APLIKASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN (DPIK) PROGRAM PESANGON UNTUK KOMPENSASI PENSIUN (PPUKP)

Yoga Cahyadi Jati, Ir. Adi Djoko Guritno, MSIE., Ph.D.

2017 | Tesis | S2 MANAJEMEN (MM) JAKARTA

PT MSSA adalah perusahaan swasta nasional yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi di wilayah Sumatera. Dalam pemberian dana pesangon kepada pekerja yang pensiun, selama ini perusahaan menggunakan mekanisme pay as you go atau current cost method. Manajemen melihat dengan cara tersebut akan berdampak pada beban biaya yang besar ke depannya. Dan dengan kondisi ketidakpastian dunia migas seperti sekarang ini, cara tersebut cukup beresiko. Dengan pertimbangan tersebut, manajemen berencana akan mencadangkan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk pembayaran pesangon pekerja melalui Program Pesangon Untuk Kompensasi Pensiun (PPUKP) di salah satu perusahaan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). Alternatif perusahaan DPLK yang akan dipilih oleh PT MSSA adalah DPLK BNI, DPLK BRI dan DPLK Bank Mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk memilih dan menilai faktor-faktor penting dalam pemilihan perusahaan DPLK serta memilih salah satu dari 3 alternatif perusahaan DPLK yang akan mengelola dana pesangon PT MSSA. Penentuan faktor-faktor penting dilakukan melalui konsensus dengan tim PT MSSA, yang selanjutnya dengan menggunakan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) akan dilakukan penilaian terhadap faktor-faktor penting yang telah disepakati dan alternatif perusahaan DPLK yang akan dipilih. Dari hasil penelitian ini didapatkan urutan prioritas dari faktor-faktor penting dalam pemilihan perusahaan DPLK dengan melihat nilai bobot global hasil perhitungan AHP adalah 1) pengalaman (33,2%), 2) return (16,5%), 3) keuangan perusahaan (10,1%), 4) system informasi (9,5%), 5) manager investasi (7,7%), 6) diversifikasi produk (6,5%), 7) komunikasi (6,4%), 8) biaya administrasi (5,6%) dan 9) pinalti pengalihan dana (4,4%). Dan dengan mempertimbangkan 9 faktor penting tersebut, didapatkan urutan prioritas alternatif perusahaan DPLK adalah 1) DPLK Bank Mandiri (46,2%), 2) DPLK BNI (33,6%) dan 3) DPLK BRI (20,2%). Dari hasil tersebut, sebaiknya PT MSSA memilih DPLK Bank Mandiri untuk mengelola pencadangan dana pesangon.

PT MSSA is an oil and gas exploration and production national private company where located in Sumatera. In providing severance payment for retired employees, companies have been using pay as you go or current cost method mechanisms. Management seeing in this way will have an impact on the huge cost burden going forward. And, with the current world oil and gas uncertainty, the way is quite risky. Management plans to reserve the funds required for the payment of employees� severance through Program Pesangon Untuk Kompensasi Pensiun (PPUKP) in Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK). The alternatives of DPLK that will be chosen by PT MSSA are DPLK BNI, DPLK BRI and DPLK Bank Mandiri. This study aims to determine the priority of important factors in the selection of DPLK, and choose one of the 3 alternative of DPLK that will manage the severance fund of PT MSSA. The determination of important factors through consensus with PT MSSA team. Then, these factors and alternatives of DPLK will be asessed by Analytic Hierarchy Process (AHP) method to get the objective as needed. In this study it was found the priority of the important factors in the selection of DPLK by looking at the value of global weight of AHP calculation result is 1) experience (33.2%), 2) return (16.5%), 3) 10,1%), 4) information system (9,5%), 5) investment manager (7,7%), 6) product diversification (6,5%), 7) communications (6,4%), 8 ) Administrative expenses (5.6%) and 9) penalty shift (4.4%). And by considering these 9 important factors, the company's alternatives priority is 1) DPLK of Bank Mandiri (46.2%), 2) DPLK BNI (33.6%) and 3) DPLK BRI (20.2%). From these results, PT MSSA should choose DPLK Bank Mandiri to manage the reserve of severance fund.

Kata Kunci : DPLK, PPUKP, Consensus, AHP, Priority, Global Weight.