Laporkan Masalah

PERBEDAAN ANTARA OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK (OMSK)DENGAN KOLESTEATOMA DIBANDING TANPA KOLESTEATOMA Kajian Terhadap Nilai Ambang Pendengaran Pre Operasi

ERNEST JOICE YUANA, Dr. dr. Bambang Udji Djoko Rianto, SpTHT-KL(K)., M.Kes.; dr. D.A. Edhie Samodra, SpTHT-KL(K).

2017 | Tesis-Spesialis | SP ILMU PENYAKIT THT

Pendahuluan. Angka prevalensi gangguan pendengaran di Indonesia akibat OMSK masih cukup tinggi. Kejadian OMSK lebih tinggi pada populasi dengan status sosial ekonomi rendah karena kesulitan untuk mengakses pengobatan dengan antibiotik, tindak lanjut yang tidak memadai dan kebersihan serta pendidikan yang buruk. Salah satu faktor yang menyebabkan gangguan pendengaran pada pasien OMSK adalah adanya kolesteatoma karena selain menyebabkan tuli konduksi juga dapat menyebabkan tuli saraf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara otitis media supuratif kronik (OMSK)dengan kolesteatoma dibanding tanpa kolesteatoma kajian terhadap nilai ambang pendengaran pre operasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Metode. Jenis penelitian ini adalah analisis observasional potong lintang mengenai perbedaan antara otitis media supuratif kronik (OMSK)dengan kolesteatoma dibanding tanpa kolesteatoma kajian terhadap nilai ambang pendengaran pre operasi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan di Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok-Bedah Kepala Leher RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dengan mengambil data rekam medis pasien yang terdiagnosis OMSK periode bulan Januari 2014 sampai bulan Desember 2016. Penelitian ini menggunakan nilai +- = 0,05. Hasil dikatakan bermakna secara statistik apabila didapatkan nilai p < +-. Hasil Penelitian. Terdapat 74 subyek dalam penelitian ini dengan 37 pasien OMSK kolesteatoma dan 37 pasien OMSK tanpa kolesteatoma. Berdasarkan hasil audiometri pada frekuensi AC 500Hz, 1000Hz, 2000Hz dan 4000Hz pada pasien OMSK dengan kolesteatoma memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan pasien OMSK tanpa kolesteatoma. Pada hasil uji statistik didapatkan hasil perbedaan yang signifikan pada ambang dengar AC 500, AC 1000, AC 4000, BC 1000, BC 2000, BC 4000, ABG 500, ABG 1000, ABG 4000 dengan nilai p 0,001; 0,001; 0,018; 0,025; 0,02; 0,006; 0,004 dan 0,002 secara berurutan. Pada ambang dengar AC 2000, BC 500 dan ABG 2000 tidak didapatkan perbedaan yang signifikan dengan nilai p 0,304; 0,072 dan 0,78 secara berurutan. Kuman terbanyak penyebab OMSK baik pada kolesteatoma dan non kolesteatoma adalah Pseudomonas aeruginosa. Kesimpulan. Terdapat perbedaan yang signifikan nilai ambang pendengaran preoperasi antara Otitis Media Supuratif Kronis dengan kolesteatoma dibanding tanpa kolesteatoma di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada frekuensi 500Hz, 1000Hz dan 2000Hz.

Preliminary. The prevalence of hearing loss in Indonesia due to CSOM is still quite high. The incidence of CSOM is higher in populations with low socioeconomic status due to difficulty accessing treatment with antibiotics, inadequate follow-up and poor hygiene and education. One of the factors causing hearing loss in patients with CSOM is the presence of cholesteatoma because in addition to causing conductive deafness it can also cause nerve deafness. This study aims to determine differences between chronic supurative otitis media (CSOM)with cholesteatoma compared without cholesteatoma,assessment of preoperative hearing threshold Method. The type of this study was cross sectional observational analysis of differences between chronic supurative otitis media (CSOM)with cholesteatoma compared without cholesteatoma,assessment of preoperative hearing threshold. The study was conducted in the Department of Ear Nose and Nose Throat Surgery Dr. Sardjito Yogyakarta by taking medical record data of patients diagnosed CSOM period January 2014 until December 2016. This study uses +- = 0,05. The result were statistically significant when p < +- was obtained. Research result. There were 74 subjects CSOM in this study with 37 patients with cholesteatoma and 37 patients without cholesteatoma . Based on audiometric results at AC, 500Hz, 1000Hz, 2000Hz and 4000Hz frequencies in CSOM patients with cholesteatoma had higher scores than CSOM patients without cholesteatoma. In the statistical test results obtained a significant difference in the threshold of AC 500, AC 1000, AC 4000, BC 1000, BC 2000, BC 4000, ABG 500, ABG 1000, ABG 4000 with p value 0.001; 0.001; 0.018; 0.025; 0.02; 0.006; 0.004 and 0.002 respectively. At the threshold of AC 2000, BC 500 and ABG 2000 there was no significant difference with p value 0.304; 0.072 and 0.78 respectively. The most common cause of CSOM in cholesteatoma and without cholesteatoma is Pseudomonas aeruginosa. Conclusion. There was a significant difference in hearing threshold value between patients with Chronic Suppurative Otitis Media with cholesteatoma compared without cholesteatoma at frequencies 500Hz, 1000Hz and 2000Hz.

Kata Kunci : Otitis Media Supuratif Kronis, Kolesteatoma, Ambang Pendengaran, Chronic Suppurative Otitis Media, Cholesteatoma, Hearing Threshold


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.