekaragaman lichen di TWAGM meliputi 77 spesies dari 31 genus dan 9 Familia ( 1 foliose, 75 crustose, dan 1 leprose); CAPEGAF meliputi 54 spesies dari 39 genus dan 24 familia (3 fructicose, 18 foliose, 32 crustose, dan 1 leprose, 1 filamentous). Pada pohon inang TWAGM, nilai INP lichen tertinggi yaitu Lepraria incana (236,4%) sedangkan INP lichen tertinggi CAPEGAF yaitu Lobaria pulmonaria (239,26). TWAGM memiliki nilai indeks keanekaragaman lichen rendah yaitu 0,86 sampai 1,03 sedangkan pada CAPEGAF memiliki nilai indeks keanekaragaman lichen sedang yaitu 1,123 sampai 1,298. Keanekaragaman lichen pada TWAGM dan CAPEGAF sangat berkorelasi dengan fisik kimia lingkungan. Pohon yang menjadi inang meliputi 41 jenis di TWAGM dan 22 jenis di CAPEGAF dengan karakter bervariasi, yaitu tekstur halus sampai kasar dengan berlekah, menyerpih, dan berlenti sel: Kelembaban substrat 4,20-91,97%; kapasitas mengikat air 18,97-84,68%; dan kisaran pH asam sampai basa (TWA-GM); Kelembaban substrat 25,25-87,01%; kapasitas mengikat air 3,62-72,94%; dan kisaran pH asam sampai basa (CA-PEGAF). Analisis preferensi inang menunjukkan 3 pasangan lichen-phorophyte, 10 spesies constant positive specificity; 1 pasangan lichen-phorophyte, 2 spesies no specificity; 4 pasangan lichen-phorophyte, 7 spesies some positive specificity. Kandidat inang spesifik dijumpai pada tipe asosiasi constant positive specificity antara Usnea strigosa, Lobaria pulmonaria, Leptogium resupinans, Graphis dendrogama dan Graphis caesiella dengan Pipturus cinnamomeus.

Lichen is an association between fungi, algae and or Cyanobacteria so that morphology and physiology is a unity. Corticolous lichen is lichen species which found as an epiphyte in bark substrate at the tropics and subtropics. The tropical rain forest of Papua is one of Indomalaya's tropical rainforest formations that is rich in unique species, genera and families not found elsewhere in Indonesia, especially in Gunung Meja Nature Tourism Park and Pegunungan Arfak Nature Reserve, Manokwari, West Papua. Lichens are very sensitive to pollutant emissions and valuable bioindicators for evaluating the consequences of human activities. The aims of this research were to study the lichen diversity was described according lichen indentifying, composition, important value index (INP) and index of diversity Shanon-Wienner (H�), correlation between diversity and environment by Pearson Correlation Analysis SPSS 16, the characteristic of bark substrate as their host and study the host preference at Gunung Meja Nature Toursm Park and Pegunungan Arfak Nature Reserve. The field data collection wa done in March-July 2016 at Gunung Meja Nature Tourism Park and Pegunungan Arfak Nature Reserve, Manokwari-West Papua. Sampling of lichen diversity was done using purposive sampling and descriptive method. Specimens collection were made to herbariums and identified based on morphological, anatomical (thallus and spore), spot test and microcrystals analysis. The substrate characterization included texture, moisture content, moisture capacity and pH. Host preferences among 15 lichen spesies and dengan A. scholaris, I. bijuga, P. cinnamomeus, P. nodosa, D. zibenthinus, N. lappaceum, dan P. pinnata. Lichen host preference was determinated by Cole�s Index of Interspesific Association and significant analysis by Chi-square. The result showed that the diversity of corticolous lichen included 77 species from 31 genus and 9 family (1 foliose, 75 crustose, dan 1 leprose) at Gunung Meja Nature Tourism Park; included 54 species from 39 genus and 24 family (3 fructicose, 18 foliose, 32 crustose, dan 1 leprose, 1 filamentous) at Pegunungan Arfak Nature Reserve. The highest Lichen important value index were Lepraria incana (236.4%) at Gunung Meja Nature Tourism Park whereas the highest was Lobaria pulmonaria (239,26) at Pegunungan Arfak Nature Reserve. Gunung Meja Nature Tourism Park has a low lichen diversity index value of 0.86 to 1.03 whereas in Pegunungan Arfak Nature Reserve has a moderate lichen index diversity 1,123 to 1,298. Lichen diversity is highly correlated with the physical chemistry of the environment. The host trees were from 41 species at Gunung Meja Nature Tourism Park and 22 species at Pegunungan Arfak Nature Reserve with various characteristic, which were smooth texture up to rough with spreading, flaking, and lenticel: moisture content 4,20-91,97%; moisture capacity 18,97-84,68%; and and acid pH ranging from acid to alkaline pH (Gunung Meja Nature Tourism Park); moisture content 25,25-87,01%; moisture capacity 3,62-72,94%; and acid pH ranging from acid to alkaline pH (Pegunungan Arfak Nature Reserve). Host preference analysis showed that there was a 3 pair of lichen-phorophyte with, 10 species of constant positive specificity; 1 lichen-phorophyte pair, 2 species no specificity; 4 lichen-phorophyte pairs, 7 species of some positive specificity. Candidate of host spesific showed constant positive spesificity association type between Usnea strigosa, Lobaria pulmonaria, Leptogium resupinans, Graphis dendrogama, Graphis caesiella and Pipturus cinnamomeus.

Kata Kunci : keanekaragaman, lichen corticolous, phorophyte