INFILTRASI, ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI PADA BERBAGAI TIPE TUTUPAN LAHAN DI HUTAN TROPIS DATARAN RENDAH KEMUNING BKPH CANDIROTO KPH KEDU UTARA

NANIK SETYAWATI, Dr. Ir. Ambar Kusumandari, M.E.S;Dr. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si.

2017 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Hutan sebagai suatu ekosistem keberadaannya sangat penting bagi sistem penyangga kehidupan, namun di satu sisi tekanan terhadap sumberdaya hutan juga semakin meningkat yang memberikan dampak pada berkurangnya kuantitas maupun kualitas sumberdaya hutan. Hutan Kemuning yang berlokasi di Desa Kemuning BKPH Candiroto KPH Kedu Utara merupakan kawasan hutan tropis dataran rendah yang masih tersisa di pulau Jawa. Upaya mempertahankan keberadaan dan fungsi hutan Kemuning cukup terkendala mengingat mayoritas masyarakat di sekitar hutan adalah petani kopi. Agroforestri telah diterapkan untuk menjembatani permasalahan tersebut. Perubahan tutupan lahan sebagai konsekuensi pelaksanaan agroforestri tentunya akan berdampak pada besarnya infiltrasi, aliran permukaan dan erosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik biofisik di lokasi penelitian; seberapa besar laju infiltrasi, aliran permukaan dan erosi pada berbagai tipe tutupan lahan serta bentuk tutupan lahan yang mampu mengendalikan erosi sesuai dengan kondisi biofisik setempat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengukuran erosi dan aliran permukaan dengan plot erosi dan pengukuran infiltrasi menggunakan double ring infiltrometer. Hasil penelitian menunjukkan struktur vegetasi penyusun yang ditemukan dilokasi penelitian sebanyak 60 jenis dari 30 famili dengan kerapatan jenis tertinggi pada tingkat semai dan terendah pada tingkat pohon, total tebal hujan yang terjadi selama penelitian sebesar 1146,44 mm dengan rata-rata 22,93 mm, sifat fisik tanah yang terukur antara lain porositas (tertinggi 49,41% pada mahoni dan terrendah 39,09% pada hutan campur), permeabilitas (tertinggi pada sengon dan terrendah pada jabon sebesar 0,02%), kandungan bahan organik (tertinggi 3,95% pada sengon dan terrendah 3,21% pada hutan campur dengan pinus), dan tekstur tanah berupa geluh, lempung, geluh lempungan dan geluh lempung debuan. Laju infiltrasi terbesar terdapat pada hutan campur dengan pinus dengan nilai rata-rata sebesar 132 mm/jam, secara berturut-turut diikuti oleh hutan campur, mahoni, sengon dan nilai terkecil terdapat pada jabon dengan nilai masing-masing sebesar 88,35 mm/jam; 64 mm/jam; 56 mm/jam; dan 28 mm/jam. Terdapat pengaruh yang signifikan antara karakteristik hujan terhadap tingkat erosi dan aliran permukaan yang terjadi. Nilai aliran permukaan dan erosi tertinggi di jumpai pada hutan campur sebesar 57,27 mm dan 835 kg/ha; jabon 54,12 mm dan 501,86 kg/ha; hutan campur pinus 54,05 mm dan 311,26 kg/ha; sengon 16,82 mm dan 83,48 kg/ha; dan mahoni dengan nilai terkecil sebesar 9,59 mm dan 72,98 kg/ha. Secara umum tingkat bahaya erosi (TBE) pada semua tutupan lahan menunjukkan nilai yang positif dengan masuk klasifikasi sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk saat ini semua tutupan lahan bervegetasi pada lokasi penelitian masih dapat ditolerir.

As an ecosystem, forest is very important in supporting life. However, pressure on forest resources continues to increasing, leading to reduced quantity and quality of forest resources. Kemuning Forest is located in Kemuning Village, BKPH Candiroto KPH Kedu Utara. Its one of the few lowland tropical forests left in Java. Efforts to maintain the existence and functions of Kemuning forest face some difficulty as most people living around the forest are coffee farmers. Agroforestry is applied to solve the problem. Change of land cover as a consequence of agroforestry will impact the amount of infiltration, surface flow and erosion. This study was aimed to determine biophysical characteristics in the research location; the rates of infiltration, surface flow and erosion in various types of land covers and shapes of land cover which can control erosion based on local biophysical condition. The research method to measure erosion and surface flow was erosion plot and infiltration was measured by double ring infiltrometer. The research result showed that the composing vegetation structure in the research location consisted of 60 types from 30 families with the highest density at seedling stage and the highest at tree stage. The total forest thickness during the research was 1146,44 mm with an average of 22,93 mm. The measured physical soil characteristics included porosity (the highest 49,41% in mahogany and the 39,09% in mixed forest), permeability (the highest in sengon and the lowest in jabon with 0,02%), organic material content (the highest 3,95% in sengon and the lowest 3,21% % in mixed forest with pine), and soil textures of loam, clay, clay loam, and silt clay loam. The biggest infiltration rate was in mixed forest with pine with average value of 132 mm/hour, followed by mixed forest, mahogany, sengon and lastly jabon with average values of 88,35 mm/hour; 64 mm/hour; 56 mm/hour; and 28 mm/hour, respectively. Forest characteristics have significant effect on the rates of erosion and surface flow. The highest surface flow and erosion were in mixed forest with 57,27 mm and 835 kg/ha; jabon 54,12 mm and 501,86 kg/ha; mixed forest with pine 54,05 mm and 311,26 kg/ha; sengon 16,82 mm and 83,48 kg/ha; and mahogany with the smallest values 9,59 mm and 72,98 kg/ha. Generally, the erosion hazard level (TBE) in all land covers had positive values with low classification. The amount of soil erosion was 0,04 to 0,87 Ton/ha/year. It showed that currently all vegetative land covers in the research location were tolerable. Plant management and soil management actions by the community were considered applicable to each land cover

Kata Kunci : Hutan Kemuning, agroforestri, infiltrasi, aliran permukaan dan erosi.;Kemuning Forest, agroforestry, infiltration, surface flow and erosion.